Unsika Boleh Hebat, Tapi Apa Mental Mahasiswanya Sehat?
Redaksi
Opini
19 Jun 2025

Pernahkah kalian mendengar istilah jam koma? Istilah ini beberapa waktu terakhir sempat ramai disebut di media sosial, terutama oleh generasi z. Jam koma merupakan keadaan psikologis di mana seseorang kehilangan fokus, seperti tiba-tiba lupa dengan apa yang akan dibicarakan atau dilakukan. Gangguan konsentrasi tersebut, tentu bisa mengurangi produktivitas dalam kegiatan sehari-hari, baik untuk pekerjaan maupun studi. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya karena kelelahan, over productive, dan minimnya waktu untuk beristirahat.
Jika didekatkan dengan mahasiswa, banyak sekali mahasiswa yang mengalami jam koma karena banyaknya kegiatan di kampus, baik itu kegiatan organisasi maupun akademik. Apa akibatnya jika mahasiswa terus-terusan mengalami hal tersebut?
Kalau kita jujur, berapa banyak dari kita yang tidur di lantai fakultas bukan karena ngantuk, tetapi karena sudah tidak tahu harus merasa apa? Berapa banyak dari kita yang duduk diam melamun bukan karena sedang menikmati angin sore, tetapi sedang mencari alasan untuk bertahan?
Beberapa waktu terakhir, para dosen berbondong-bondong memberikan tugas akhir kepada mahasiswa, berbagai jenis penugasan turut disertakan. Mereka semua memberikan tenggat yang tak masuk logika, semua dosen memberikan di batas waktu secara bersamaan, hingga mahasiswa mau tak mau tidak bisa berdiam tenang. Tak ayal mahasiswa sampai merelakan jam tidurnya untuk mengerjakan tugas, lalu di pagi harinya pun dituntut untuk masuk kelas pagi. Dari menumpuknya tugas, deadline mendadak, dosen killer, organisasi yang menyita waktu, hingga kekhawatiran soal masa depan. Semua itu terkumpul menjadi beban yang tak kelihatan, tetapi terasa berat setiap hari.
Ya, pada akhirnya mahasiswa mengalami burnout, bahkan depresi karena pergejolakan isi kepala yang tak kunjung usai. Siapa yang bertanggung jawab jika sudah terjadi, seperti ini? Apakah pihak civitas akademika mampu memberikan penekanan atas apa yang sudah terjadi terhadap mental mahasiswanya?
Budaya akademik yang toxic hendaklah dihentikan! Perbudakan akademik terus dinyalakan, lalu bagaimana dengan kesehatan mental para mahasiswa, mengapa tak turut digaungkan pula!
Berbagai permasalahan yang dialami oleh mahasiswa di perguruan tinggi hampir serupa, kampus pun tidak memberikan ruang ramah mental health. Pemberian layanan konseling gratis bagi seluruh sivitas kampus bukan hal buruk untuk direalisasikan, para pengajar pun harusnya bisa menjunjung tinggi nilai humanisme dan empati agar menciptakan tagline universitas yang katanya “Humanis”. Penyejahteraan seluruh aspek bisa dimulai dari hal-hal kecil. Salah satunya dengan saling menghargai antar sesama, kooperatifnya para pengajar dalam pemberian jam mata kuliah, penugasan, serta tenggat yang diberikan.
Krisis kepedulian kesehatan mental di kalangan mahasiswa tentu menjadi ironi dan perlu jadi perhatian bersama, tuntutan prestasi tinggi seringkali mengabaikan kondisi psikologis karena adanya tuntutan sosial untuk berprestasi, banyak dari mereka berebut untuk mencari kegiatan dan kejuaraan agar mendapat predikat “mahasiswa berprestasi”.
Berbagai jenis kegiatan yang diambil mahasiswa, seperti organisasi tak pelak menjadi salah satu kontributor yang menyebabkan mahasiswa mengalami jam koma. Penulis berharap agar semua mahasiswa dapat memilah hal yang memang menjadi urgensi dan tujuan di awal perkuliahan, tidak semua kegiatan harus diambil agar kita dapat punya waktu untuk diri sendiri.
Berbagai jenis kegiatan yang ada di perkuliahan hendaknya bisa dibarengi dengan jam operasional secara manusiawi agar seluruh mahasiswa tidak overwork dalam beraktivitas, baik itu dalam lingkup akademik dan organisasi. Perbaikilah skala prioritas dan time management agar dirimu tak mengalami jam koma. Jika ada dosen yang memberi tugas di luar nalar, beri saja nilai C saat penilaian kinerja dosen di akhir semester!
Referensi:
Melynda Dwi Puspita, 2 Januari 2025, Apa itu Jam Koma? Ini Pengertian, Penyebab, Cara Mencegahnya,Tempo, https://www.tempo.co/ekonomi/apa-itu-jam-koma-ini-pengertian-penyebab-cara-mencegahnya-1188963
Penulis: Delurys
Desainer: LYL
Jika didekatkan dengan mahasiswa, banyak sekali mahasiswa yang mengalami jam koma karena banyaknya kegiatan di kampus, baik itu kegiatan organisasi maupun akademik. Apa akibatnya jika mahasiswa terus-terusan mengalami hal tersebut?
Kalau kita jujur, berapa banyak dari kita yang tidur di lantai fakultas bukan karena ngantuk, tetapi karena sudah tidak tahu harus merasa apa? Berapa banyak dari kita yang duduk diam melamun bukan karena sedang menikmati angin sore, tetapi sedang mencari alasan untuk bertahan?
Beberapa waktu terakhir, para dosen berbondong-bondong memberikan tugas akhir kepada mahasiswa, berbagai jenis penugasan turut disertakan. Mereka semua memberikan tenggat yang tak masuk logika, semua dosen memberikan di batas waktu secara bersamaan, hingga mahasiswa mau tak mau tidak bisa berdiam tenang. Tak ayal mahasiswa sampai merelakan jam tidurnya untuk mengerjakan tugas, lalu di pagi harinya pun dituntut untuk masuk kelas pagi. Dari menumpuknya tugas, deadline mendadak, dosen killer, organisasi yang menyita waktu, hingga kekhawatiran soal masa depan. Semua itu terkumpul menjadi beban yang tak kelihatan, tetapi terasa berat setiap hari.
Ya, pada akhirnya mahasiswa mengalami burnout, bahkan depresi karena pergejolakan isi kepala yang tak kunjung usai. Siapa yang bertanggung jawab jika sudah terjadi, seperti ini? Apakah pihak civitas akademika mampu memberikan penekanan atas apa yang sudah terjadi terhadap mental mahasiswanya?
Budaya akademik yang toxic hendaklah dihentikan! Perbudakan akademik terus dinyalakan, lalu bagaimana dengan kesehatan mental para mahasiswa, mengapa tak turut digaungkan pula!
Berbagai permasalahan yang dialami oleh mahasiswa di perguruan tinggi hampir serupa, kampus pun tidak memberikan ruang ramah mental health. Pemberian layanan konseling gratis bagi seluruh sivitas kampus bukan hal buruk untuk direalisasikan, para pengajar pun harusnya bisa menjunjung tinggi nilai humanisme dan empati agar menciptakan tagline universitas yang katanya “Humanis”. Penyejahteraan seluruh aspek bisa dimulai dari hal-hal kecil. Salah satunya dengan saling menghargai antar sesama, kooperatifnya para pengajar dalam pemberian jam mata kuliah, penugasan, serta tenggat yang diberikan.
Krisis kepedulian kesehatan mental di kalangan mahasiswa tentu menjadi ironi dan perlu jadi perhatian bersama, tuntutan prestasi tinggi seringkali mengabaikan kondisi psikologis karena adanya tuntutan sosial untuk berprestasi, banyak dari mereka berebut untuk mencari kegiatan dan kejuaraan agar mendapat predikat “mahasiswa berprestasi”.
Berbagai jenis kegiatan yang diambil mahasiswa, seperti organisasi tak pelak menjadi salah satu kontributor yang menyebabkan mahasiswa mengalami jam koma. Penulis berharap agar semua mahasiswa dapat memilah hal yang memang menjadi urgensi dan tujuan di awal perkuliahan, tidak semua kegiatan harus diambil agar kita dapat punya waktu untuk diri sendiri.
Berbagai jenis kegiatan yang ada di perkuliahan hendaknya bisa dibarengi dengan jam operasional secara manusiawi agar seluruh mahasiswa tidak overwork dalam beraktivitas, baik itu dalam lingkup akademik dan organisasi. Perbaikilah skala prioritas dan time management agar dirimu tak mengalami jam koma. Jika ada dosen yang memberi tugas di luar nalar, beri saja nilai C saat penilaian kinerja dosen di akhir semester!
Referensi:
Melynda Dwi Puspita, 2 Januari 2025, Apa itu Jam Koma? Ini Pengertian, Penyebab, Cara Mencegahnya,Tempo, https://www.tempo.co/ekonomi/apa-itu-jam-koma-ini-pengertian-penyebab-cara-mencegahnya-1188963
Penulis: Delurys
Desainer: LYL