Tren Memakai Toga dan Gelar "MIPA" di Kelulusan SMA: Merayakan atau Menyimpang?

Redaksi
Opini
08 Jul 2024
Thumbnail Artikel Tren Memakai Toga dan Gelar "MIPA" di Kelulusan SMA: Merayakan atau Menyimpang?
“Toga itu sakral, karena mendapatkannya nggak mudah. Harus buat skripsi, penelitian ke sana ke mari dulu. Kalau banyak anak SMA atau bahkan SMP udah pakai toga buat acara wisuda, malah ngilangin kesakralan toga itu sendiri, jadi bisa dianggap sepele.”

Belakangan ini, media sosial ramai dengan postingan foto-foto para siswa SMA yang merayakan kelulusan mereka dengan mengenakan toga dan selendang bertuliskan gelar “MIPA”. Tren ini seolah meniru gaya wisuda mahasiswa di perguruan tinggi. Namun, apakah hal ini tepat? 

Seiring perkembangan zaman, kelulusan SMA kini tidak lagi hanya dirayakan dengan konvoi kendaraan dan mencoret-coret seragam, tetapi juga dengan merayakan layaknya menyerupai wisuda universitas. Tren baru ini tentu memiliki sisi positif, diantaranya adalah merayakan terhadap prestasi akademis. Namun, di sisi lain, tidak sedikit yang berpendapat bahwa penggunaan toga dan selendang bergelar “MIPA” untuk lulusan SMA adalah sebuah kekeliruan.
    
Dalam perbincangan mengenai etika penggunaan gelar akademis oleh lulusan SMA/SMK, terdapat berbagai pandangan yang muncul di media sosial. Beberapa netizen berpendapat bahwa perayaan kelulusan seperti wisuda, memakai toga, dan slempang diperbolehkan, tetapi penggunaan gelar akademis yang tidak sah dianggap sebagai pelecehan terhadap bidang akademisi. Mereka menekankan bahwa meskipun penggunaan gelar untuk bersenang-senang dan menambahkan kreativitas dalam merayakan kelulusan dapat terlihat menarik. Tindakan tersebut tetap tidak etis dan dapat menyesatkan.

Lebih lanjut, beberapa netizen memberikan pandangan kritis terhadap tren kelulusan SMA dengan toga. Mereka berpendapat bahwa tren ini hanya menghabiskan uang orang tua, terutama karena banyak siswa yang menginginkan kebaya baru, menyewa toga, jasa makeup, dan berbagai kebutuhan lainnya demi mengikuti tren wisuda ini. Pandangan ini menyoroti aspek finansial dari tren tersebut, dengan menekankan beban ekonomi tambahan yang mungkin harus ditanggung oleh orang tua. Selain itu, pandangan ini juga menunjukkan keprihatinan terhadap anak-anak dari keluarga kurang mampu yang mungkin merasa tertekan untuk mengikuti tren ini, meskipun kondisi ekonomi mereka tidak mendukung. Hal ini menekankan pentingnya mempertimbangkan dampak ekonomi dalam merayakan kelulusan dan menunjukkan bahwa tidak semua keluarga memiliki kemampuan finansial yang sama untuk mendukung tren tersebut.

Tren kelulusan dengan toga dan selendang bergelar “MIPA”, yang awalnya dimaksudkan sebagai bentuk perayaan dan kebanggaan atas pencapaian akademis, kini dipandang sebagai kegiatan yang memberi tekanan secara finansial. Hal ini dapat memperlebar kesenjangan sosial di kalangan siswa, di mana mereka yang berasal dari keluarga mampu bisa merayakan dengan penuh kemewahan, sementara yang kurang mampu merasa tersisihkan atau bahkan terpaksa mengeluarkan biaya yang seharusnya tidak perlu.

Seiring dengan berkembangnya tren ini, penting bagi sekolah dan orang tua untuk bersama-sama mencari solusi yang tidak memberatkan. Mungkin, alternatif perayaan yang lebih sederhana dan bermakna bisa dipertimbangkan, sehingga semua siswa dapat merasakan kebahagiaan dan kebanggaan atas kelulusan mereka tanpa harus memikirkan beban finansial yang berlebihan. Selain itu, penting juga untuk mempertimbangkan penggunaan gelar seperti “MIPA” dalam konteks yang tepat, agar tidak miskonsepsi makna sebenarnya dari gelar akademis tersebut. Bagaimanapun juga, esensi dari perayaan kelulusan adalah menghargai usaha dan kerja keras yang telah dilakukan selama masa pendidikan, bukan seberapa mewah perayaannya atau gelar yang digunakan.

Pada akhirnya, apakah fenomena ini akan menjadi tradisi yang terus berkembang ataukah hanya tren sesaat? Let’s see, tergantung pada bagaimana masyarakat dan institusi pendidikan memandang makna di balik tren tersebut. Hal terpenting adalah inti dari sebuah perayaan kelulusan itu sendiri, yakni merayakan pencapaian dan memotivasi untuk langkah selanjutnya dalam kehidupan pendidikan dan karier.


Penulis: Saber Roam
Desainer: LYL

LPM Channel

Podcast NOL SKS