Terbuang dalam Waktu: Catatan atas Film "Sore: Istri dari Masa Depan"
Redaksi
Review Film
17 Jul 2025

Judul: Sore: Istri dari Masa Depan
Tanggal Rilis: 10 Juli 2025
Sutradara: Yandy Laurens
Produser: Suryana Paramita
Produksi: Cerita Films
Genre: Drama, Fantasi, Romantis
Durasi Film: 1 Jam 59 Menit
Sinopsis:
Bercerita tentang Sore, seorang wanita misterius yang tiba-tiba muncul dalam kehidupan Jonathan, seorang fotografer Indonesia yang menetap di Italia. Munculnya Sore yang mengaku sebagai istrinya dari masa depan tentu membuat Jonathan awalnya tidak percaya. Sore membawa misi untuk mengubah gaya hidup Jonathan yang jauh dari gaya hidup sehat saat ini. Menurut Sore, Jonathan akan meninggal 8 tahun lagi karena penyakit jantung dan ia berharap dengan merubah gaya hidup Jonathan saat ini akan membuatnya hidup lebih panjang nantinya.
Awalnya Jonathan tentu menolak. Karena ia sudah terbiasa dengan kehidupannya yang sekarang. Selain jarang berolahraga, Jonathan juga merokok dan kerap mengonsumsi minuman keras. Hadirnya Sore lambat laun memaksanya untuk berubah. Sore menyemangati Jonathan untuk bangun dan berolahraga setiap pagi. Sore juga membuang semua rokok dan alkohol Jonathan. Apakah misi Sore berhasil membuat Jonathan hidup lebih lama?
Review Film:
Sore: Istri dari Masa Depan adalah film baru yang tayang pada 10 Juli 2025. Ditulis oleh Yandy Laurens, film ini mengusung genre drama dan fantasi. Premis yang ditawarkan sejak perilisan trailer beberapa minggu lalu menarik perhatian saya. Istri dari masa depan, perpaduan antara realita dan fantasi, menawarkan sesuatu yang terasa unik dan menggugah rasa penasaran. Ada daya tarik tersendiri di sana.
Ketika film baru saja dimulai, mata saya dimanjakan oleh sinematografi indah yang menggambarkan suasana Kutub Utara. Saat itu, Jonathan, tokoh utama, tengah memotret dampak perubahan iklim. Hamparan salju, beruang kutub, kapal di tengah air laut yang membeku, hingga aurora, segalanya tergambarkan dengan memukau. Bahkan latar tempat mereka syuting film ini, Kroasia, tampak menawan.
Barangkali tidak masalah jika saya menyinggung bahwa Jonathan akan meninggal di masa depan, sebab hal inilah yang menjadi pemicu kemunculan Sore, tokoh perempuan, ke dalam hidupnya. Ini menarik karena sebelum akhirnya alasan Jonathan meninggal terungkap, saya sudah diperlihatkan bagaimana rokok dan alkohol membersamai kehidupan Jonathan. Ada adegan sinematik yang mana memamerkan wadah penampung abu rokok milik tokoh utama itu penuh puntung-puntung rokok yang tersisa habis dihisap. Maksud saya, bahkan visualisasi yang tampak sepele memiliki maknanya masing-masing. Sehingga kesan daripada sinematik yang diperlihatkan tidak hanya indah, tapi juga seolah berbicara.
Film ini berhasil membuat perasaan saya campur aduk sepanjang menyaksikannya. Bagaimana usaha Sore yang tak kunjung membuahkan hasil, kemudian keletihan Sore karena terus memeragakan situasi yang sama berulang kali, entah mengapa turut saya rasakan. Saya benar-benar terbuai oleh aksi panggung yang diperankan oleh Sheila Dara Aisha alias pemeran tokoh Sore.
Kelebihan:
Saya perlu mengakui bahwa sinematik yang ditawarkan film ini sangat memanjakan mata, segalanya tergambarkan dengan baik bahkan sejak film baru saja dimulai. Jika saya tidak berlebihan, barangkali saya dapat mengatakan dari awal sampai dengan selesainya pemutaran film ini, tak sekalipun saya dibuat kecewa oleh visualisasi yang dihadirkan. Setiap adegan terasa meminta agar diperhatikan, seolah yang tergambarkan akan bersuara untuk bercerita.
Kemudian kelebihan lainnya saya kira terletak pada pelafalan bahasa asing. Karena latar tempat filmnya berada di Kroasia, komunikasi antar tokoh, kecuali antara Jonathan dengan Sore, menggunakan bahasa Inggris. Menariknya, Sore kerap kali berkomunikasi dalam bahasa Kroasia. Saya sangat menyukai aksen yang dimiliki Sore saat berbicara, terdengar alami dan tidak kaku seolah ia betulan menguasainya.
Tanggal Rilis: 10 Juli 2025
Sutradara: Yandy Laurens
Produser: Suryana Paramita
Produksi: Cerita Films
Genre: Drama, Fantasi, Romantis
Durasi Film: 1 Jam 59 Menit
Sinopsis:
Bercerita tentang Sore, seorang wanita misterius yang tiba-tiba muncul dalam kehidupan Jonathan, seorang fotografer Indonesia yang menetap di Italia. Munculnya Sore yang mengaku sebagai istrinya dari masa depan tentu membuat Jonathan awalnya tidak percaya. Sore membawa misi untuk mengubah gaya hidup Jonathan yang jauh dari gaya hidup sehat saat ini. Menurut Sore, Jonathan akan meninggal 8 tahun lagi karena penyakit jantung dan ia berharap dengan merubah gaya hidup Jonathan saat ini akan membuatnya hidup lebih panjang nantinya.
Awalnya Jonathan tentu menolak. Karena ia sudah terbiasa dengan kehidupannya yang sekarang. Selain jarang berolahraga, Jonathan juga merokok dan kerap mengonsumsi minuman keras. Hadirnya Sore lambat laun memaksanya untuk berubah. Sore menyemangati Jonathan untuk bangun dan berolahraga setiap pagi. Sore juga membuang semua rokok dan alkohol Jonathan. Apakah misi Sore berhasil membuat Jonathan hidup lebih lama?
Review Film:
Sore: Istri dari Masa Depan adalah film baru yang tayang pada 10 Juli 2025. Ditulis oleh Yandy Laurens, film ini mengusung genre drama dan fantasi. Premis yang ditawarkan sejak perilisan trailer beberapa minggu lalu menarik perhatian saya. Istri dari masa depan, perpaduan antara realita dan fantasi, menawarkan sesuatu yang terasa unik dan menggugah rasa penasaran. Ada daya tarik tersendiri di sana.
Ketika film baru saja dimulai, mata saya dimanjakan oleh sinematografi indah yang menggambarkan suasana Kutub Utara. Saat itu, Jonathan, tokoh utama, tengah memotret dampak perubahan iklim. Hamparan salju, beruang kutub, kapal di tengah air laut yang membeku, hingga aurora, segalanya tergambarkan dengan memukau. Bahkan latar tempat mereka syuting film ini, Kroasia, tampak menawan.
Barangkali tidak masalah jika saya menyinggung bahwa Jonathan akan meninggal di masa depan, sebab hal inilah yang menjadi pemicu kemunculan Sore, tokoh perempuan, ke dalam hidupnya. Ini menarik karena sebelum akhirnya alasan Jonathan meninggal terungkap, saya sudah diperlihatkan bagaimana rokok dan alkohol membersamai kehidupan Jonathan. Ada adegan sinematik yang mana memamerkan wadah penampung abu rokok milik tokoh utama itu penuh puntung-puntung rokok yang tersisa habis dihisap. Maksud saya, bahkan visualisasi yang tampak sepele memiliki maknanya masing-masing. Sehingga kesan daripada sinematik yang diperlihatkan tidak hanya indah, tapi juga seolah berbicara.
Film ini berhasil membuat perasaan saya campur aduk sepanjang menyaksikannya. Bagaimana usaha Sore yang tak kunjung membuahkan hasil, kemudian keletihan Sore karena terus memeragakan situasi yang sama berulang kali, entah mengapa turut saya rasakan. Saya benar-benar terbuai oleh aksi panggung yang diperankan oleh Sheila Dara Aisha alias pemeran tokoh Sore.
Kelebihan:
Saya perlu mengakui bahwa sinematik yang ditawarkan film ini sangat memanjakan mata, segalanya tergambarkan dengan baik bahkan sejak film baru saja dimulai. Jika saya tidak berlebihan, barangkali saya dapat mengatakan dari awal sampai dengan selesainya pemutaran film ini, tak sekalipun saya dibuat kecewa oleh visualisasi yang dihadirkan. Setiap adegan terasa meminta agar diperhatikan, seolah yang tergambarkan akan bersuara untuk bercerita.
Kemudian kelebihan lainnya saya kira terletak pada pelafalan bahasa asing. Karena latar tempat filmnya berada di Kroasia, komunikasi antar tokoh, kecuali antara Jonathan dengan Sore, menggunakan bahasa Inggris. Menariknya, Sore kerap kali berkomunikasi dalam bahasa Kroasia. Saya sangat menyukai aksen yang dimiliki Sore saat berbicara, terdengar alami dan tidak kaku seolah ia betulan menguasainya.
- Berbicara tentang Sore, sang istri dari masa depan, mungkin sebagian besar orang yang belum menonton film ini akan membayangkan soal perjalanan waktu dan segala hal yang berkaitan dengannya. Saya pun tidak menyangkal bahwa unsur perjalanan waktu memang hadir dalam cerita. Namun, yang membuat saya kagum adalah bagaimana unsur tersebut disajikan dengan tidak terkesan memaksa, maksud saya, kita tau perjalanan waktu akan menjadi sesuatu yang sampai kapan pun menjadi hal yang tidak akan mungkin terjadi, tapi saya kagum penyajian perjalanan waktu ini tidak aneh ataupun terkesan memaksakan, semuanya dibuat dengan baik dan tidak membingungkan.
Tak lupa, saya juga ingin menyertakan pembahasan mengenai latar musik dalam film ini. Salah satu momen yang paling berkesan bagi saya adalah ketika lagu “Terbuang dalam Waktu” karya Barasuara diputar. Yang paling membekas adalah ketika Sore mengucapkan kalimat, ‘Jangan biarkan aku hilang oleh waktu’. Entah apalagi perasaan yang bisa saya rasakan selain kekaguman ketika menyaksikannya. Perpaduan antara dialog dan musik latar di momen itu menciptakan emosional yang kuat, ketika ada permintaan agar tidak membiarkan tokoh hilang dalam waktu bersamaan dengan pemutaran musik dengan tajuk terbuang dalam waktu.
Kekurangan:
Sejauh ini barangkali hanya aksen dari Jonathan ketika berkomunikasi dengan bahasa asing yang cukup mengganggu pendengaran saya. Entah hal itu memang sengaja dihadirkan untuk menandai bahwa Jonathan adalah tokoh asal Indonesia, sehingga wajar apabila aksennya terdengar cukup tebal dan kasar atau memang belum sepenuhnya matang dari segi pelafalan. Mungkin juga percakapan antara Jonathan dengan Karlo, kerabat Jonatan di Kroasia, yang saya pribadi menilai terasa kurang menyenangkan. Padahal seharusnya penonton bisa mendapatkan sesuatu yang lucu antar keduanya. Daripada itu ketika ada dialog yang seharusnya menjadi pembicaraan yang lucu, saya justru merasa percakapan mereka hambar.
Kesimpulan:
Saya sangat merekomendasikan film ini kepada remaja hingga dewasa. Romansa yang ditawarkan tidak berlebihan, drama yang tidak memusingkan dan fantasi yang tidak memaksakan. Bagi para apresian seni visual, film ini juga menawarkan banyak pemandangan indah yang bisa dinikmati secara sinematik. Lebih dari itu, saya juga mendapat begitu banyak kutipan dan dialog yang menyentuh hati dari film berdurasi kurang lebih dua jam ini. Mungkin salah satunya ketika Sore berkata, ‘Senja itu menyenangkan. Kadang ia merah merekah bahagia, kadang ia gelap hitam berduka, tapi langit akan selalu menerima senja apa adanya’ atau ketika Marko menasehati Sore, ia menyatakan ‘Ada 3 hal di dunia ini yang tidak dapat diubah, masa lalu, rasa sakit dan kematian’. Kira-kira kalau kamu dikasih kesempatan buat kembali ke masa lalu, apa yang akan kamu ubah?
Penulis: Noa
Desainer: Siti Rosita