Teater ‘Ayahku Pulang’, Realitas yang Dekat dengan Kita
Redaksi
Berita
07 Jun 2022

Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Teater Gabung, Universitas Singaperbangsa Karawang, telah menggelar pementasan dalam rangka Studi Pentas Angkatan XXII (bukan Orientasi Pengenalan Seni Teater (OPST) seperti redaksi sebelum diubah) yang bertempat di Aula Unsika pada Sabtu, (04/6/2022). Acara ini sebagai syarat menjadi anggota biasa UKM Teater Gabung.
Dalam pementasan kali ini, UKM Teater Gabung memilih naskah dari Usmar Ismail. Naskah tersebut diadaptasi sehingga semakin dekat dengan para penonton. Pementasan ini menceritakan seorang Ibu dan ketiga anaknya yang ditinggalkan oleh Suami dan Ayah mereka pada malam hari raya dengan utang yang menggunung. Mereka ditinggalkan saat anak-anak masih kecil. Pementasan dibuka dengan munculnya Ibu yang kemudian duduk sembari melihat baju jahitannya. Kemudian, Gunarto, anak sulungnya datang dan berbincang dengannya. Saat mendengar Ibunya terus membicarakan Ayahnya, Gunarto tampak tidak suka.
Gunarto sangat menyayangi Ibu dan kedua adiknya, yaitu Maimun dan Mintarsih. Ia bekerja keras untuk mereka. Suatu ketika pada malam hari raya, Ayahnya pulang. Kedua adik Gunarto menerima Ayahnya pulang, namun berbeda dengannya yang bersikeras tidak menerima kehadiran Ayahnya. Dendam akan perlakuan Ayahnya masih menyelimuti dirinya. Sampai pada akhirnya, Ayahnya pergi. Kemudian, Maimun mengejarnya, namun sayang Ayahnya sudah tidak bernyawa. Mereka semua menangisi kepergian Ayahnya.
Tak hanya sarat akan pesan, namun di dalamnya juga terdapat satire yang ditujukan kepada pihak rektorat, yaitu terdapat adegan di mana Gunarto dan Ibunya berbincang mengenai Maimun yang pintar dan harus berkuliah. Kemudian, mereka menyebut bahwa biaya kuliah itu mahal. Selain itu, mereka juga memberikan sindiran mengenai Sekretariat UKM.
Asisten Sutradara dari pementasan ini, M. Ridwan Hakim menyampaikan maksud dan tujuan dari pertunjukan ini. “Selain menjadi pembelajaran, yang utama, menghibur juga, menyampaikan aspirasi baik secara internal kami dari mahasiswa UKM terhadap civitas, di antaranya terhadap pemerintah, ekonomi, dan lain sebagainya. Ini meskipun naskah ini (sudah) lama, tapi masih relate dengan perubahan zaman,” ujarnya.
Ridwan juga menambahkan bahwa hal tersebut masih berkaitan erat dengan apa yang terjadi saat ini, seperti biaya kuliah mahal, kemiskinan, dan orang tua yang meninggalkan anaknya. “Kita hanya memperistiwakan ulang, sebagaimana Usmar Ismail buat juga kan, ada ubahan (perubahan) sedikit pastinya,” tambahnya.
Sementara itu, pertunjukan ini juga dihadiri oleh Kepala Kejaksaan Negeri Karawang, Martha Parulina Berliana. Menurutnya pementasan ini sudah baik. “Satu kata, salut, juga perhatian buat Unsika, mereka sudah oke, tinggal Bapak (Wakil Rektor) bagaimana menanggapinya, mereka sudah menyuarakannya secara baik bukan lewat demo tapi lewat pementasan dan merupakan apresiasi yang bebas dan saya pikir mungkin punya loh Pak,” ujarnya.
Wakil Rektor Bidang Kerja Sama, Kemahasiswaan, dan Alumni, Amirudin, turut menanggapi satire dalam pementasan tersebut. “Tadi ada beberapa hal yg saya catat gitu ya, terkait keluhan-keluhan barangkali perlu ditindaklanjuti itu, apalagi itu yang menyangkut kaitan tentang pencairan dana ataupun sekretariat dan sebagainya, tapi intinya bagus dan mudah-mudahan akan lebih baik lagi kedepannya,” ujarnya.
Salah satu penonton dalam acara ini, Meli, mengatakan bahwa pementasan tersebut sangat menyentuh hati. “Menurut aku, aku sebagai pecinta drama atau film, judul Ayahku Pulang ini sangat-sangatlah menyentuh hati. Soalnya dari alur ceritanya atau pemeran-pemerannya yang telah serta ikut gabung itu menurut aku bener-bener dapat banget sih, dari mulai karakter terus pokoknya dapat lah pecah banget lah ke hati teh nyentuh,” ujarnya.
(AR, PUT, ZYQ)