Sirene yang Kehilangan Makna: Langkah Sederhana Stop Tot-tot Wuk-wuk

Redaksi
Opini
11 Oct 2025
Thumbnail Artikel Sirene yang Kehilangan Makna: Langkah Sederhana Stop Tot-tot Wuk-wuk

“Stop tot-tot wuk-wuk” adalah sindiran dari masyarakat Indonesia kepada segelintir orang yang menyalahgunakan penggunaan sirene dan strobo pada kendaraan. Sirene kendaraan seharusnya adalah penanda adanya keadaan darurat. Langkah sederhana yang dibuat oleh masyarakat menunjukan protes secara langsung, masyarakat sudah banyak yang memasang stiker yang bertuliskan larangan menyalakan sirene, kecuali ambulans dan pemadam kebakaran. 

 

Ambulans membawa pasien kritis, mobil pemadam kebakaran mengejar kobaran api. Prinsipnya sederhana, nyawa manusia harus diutamakan. Namun, kenyataannya di Indonesia tidak, bunyi “tot-tot wuk-wuk” seringkali terdengar karena adanya rombongan pejabat atau pejabat tinggi yang ingin nyaman duduk di mobil dinas mereka dan diprioritaskan di jalan raya. Jalan macet? Tidak masalah. Rakyat yang terburu-buru ke rumah sakit, sekolah, atau kantor harus menepi, seolah jalanan adalah milik segelintir elit yang merasa berhak di atas hukum.

 

Sumber: detik.com

 

Aparat pengawal yang seharusnya menegakkan ketertiban dan memfasilitasi keselamatan publik, kadang ikut bermain dalam permainan tersebut. Tidak sedikit yang “tampak bekerja”, tetapi nyatanya menerima sogokan agar perjalanan pejabat lancar, menambah panjang daftar ketidakadilan yang nyata. Sebagai masyarakat, tentu merasa geram. Kami membayar pajak tepat waktu, sabar menanggung macet, dan tetap harus mematuhi aturan, sementara sebagian elit dan aparat memainkan hukum sesuka hati. Media sosial dipenuhi komentar pedas “Kalo ambulans, pemadam kebakaran pasti dikasih jalan. Kalau pejabat? Gak dulu ya, kalo gak mau telat berangkat dari subuh jangan numpang lewat doang antri dong!”. Ungkapan ini bukan sekadar ocehan, melainkan bukti nyata frustrasi masyarakat yang merasa diperlakukan tidak setara di ruang publik. Sirene kini lebih sering menjadi simbol kesombongan daripada tanda darurat.

 

Penyalahgunaan sirene menimbulkan efek sosial yang merugikan. Rakyat harus menepi, pejabat dan aparat yang korup memamerkan kekuasaan termasuk bentuk ketidakadilan yang tidak hanya terlihat di jalan raya, tetapi juga mencerminkan bagaimana kebijakan publik sering mengabaikan kepentingan mayoritas demi keuntungan segelintir elit. Dampaknya tidak berhenti di ketidakadilan saja. Publik menjadi kebal terhadap sirene sehingga ketika ada ambulans yang benar-benar membawa pasien kritis, masyarakat enggan memberi jalan karena trauma terhadap “sirene pejabat” yang sering muncul. Ketidakpercayaan masyarakat terhadap aparat dan pejabat meningkat, dan rasa hormat publik terhadap pemerintah menipis. Ketika benar-benar ada keadaan darurat, respons masyarakat bisa lambat karena mereka ragu atau bahkan malas mendengarkan suara sirene tersebut. Ini adalah kegagalan sistem aparat yang seharusnya melindungi malah memanfaatkan situasi untuk keuntungan pribadi, sementara rakyat tetap menjadi korban.

 

Rakyat membutuhkan pelayanan nyata, kepastian hukum, dan perlindungan yang adil. Sirene atau strobo harus kembali ke fungsi utamanya, yaitu sebagai simbol keselamatan, bukan simbol kesombongan atau alat untuk menegaskan jurang kekuasaan. Jika pejabat dan aparat benar-benar ingin dihormati, buktikan melalui kerja nyata dan integritas, bukan dengan bunyi sirene yang memaksa orang lain menepi. Kalau budaya seperti ini terus dibiarkan, jangan heran jika rasa hormat dan kepercayaan publik terhadap pemerintah terus menurun, dan rakyat semakin kehilangan kesabaran.

 

Sumber:

Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas). (2025, September 21). Kompolnas sarankan strobo dan sirene hanya dipakai jika mendesak. Tempo. Diakses dari: https://www.tempo.co/hukum/kompolnas-sarankan-strobo-dan-sirine-hanya-dipakai-jika-mendesak-2071923

 

Katadata. (2025, September 20). Kepolisian bakal evaluasi penggunaan sirene dan strobo. Katadata. Diakses dari: https://otomotif.katadata.co.id/news/kepolisian-bakal-evaluasi-penggunaan-sirene-dan-strobo-17201

 

Liputan6. (2025, September 22). Melihat lagi aturan penggunaan sirene dan strobo yang dikritik masyarakat berujung dibekukan Korlantas. Liputan6. Diakses dari: https://www.liputan6.com/news/read/6165237/melihat-lagi-aturan-penggunaan-sirene-dan-strobo-yang-dikritik-masyarakat-berujung-dibekukan-korlantas

 

Tirto. (2025, September 24). “Stop Tot Tot Wuk Wuk”, sirene & strobo kerap disalahgunakan. Tirto. Diakses dari: https://tirto.id/stop-tot-tot-wuk-wuk-sirene-strobo-kerap-disalahgunakan-hie1

 

Detik News. (2023). Urutan kendaraan prioritas yang harus didahulukan di jalan raya. Detik.com. Diakses dari: https://news.detik.com/berita/d-7411527/urutan-7-kendaraan-prioritas-yang-harus-didahulukan-di-jalan-raya

 

Instagram. (2025, September). Instagram. Diakses dari: https://www.instagram.com/reel/DOxn4Qfkv_a/?utm_source=ig_web_copy_link

 

Penulis: Ain Raudhotil Jannah

Desainer: Deviana Cahya Lestari

LPM Channel

Podcast NOL SKS