Sejarah Panjang Budaya Berbagi Makanan saat Lebaran
Redaksi
Artikel
02 Apr 2025

Setelah menunaikan puasa satu bulan penuh, segala perjuangan dalam menahan hawa nafsu dan dahaga diakhiri dengan hari yang sangat spesial, hari ini dirayakan oleh seluruh umat muslim di seluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia. Hari spesial tersebut adalah idul fitri atau di Indonesia dikenal sebagai hari lebaran. Negara dengan penduduk muslim terbanyak ini memiliki budaya yang unik dalam merayakan hari yang spesial. Salah satunya adalah berbagi makanan kepada para tetangga dan saudara saat lebaran tiba.
Makanan yang dibagikan saat lebaran pun sangat beragam, seolah melekat dengan hari spesial ini. Biasanya terdiri dari makanan khas daerah masing-masing, seperti opor dan ketupat. Namun, ada yang unik perihal makanan saat lebaran. Selain makanan khas daerah masing-masing, hadir berbagai macam kue kering di rumah-rumah sebagai suguhan maupun hadiah lebaran kepada sejawat saudara.
Tradisi berbagi makanan ini sudah ada sejak masa Jawa Kuno, tepatnya pada abad ke-IX masehi. Tradisi ini dikenal dalam bahasa Jawa Kuno sebagai ‘ater-ater’ melalui kakawin Ramayana. Kemudian ditambahkan kata ‘panganan’ yang dalam bahasa Jawa berarti makanan, hingga jadilah istilah lengkap ‘ater-ater panganan’. Istilah ini merujuk pada aktivitas berbagi makanan kepada keluarga ataupun tetangga dalam waktu dan maksud tertentu. Makanan yang biasa dibagikan adalah makanan khas daerah masing-masing.
Kemudian tradisi ater-ater panganan tersebut diadopsi pada saat islam tiba di bumi Nusantara. Masyarakat islam saat itu mengaitkan budaya ater-ater panganan ini dengan imbauan Nabi Muhammad untuk tidak menimbun makanan dalam jumlah banyak, sebaliknya makanan tersebut dianjurkan untuk disedekahkan. Imbauan ini tercatat dalam salah satu hadist riwayat At-Tirmidzi yang menceritakan bahwa Nabi Muhammad pernah berpesan kepada istrinya, Aisyah, bahwa “yang habis adalah apa yang kita makan ini dan yang kekal adalah apa yang kita sedekahkan.” Atas dasar itulah tradisi berbagi makanan ini sejalan dengan tradisi ater-ater panganan yang bahkan sampai sekarang masih dilakukan setiap lebaran.
Berbeda dengan berbagi makanan khas daerah saat lebaran, eksistensi kue kering pada tradisi ini baru ada pada masa pendudukan Belanda di Indonesia atau pada saat itu bernama Hindia-Belanda. Pasalnya, dalam sejarah panjang kue kering ini tercatat bukan berasal dari tanah Indonesia. Kue kering tercatat sudah dikenal sejak abad ke-VII oleh bangsa Persia atau yang sekarang dikenal dengan daerah Iran. Kue kering ini sering dijadikan makanan persinggahan oleh pedagang muslim, termasuk saat berdagang ke Eropa. Tidak semua kalangan bisa menikmati kue kering ini, biasanya kue kering identik dengan makanan kelas atas yang hanya bisa dinikmati oleh bangsawan. Setidaknya sampai abad ke-XIV, kue kering ini akhirnya bisa dinikmati banyak kalangan. Diawali saat kalangan menengah di Inggris juga mulai bisa menikmati kue kering ini.
Kue kering baru dikenal di Indonesia melalui pendudukan zaman Belanda, tepatnya abad ke-XIX hingga abad ke-XX. Pengaruh pendudukan Belanda tidak hanya terjadi pada sosial budaya, namun juga terjadi pada bidang kuliner. Interaksi antara pribumi dan masyarakat Eropa kala itu mempengaruhi kuliner di Indonesia, salah satunya tak lain tak bukan adalah eksistensi kue kering ini. Hadirnya pendudukan Belanda mengubah selera makanan masyarakat Indonesia. Sejalan dengan perubahan selera tersebut, akhirnya kue kering menjadi lebih umum dan banyak dinikmati oleh masyarakat Indonesia di zaman itu.
Namun, kehadiran kue kering masih terbatas pada kalangan tertentu sehingga kue kering dianggap menjadi penanda kelas sosial. Masyarakat kelas menengah dan atas lebih familiar dengan makanan bangsa Eropa mulai tidak tertarik dengan makanan khas daerahnya yang terbuat dari sagu, tepung beras, tepung ketan, dan sebagainya.
Kini, kue kering tidak lagi mewakili kelas sosial seseorang. Kue kering sudah tersedia secara umum dan mudah ditemui, bahkan bisa dibuat di rumah dengan mudah melalui banyak tutorial pada kanal video maupun buku resep. Mudahnya mendapatkan kue kering di masa modern ini menjadikan kue kering banyak digunakan sebagai makanan yang biasa dibagikan kepada sanak saudara saat lebaran tiba. Di samping makanan khas daerah seperti opor dan ketupat, hadirnya kue kering di setiap rumah menghadirkan dinamika dalam aneka ragam makanan yang tersedia pada saat lebaran tiba.
Sumber:
Aisyah, Y. (2021). Sejarah Tradisi Berbagi Bingkisan Jelang Lebaran di Indonesia. Retrieved from https://www.kompas.com/food/read/2021/05/12/031600375/sejarah-tradisi-berbagi-bingkisan-jelang-lebaran-di-indonesia
Hardiyanto, S. (2023). Sejarah Kue Kering yang Identik dengan Perayaan Lebaran di Indonesia, Apa Saja Jenisnya? Retrieved from https://www.kompas.com/tren/read/2023/04/22/063000765/sejarah-kue-kering-yang-identik-dengan-perayaan-lebaran-di-indonesia-apa
Penulis: Ekas Abdul Baits
Desainer: Nurul Futihat dan Deviana Cahya Lestari