Satuan Tugas (Satgas) Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Perguruan Tinggi (PPKPT) Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika) menanggapi kemunculan akun media sosial “Unsika_[sebutan]” seperti Unsika Cantik, Unsika Ganteng, hingga Musang Unsika yang sebelumnya sempat ramai dibicarakan setelah mengunggah foto-foto mahasiswa Unsika, sebelum akhirnya dihapus dari media sosial.
Ketua Satgas PPKPT Unsika, Nelly Martini, menegaskan bahwa satgas tidak mentoleransi segala bentuk kekerasan, baik fisik, psikis, maupun yang terjadi melalui media digital.
“Kita tidak mentoleransi apapun terkait kekerasan, baik kekerasan secara langsung, psikis, psikologis, atau lewat media misalnya, kalau itu terjadi dan merasa ada pihak-pihak yang dirugikan maka silahkan segera melapor ke satgas PPKS,” ujarnya saat diwawancarai langsung, Selasa (28/10/2025).
Sementara itu, Sekretaris Satgas PPKS Unsika, Naufal Fakhri Rasyidi, menjelaskan bahwa unggahan foto seseorang tanpa persetujuan dapat dikategorikan sebagai bentuk kekerasan.
“Selama tidak ada persetujuan dari pihak yang diposting, maka itu salah satu dalam bentuk kekerasan,” jelasnya saat diwawancarai langsung, Selasa (28/10/2025).
Menanggapi hal tersebut, salah satu korban yang fotonya sempat diunggah oleh akun @unsikacantik, yaitu PN, mengaku dirinya terkejut setelah mengetahui bahwa fotonya diunggah tanpa izin. PN mengetahui unggahan tersebut setelah akunnya disebut di kolom komentar.
“Aku kaget, soalnya itu foto aku, tapi aku nggak tahu siapa yang ngirim fotonya ke akun itu,” ujarnya saat diwawancarai langsung, Rabu (29/10/2025).
PN merasa foto yang diunggah diambil dari akun Instagramnya yang sifatnya tertutup. Namun, tak disangka fotonya telah terunggah di akun @unsikacantik tersebut. Tentu ini membuat PN kebingungan, “bagaimana foto tersebut bisa tersebar dan siapa yang mengirimkannya?”.
“Itu kayaknya diambil dari akun aku, soalnya ada satu foto yang cuma aku post di second account,” ujarnya
Meski PN tidak mengalami dampak yang signifikan atau pesan yang bersifat melecehkan, ia mengaku tetap tidak nyaman. Menurutnya, akun sejenis Unsika Cantik yang kini sudah banyak dinormalisasikan banyak kampus justru membuat pandangan dan menilai perempuan dari penampilan fisiknya.
“Aku nggak suka akun kayak gitu, soalnya menurut aku semua cewek itu cantik,” tegasnya
Satgas PPKS Unsika pun menjelskan masih terus berupaya untuk melakukan sosialisasi dan sejenisnya mengenai pentingnya pencegahan kekerasan seksual, khususnya berbasis digital. Nelly juga berpendapat bahwa setiap individu memiliki cara pandang yang berbeda dalam menanggapi kasus ini.
“Sebenarnya kan tergantung semua orang juga menyikapi itu, punya opini masing-masing. Ada yang merasa biasa saja, tapi ada juga yang merasa tidak nyaman bahkan menolak. Nah, ketika sudah ada rasa tidak suka atau ketidaknyamanan tanpa adanya persetujuan, itu bisa menjadi bentuk kekerasan psikis,” jelasknya.
Namun, kekerasan tetaplah kekerasan, waalaupun terjadi di ruang digital sekalipun Jadi, perlu lebih berhati-hati dalam bermedia sosial, terlebih lagi jejak digital yang sulit bahkan tidak bisa dihapus.
“Intinya, semua orang terutama mahasiswi harus lebih berhati-hati dan waspada. Jangan sampai terlibat dalam hal yang tidak diketahui sepenuhnya. Apapun itu, identitas dan foto pribadi harus dijaga,” tutup Nelly.
SAN, TSL