Rumitnya Birokrasi Peminjaman Aula, Hak Ormawa Dipertanyakan
Redaksi
Berita
17 Jul 2025

Organisasi Mahasiswa (Ormawa) tak ayal memiliki banyak sekali program kerja yang harus mereka tuntaskan demi kesejahteraan anggotanya. Program demi program diselesaikan sebagai bentuk tanggung jawab dan pengabdian terhadap organisasi yang mereka ikuti. Dalam proses tersebut, biasanya dibutuhkan sebuah tempat atau lokasi yang menjadi titik atau pilar berdirinya sebuah acara agar dapat terlaksana. Tak terkecuali bagi Ormawa Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika), adapun salah satu tempat yang sering dipakai adalah Aula Syekh Quro.
Aula Syekh Quro terletak di lingkungan Unsika, lebih tepatnya di samping Fakultas Pendidikan Agama Islam (PAI). Aula Syekh Quro sendiri memang sudah sering digunakan untuk berbagai kegiatan yang ada di lingkup Unsika, seperti acara Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB), acara seminar, acara workshop, dan lain-lain. Siapa pun dan apa pun boleh menggunakan Aula Syekh Quro, dengan catatan mengikuti alur birokrasi yang diberikan oleh pihak kampus.
Namun, belakangan ini setiap akhir pekan, Aula Syekh Quro selalu terlihat lengang, sudah jarang terlihat Ormawa Unsika yang menggunakan aula di akhir pekan. Hal ini bukan tanpa sebab, melainkan karena proses peminjamannya yang dinilai sedikit sulit. Di balik pintu kaca yang terkunci rapat, banyak rencana kegiatan mahasiswa yang akhirnya mau tidak mau harus memutar otak untuk mencari opsi tempat lain, termasuk di luar.
Ketua umum Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Komputer (Fasilkom), Benedict, mengungkapkan dirinya terbebani dengan alur birokrasi peminjaman aula yang sulit terutama di akhir pekan.
“Kalau untuk itu kayaknya hampir semua Ormawa merasa terbeban ya akan alur birokrasi yang ribet sama ya pembatasan itulah. Jadi, kalo untuk itu sih gue bener-bener merasa gak setuju karena gue yakin semua Ormawa punya tujuan yang sama, sama-sama mencapai kesejahteraan juga,” ucapnya saat diwawancarai secara langsung, Sabtu (28/6/2025).
Adapun tanggapan lain muncul dari ketua umum BEM Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisip), Jabbar, ia menjelaskan perihal sulitnya peminjaman aula di akhir pekan menghambat jalannya program kerja di aula pada hari Sabtu atau Minggu bagi Ormawa-Ormawa, serta kurangnya penyampaian informasi dari pihak pimpinan.
“Sebenarnya ini melanggar prinsip fasilitas kali ya, apalagi ini fasilitas umum, semakin dipersulit aja ketika temen-temen Ormawa yang butuh aula di weekend itu khususnya itu dipersulit, dengan beberapa ketidakpastian yang disampaikan oleh pihak rektorat,” pungkasnya saat diwawancarai via WhatsApp, Jumat (27/6/2025).
Benedict memberikan tanggapan lebih lanjut mengenai hal ini, yaitu terkait salah satu peraturan yang ada dalam birokrasi peminjaman aula khususnya di akhir pekan, bahwa mahasiswa harus mengundang orang dari kalangan setara pejabat negara agar bisa disetujui.
“Gue gak tau yang ini salah atau bener, cuman harus bener-bener ngundangnya yang kayak wah gitu (orang pejabat), makanya sampe ada yang kadang-kadang ini ya, ngundang bupati, ya kan,” lanjutnya.
Benedict menambahkan bahwa adanya bantuan dari Fakultas dapat mempercepat birokrasi peminjaman aula, namun ia rasa seharusnya tidak perlu sampai sebegitunya.
“Dan juga untuk meminjam aula di hari Sabtu itu bener-bener harus dengan bantuan fakultas sebisa mungkin, jadi orang fakultas tuh harus bener-bener turun langsung juga, ya gatau ya itu mungkin afirmasi-afirmasi yang lebih kuat mungkin kalau misal dengan orang fakultas, cuman kan ya seharusnya kan kita gaperlu seribet itu gak sih kayaknya,” tambahnya.
Jabbar juga mengingat perihal peminjaman aula di tahun lalu, untuk birokrasinya itu masih tidak terlalu sulit dan masih bisa menjalankan program kerja Ormawa di hari Sabtu atau Minggu, tidak layaknya di tahun sekarang perihal peminjaman tersebut semakin dipersulit.
“Tahun lalu kalo gak salah ya, birokrasi perihal Aula tanpa embel-embel siapapun kita langsung ke pihak rektorat dan itu harus melalui konfirmasi H-3 bulan kalo mau nyari aman biar, program yang kita jalani ini tidak tergeser oleh program-program lainnya,” ungkapnya.
Adapun ketua Ormawa lain yang enggan disebutkan namanya, turut mengungkapkan keresahan yang sama. Bahwa dirinya ini merasa kecewa karena acara program yang ia jalani pada akhirnya gagal untuk memakai aula akibat birokrasi yang terlalu rumit.
“Tanggapan saya pribadi tentu ada rasa kecewa, karena kegiatan kami bertujuan baik, juga bisa memperkenalkan nama Unsika ke masyarakat luar. Namun, sangat disayangkan kebijakan kampus tidak bisa,” ujarnya saat diwawancarai via WhatsApp, Minggu (22/6/2025).
Ia juga menambahkan, bahwa pemakaian aula yang hanya bisa di hari biasa ini sedikit kurang optimal mengingat mahasiswa banyak memiliki kegiatan akademik pada hari tersebut.
“Menurut saya belum optimal. Mahasiswa saat weekday umumnya sibuk dengan kuliah dan praktikum. Jadi, jika peminjaman aula hanya diperbolehkan di weekday, maka akan banyak kegiatan kemahasiswaan yang terhambat dan harus mencari tempat atau aula di luar kampus,” tambahnya.
Tak hanya itu, dirinya berharap agar kedepannya kampus bisa lebih mendukung kegiatan mahasiswa dan ormawa lebih baik lagi.
“Saya berharap kebijakan kampus bisa lebih mendukung kegiatan mahasiswa dan Ormawa, terutama yang berkaitan dengan karya dan prestasi mahasiswa. Semoga fasilitas kampus, termasuk aula, bisa dipermudah peminjamannya, baik dari segi prosedur maupun waktu penggunaannya, agar potensi mahasiswa bisa tersalurkan dengan baik,” harapnya.
Benedict juga turut mengungkapkan keinginannya agar Ormawa bisa mendapatkan haknya yang pantas terkait fasilitas kampus.
“Untuk menanggulangi kewajiban yang kita lakukan kayaknya kita perlu hak kita ya atas fasilitas-fasilitas tadi kan, ya gue sih berharap bahwasanya memang, kita, ormawa-ormawa yang ada di dalem sini yang memang didahulukan dulu untuk bisa meminjam aula dan lain-lain itu,” tutupnya.
(MLN, KMG)