Resensi Novel Poetry In Our Heads

Redaksi
28 Oct 2025
Resensi Buku
Thumbnail Artikel Resensi Novel Poetry In Our Heads

Sumber: bukune.com

 

Identitas Novel

  • Judul Buku: Poetry in Our Heads
  • Pengarang: Kith
  • Penerbit: Bukune 
  • Tanggal Terbit: September 2024 
  • ISBN: 978-602-220-749-8
  • Jenis: Novel fiksi kontemporer
  • Tebal halaman: 368 halaman 

 

Novel Poetry in Our Heads karya Kith menyajikan kisah yang lembut namun penuh makna tentang proses penyembuhan diri dan penerimaan terhadap luka masa lalu. Melalui dua tokoh utamanya, Malik Wartana dan Greta Tsahara, pembaca diajak mengikuti perjalanan emosional dua individu yang sama-sama terluka, tetapi berusaha bangkit dan berdamai dengan masa lalunya. Pertemuan mereka menjadi awal dari proses saling memahami, di mana musik, puisi, dan percakapan sederhana menjadi jembatan untuk menemukan kembali arti hidup.

 

Saat membaca novel ini, saya merasakan suasana yang tenang dan sangat menyentuh. Gaya bahasa yang digunakan Kith terkesan puitis membuat setiap adegan terasa hidup dan penuh emosi. Banyak bagian yang membuat saya berhenti sejenak untuk merenung, karena kalimat-kalimatnya mampu menggambarkan kesepian, kehilangan, dan harapan dengan sangat jujur. Saya merasa pesan yang ingin disampaikan Kith tidak hanya tentang cinta antar manusia, tetapi juga tentang mencintai diri sendiri setelah melalui luka mendalam.

 

Dari dua tokoh utama, saya pribadi sangat mengagumi sosok Malik. Ia digambarkan sebagai pria yang dewasa, tenang, dan bijak dalam menghadapi kehidupan. Meskipun menyimpan luka, Malik tidak menutup diri, justru mencoba memahami makna kehilangan dengan cara yang lembut. Sikapnya mengajarkan bahwa kedewasaan bukan berarti tanpa rasa sakit, melainkan kemampuan untuk menerima dan tetap berbuat baik meski pernah terluka.

 

Secara keseluruhan, novel ini memberikan pengalaman membaca yang reflektif dan menenangkan. Poetry in Our Heads mengajarkan bahwa setiap orang memiliki proses penyembuhan yang berbeda, dan tidak apa-apa untuk merasa hancur sesekali, karena dari sana kita belajar menjadi lebih kuat. Pesan edukatif yang bisa diambil adalah pentingnya memahami diri sendiri, memaafkan masa lalu, dan menghargai setiap proses kehidupan yang membawa kita pada versi terbaik diri kita.

 

Kelebihan Buku

Kelebihan utama novel Poetry in Our Heads terletak pada gaya bahasa Kith yang puitis dan emosional. Setiap kalimat tersusun indah dan mampu menggugah perasaan pembaca. Penulis tidak hanya bercerita, tetapi juga mengajak pembaca untuk ikut merenung dan memahami arti kehilangan serta proses mencintai diri sendiri. Selain itu, novel ini menyajikan karakter yang kuat dan realistis. Malik dan Greta digambarkan dengan sangat manusiawi, mereka tidak sempurna, namun justru dari ketidaksempurnaan itu muncul keindahan cerita. Penulis juga berhasil menggambarkan suasana dengan detail lembut, seperti aroma kopi, suara musik lawas, atau suasana sepi di kamar yang penuh kenangan.

 

Novel ini juga mengandung banyak kutipan dan refleksi yang bisa dijadikan motivasi hidup. Beberapa di antaranya bahkan terasa seperti puisi yang menenangkan hati. Dengan gaya yang lembut dan introspektif, Kith mengajak pembaca memahami bahwa setiap orang berhak sembuh dengan caranya masing-masing.

 

Kekurangan Buku

Meski memiliki banyak kelebihan, novel Poetry in Our Heads juga memiliki beberapa kekurangan. Salah satunya adalah tempo cerita yang cenderung lambat. Bagi pembaca yang menyukai alur cepat dan penuh konflik, bagian-bagian reflektif dalam novel ini mungkin terasa bertele-tele.

 

Selain itu, beberapa dialog dan bahasa yang digunakan di dalamnya terasa terlalu filosofis dan padat makna sehingga dapat membuat pembaca awam sulit memahami maksudnya secara langsung. Cerita yang sangat fokus pada batin tokoh juga membuat beberapa bagian terasa monoton karena minim aksi. Namun, kekurangan tersebut sebetulnya sejalan dengan karakter novel yang memang berfokus pada sisi psikologis dan perasaan, bukan pada kejadian besar.

 

Kesimpulan

Secara keseluruhan, Poetry in Our Heads bukan sekadar kisah cinta dua orang yang terluka, melainkan perjalanan batin tentang berdamai dengan diri sendiri. Novel ini memberi pesan bahwa setiap luka akan sembuh pada waktunya, dan cinta sejati bukan hadir untuk menyembuhkan, tetapi untuk menemani proses itu.

 

Kith berhasil menulis kisah yang lembut, jujur, dan menyentuh hati pembaca. Buku ini sangat direkomendasikan untuk siapa pun yang sedang belajar memaafkan masa lalu, memahami diri, atau sekadar ingin menemukan keindahan dalam kesedihan.

 

Penulis: Devina Nur Azizah

Desainer: Zahra Farida