Pertanian Tak Lagi Menarik Bagi Anak Muda Masa Kini, Mengapa?

Redaksi
Opini
21 Jun 2025
Thumbnail Artikel Pertanian Tak Lagi Menarik Bagi Anak Muda Masa Kini, Mengapa?
Sumber Gambar: voaindonesia.com

Sejak dulu Indonesia sudah terkenal dengan julukan agraris karena secara geografis mengandalkan sektor pertanian sebagai mata pencarian. Indonesia juga memiliki iklim tropis yang sangat mendukung untuk menanam berbagai macam tanaman. Sektor ini juga sangat berpengaruh, selain sebagai mata pencaharian bagi sebagian masyarakat, pertanian juga menjadi sumber devisa negara. Beberapa hasil pertanian juga menjadi komoditas yang banyak diekspor dan menjadi sumber utama pemasukan devisa dari pasar internasional. 

Namun, pada zaman dengan gempuran industrial, sektor pertanian menjadi hal yang tidak lagi menarik bagi generasi muda. Generasi muda, kini cenderung enggan menjadi petani karena profesi tersebut sering dipandang sebelah mata. Masyarakat masih menilai pekerjaan di sektor pertanian sebagai kurang bergengsi dan tidak memberikan jaminan masa depan yang cerah. Fenomena ini sejalan dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat.

Selain itu, penghasilan petani yang fluktuatif dan tidak menentu membuat profesi ini semakin tidak menarik. Ketika usaha pertanian tidak disertai dengan jaminan harga, subsidi alat produksi, dan kepastian pasar maka menjadi petani dianggap sebagai pilihan hidup yang berisiko tinggi, bukan sebagai karier prestisius atau membanggakan. Kebijakan pembangunan selama ini juga lebih condong ke sektor industri dan jasa, seolah-olah pertanian adalah sektor kuno yang tak lagi relevan. Maka tidak heran apabila generasi muda sekarang semakin sedikit yang memiliki minat bertani.

Sumber Gambar: theconversation.com

Dikutip dari theconversation.com, hasil riset Lukas Bonar Keinginan mahasiswa IPB menjadi petani cukup rendah, yaitu sebesar rata-rata 5,65 dari 10, jauh di bawah rata-rata keinginan mereka untuk membuka bisnis di sektor lain sebesar 8,29.

Kurangnya peran aktif dan strategi tepat dari pemerintah dalam menjadikan pertanian sebagai sektor yang menarik, menguntungkan, dan bermasa depan. Saat ini, sebagian besar anak muda memandang pertanian sebagai profesi kuno, penuh lumpur, dan minim keuntungan. Pada realitanya, padahal dengan kemajuan teknologi dan pendekatan modern saat ini, pertanian bisa menjadi sektor yang menjanjikan. Sayangnya, citra ini tidak pernah benar-benar dibentuk atau didukung secara serius oleh kebijakan pemerintah.

Sektor pertanian juga jarang dipromosikan sebagai bidang yang inovatif dan berteknologi tinggi. Banyak startup agritech dan praktik smart farming yang justru berkembang di luar dukungan pemerintah atau hasil inisiatif pribadi. Ini menunjukkan bahwa ada potensi besar di sana, tetapi pemerintah belum cukup cepat beradaptasi atau memberikan ruang tumbuh yang ideal. Bertani tak seharusnya dipandang sebagai jalan terakhir, dan pemerintah punya kuasa untuk mengubah itu. Lewat langkah yang tepat, pertanian sebenarnya bisa menjadi ladang prestasi, bukan sekadar ladang penghidupan.

Fenomena ini akan sangat berpengaruh kepada ketahanan pangan di Indonesia. Jika sudah terjadi krisis pangan maka otomatis pengimporan bahan pangan Indonesia akan meningkat. Dikutip dalam theconversation.com, menurut data Badan Pusat Statistik Kekurangan produksi pangan juga ditunjukkan dengan rata-rata peningkatan impor pangan sebesar 5,98% tiap tahunnya. Dampak yang langsung akan dirasakan oleh masyarakat sendiri seiring kurangnya pasokan pangan harga bahan pokok pun akan semakin melonjak dan mempengaruhi perekonomian. Tidak hanya itu, lahan-lahan yang harusnya menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat pun menjadi lahan kosong tak bermanfaat.

Bisa kita lihat bahwa rendahnya minat anak muda terhadap dunia pertanian bukan semata-mata karena mereka malas atau gengsi semata, tetapi ada banyak faktor yang saling berkaitan. Mulai dari citra bertani yang dianggap tak bergengsi, penghasilan tidak menentu, akses teknologi terbatas, hingga minimnya dukungan dari pemerintah dan lingkungan sekitar. 

Referensi :
Bisnis, K. (2021, 8 19). Kenapa Anak Muda Indonesia Enggan Jadi Petani? Retrieved from Kumparan.com: https://kumparan.com/kumparanbisnis/kenapa-anak-muda-indonesia-enggan-jadi-petani-1wMQQaQ6XHf/1 

Dukungan Pemerintah Terhadap Pertanian Generasi Muda Masih Minim
. (2023). Retrieved from Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Muhammadiyah Kendari.

Nainggolan, L. B. (2022, 9 24). Riset: Mahasiswa pertanian tak ingin jadi petani, apa sebabnya? Retrieved from theconversation.com: https://theconversation.com/riset-mahasiswa-pertanian-tak-ingin-jadi-petani-apa-sebabnya-190370 

Oktafiai, I. (2021). Sulitnya Regenerasi Petani pada Kelompok Generasi Muda. Jurnal Studi Pemuda.

Susilowati, S. H. (2016). Fenomena Penuan Petani dan Berkurangnya Tenaga Kerja Muda Serta Implikasinya Bagi Kebijakan Pembangunan Pertanian. Forum Penelitian Agro ekonomi.


Penulis: Naruto
Desainer: Ajeng Putri Yunita

LPM Channel

Podcast NOL SKS