Perpusnas: Lebih dari Sekadar Tempat Buku, Ini Jantung Literasi Indonesia
Redaksi
Artikel
28 May 2025

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) merupakan lembaga penting yang memiliki peran strategis dalam pengembangan literasi, pelestarian budaya, dan penyediaan akses informasi di Tanah Air. Didirikan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang ditandatangani oleh Dr. Daoed Joesoef, S.E., pada 16 Mei 1980, awalnya Perpusnas berada di bawah naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan hanya empat unit kerja.
Seiring waktu, Perpusnas berkembang menjadi lembaga non-kementerian yang mandiri dan kini memiliki lebih dari 500.000 koleksi serta didukung oleh ratusan tenaga pustakawan profesional. Melalui Undang-Undang No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan, Perpusnas resmi diakui sebagai perpustakaan pembina nasional yang juga berfungsi sebagai pusat pendidikan, pelestarian, penelitian, rekreasi, serta jejaring informasi yang melayani seluruh lapisan masyarakat.
Sejarah Perpusnas dapat ditelusuri jauh ke masa kolonial Belanda. Cikal bakal lembaga ini berasal dari perpustakaan milik Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (BGKW), sebuah lembaga ilmiah yang berdiri tahun 1778 di Batavia (kini Jakarta). Perpustakaan ini menjadi pusat dokumentasi sejarah, budaya, dan ilmu pengetahuan di Hindia Belanda, serta menyimpan koleksi naskah-naskah kuno yang kini menjadi bagian penting dari warisan literasi bangsa.
Upaya membangun sistem perpustakaan nasional Indonesia mulai diperkuat pasca-kemerdekaan. Tahun 1949, melalui kerja sama dengan UNESCO, pemerintah mendorong pengembangan perpustakaan di desa-desa untuk meningkatkan akses informasi bagi masyarakat. Kemudian dibentuklah Biro Perpustakaan dan Badan Bibliografi Nasional yang menjadi fondasi awal terbentuknya Perpustakaan Nasional yang resmi.
Dalam menghadapi era digital, Perpustakaan Nasional terus berinovasi. Kini, selain menyediakan layanan fisik, Perpusnas juga menghadirkan berbagai platform digital seperti Perpusnas Mobile, e-Resources, dan katalog daring yang memudahkan pengguna mengakses ribuan koleksi buku, jurnal, dan artikel ilmiah dari mana saja. Proses digitalisasi koleksi juga menjadi prioritas untuk menjangkau wilayah-wilayah yang sulit dijangkau secara fisik. Tak hanya itu, Perpusnas juga aktif dalam pengembangan sumber daya manusia pustakawan melalui pelatihan, sertifikasi, serta penyusunan standar layanan perpustakaan nasional agar pelayanan dapat dilakukan secara profesional dan merata.
Di balik kiprahnya yang luar biasa, ada beberapa fakta unik dari Perpusnas yang membuatnya semakin istimewa:
- 1. Gedung Perpustakaan Tertinggi di Dunia
Gedung baru milik Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) yang terletak di Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, memiliki ketinggian mencapai 126,3 meter dan terdiri atas 27 lantai. Dengan tinggi tersebut, gedung ini tercatat sebagai gedung perpustakaan tertinggi di dunia. Hal ini mencerminkan komitmen pemerintah Indonesia dalam mendukung pengembangan literasi dan pendidikan melalui fasilitas yang modern dan representatif. Gedung ini tidak hanya difungsikan sebagai tempat penyimpanan buku, tetapi juga menjadi pusat kegiatan literasi dan penelitian. - 2. Naskah Nusantara dan Warisan Dunia
Perpusnas memiliki koleksi ribuan naskah kuno yang berasal dari berbagai daerah di Nusantara. Salah satu naskah penting yang disimpan adalah La Galigo, sebuah karya sastra klasik dari Sulawesi Selatan yang dianggap sebagai salah satu karya sastra terpanjang di dunia. Naskah ini telah diakui oleh UNESCO sebagai bagian dari program Memory of the World, yang bertujuan melestarikan warisan dokumenter penting dari seluruh dunia. Keberadaan naskah-naskah tersebut menunjukkan kekayaan budaya dan intelektual bangsa Indonesia yang telah ada sejak zaman dahulu. - 3. Anggota Aktif IFLA (International Federation of Library Associations and Institutions)
Perpusnas merupakan anggota aktif dari IFLA, yaitu organisasi internasional yang mewadahi perpustakaan dan institusi informasi di seluruh dunia. Keanggotaan ini mencerminkan peran Perpusnas yang tidak hanya berkontribusi di tingkat nasional, tetapi juga ikut serta dalam diskusi dan pengembangan kebijakan literasi global. Melalui IFLA, Perpusnas dapat bertukar informasi, mengikuti tren internasional, dan menjalin kerja sama dengan berbagai lembaga perpustakaan di dunia, sehingga memperkuat posisinya dalam percaturan literasi global.
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia bukan sekadar tempat menyimpan buku, melainkan simbol komitmen bangsa terhadap pengetahuan, pelestarian budaya, dan literasi publik. Dari warisan sejarah masa kolonial hingga transformasi digital di era modern, Perpusnas terus menunjukkan peran vitalnya dalam membentuk masyarakat yang cerdas, kritis, dan melek informasi. Dengan dukungan seluruh lapisan masyarakat dan pemerintah, diharapkan Perpustakaan Nasional dapat terus berkembang menjadi pusat pengetahuan yang inklusif, inovatif, dan relevan bagi generasi masa kini maupun mendatang.
Referensi:
kompasiana. (2024, oktober). Sejarah Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Jakarta. https://www.kompasiana.com/asiyah165173/671ce58f34777c7926633152/sejarah-perpustakaan-nasional-republik-indonesia-jakarta
Perpustakaan Naional. (2024, Mei). Mengukir Sejarah: Perjalanan 44 Tahun Perpustakaan Nasional dalam Melayani Bangsa. https://pusdiklat.perpusnas.go.id/berita/read/207/mengukir-sejarah-perjalanan-44-tahun-perpustakaan-nasional-dalam-melayani-bangsa
Perpustakaan Nasional. (2021, Mei). Perpusnas Selenggarakan FGD Sejarah Perpustakaan dari Masa ke Masa. https://www.perpusnas.go.id/berita/perpusnas-selenggarakan-fgd-sejarah-perpustakaan-dari-masa-ke-masa
Penulis: NOL
Desainer: Ekas Abdul Baits