Peringatan Hari Kemanusiaan Sedunia: Pergeseran Solidaritas di Era Digital dan Tantangan yang Dihadapi

Redaksi
Artikel
21 Aug 2025
Thumbnail Artikel Peringatan Hari Kemanusiaan Sedunia: Pergeseran Solidaritas di Era  Digital dan Tantangan yang Dihadapi
Beberapa tahun terakhir dunia selalu dihadapkan dengan berbagai peristiwa kemanusiaan, mulai dari bencana alam, wabah penyakit, konflik bersenjata, hingga konflik kecil dalam lingkup sosial. Di tengah situasi tersebut, aksi kemanusiaan menjadi penopang penting agar bisa saling membantu untuk mereka yang terdampak. Salah satu momen untuk menghargai rasa kemanusiaan tersebut adalah Hari Kemanusiaan Sedunia atau World Humanitarian Day yang diperingati setiap tanggal 19 Agustus.

Hari Kemanusiaan Sedunia pertama kali dicetuskan oleh Majelis Umum PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) pada tahun 2008. Ada alasan mengapa peringatan ini ditetapkan di tanggal 19 Agustus, untuk mengenang peristiwa pengeboman kantor PBB di Baghdad, Irak, kejadian tersebut terjadi pada 19 Agustus 2003 dan menewaskan 22 orang. Itulah mengapa momen ini menjadi pengingat dunia akan pentingnya solidaritas sesama manusia di berbagai belahan dunia.

Di era digital ini bentuk solidaritas kemanusiaan sudah banyak mengalami pergeseran, dahulu bantuan kemanusiaan lebih identik dilakukan dengan aksi langsung, namun saat ini dunia maya menjadi salah satu ruang utama untuk menggerakkan kepedulian publik. Era digital dapat menjadi jembatan bagi manusia yang ingin mempertahankan solidaritasnya agar tidak tertinggal oleh jarak, waktu, maupun batas wilayah, seperti donasi digital, kampanye kesadaran dan gerakan penggalangan dukungan. Namun, dibalik kemudahannya, muncul tantangan baru yang menjadi penghalang ketulusan publik. Berikut tantangan yang perlu diwaspadai agar solidaritas digital tetap memiliki kemanfaatan yang tepat sasaran dan tidak berhenti begitu saja:

  1. 1. Informasi Palsu (Hoaks)
Informasi palsu atau hoaks menjadi tantangan yang seringkali muncul di media maya agar publik mudah terpancing. Hoaks biasanya muncul dalam bentuk tulisan, foto atau video yang telah dimanipulasi. Dalam situasi darurat yang membutuhkan solidaritas kemanusiaan, hoaks dapat menyebar cepat dan mendorong publik untuk tidak memverifikasi kebenarannya dahulu. Akibatnya, bantuan bisa salah sasaran atau justru dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.

Gambar 1. mahasiswaindonesia.id

  1. 2. Disinformasi
Disinformasi dapat menyebabkan kekeliruan dan dapat menggiring opini publik, banyak pihak tertentu yang memanfaatkan untuk membangun citra terhadap individu ataupun kelompok. Dampaknya perhatian publik akan terbagi bahkan berita yang sebenarnya terjadi akan teralihkan, disinformasi berpotensi membelah solidaritas publik yang sebelumnya kompak bersatu demi tujuan yang sama. 

Gambar 2. theconversation.com

  1. 3. Kurangnya Transparansi
Penggalangan dana dalam bentuk langsung maupun digital diharuskan adanya transparansi yang jelas, jika dalam pengelolaan dana bantuan mengalami kurangnya transparansi yang rinci akan mengakibatkan turunnya kepercayaan publik, karena transparansi tidak hanya soal mempublikasi jumlah dana yang telah terkumpul, tetapi juga memberikan bukti laporan dalam aksi penyaluran dana bantuan berupa dokumentasi atau verifikasi pihak yang mendapatkan dana tersebut.   

Gambar 3. donasi.lazisnu.org

  1. 4. Kesenjangan Literasi Digital
Tidak semua masyarakat memiliki kemampuan berevolusi pada teknologi yang semakin canggih ini. Kesenjangan literasi digital menjadi hambatan sekaligus tantangan dalam memaksimalkan solidaritas di era digital. Selain itu, keterbatasan akses internet juga menjadi hambatan bagi masyarakat yang ingin berpartisipasi dalam gerakan kemanusiaan, mengakitbatkan aksi kemanuasiaan tidak dapat diakses secara merata.

Gambar 4. megasyariah.co.id

  1. 5. Penyalahgunaan Informasi
Penyalahgunaan informasi menjadi tantangan serius yang seringkali terabaikan dalam gerakan kemanuasisaan yang saat ini mengalami digitalisasi. Banyak oknum yang memanfaatkan informasi terkait penerima bantuan, salah satunya adalah manipulasi kondisi ekonomi seseorang untuk kepentingan yang tidak etis. Hal ini tentunya sangat merugikan bagi masyarakat yang ingin benar-benar membantu, karena dana atau bantuan yang seharusnya tepat sasaran justru malah disalurkan kepada pihak yang tidak jelas.

Gambar 5. pid.kepri.polri.go.id

Digitalisasi seharusnya bukan menjadi penghalang, melainkan jembatan untuk mempererat solidaritas tanpa adanya batas. Semua tantangan tersebut dapat menurunkan semangat kepedulian publik dalam gerakan kemanusiaan. Oleh karena itu, penting bagi penyelenggara bantuan agar dapat memperketat verifikasi data, transparansi, serta menjaga informasi yang beredar harus akurat, dan bagi individu atau pihak yang menyalurkan bantuan terus lebih berhati-hati dalam menelan informasi. Untuk menjadikan gerakan berbasis digital ini lebih efektif, terhindar dari penyalahgunaan, dan yang penting yaitu tepat sasaran bagi mereka yang benar-benar membutuhkan.

Sumber Referensi:
Mediana. (2021). Platform Digital Memudahkan Berdonasi meski Rentan Penyalahgunaan. kompas.id. https://www.kompas.id/artikel/platform-digital-memudahkan-berdonasi-meski-rentan-penyalahgunaan

Aisyah, S. (2024). Meningkatkan Solidaritas Sosial di Zaman Digital. rri.co.id. https://rri.co.id/lain-lain/1162219/meningkatkan-solidaritas-sosial-di-zaman-digital

Laju Peduli. (2024). ZISWAF di Era Digital: Tantangan dan Peluang dalam Pengelolaan. lajupeduli.org. https://lajupeduli.org/peluang-dalam-pengelolaan-ziswaf-di-era-digital/

Penulis: Fathya Salsabilla
Desainer: Rini Agustiani

LPM Channel

Podcast NOL SKS