Pembukaan KKN Unsika Semester Genap Tahun 2024/2025: 1.300 Mahasiswa Diterjunkan ke 80 Desa

Redaksi
Berita
27 Jun 2025
Thumbnail Artikel Pembukaan KKN Unsika Semester Genap Tahun 2024/2025: 1.300 Mahasiswa Diterjunkan ke 80 Desa
Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika) semester genap 2024/2025 resmi dibuka, Senin (23/6/2025). Pembukaan yang dilaksanakan di Aula Syekh Quro ini diikuti oleh sebanyak 1.300 mahasiswa dari berbagai program studi yang terdaftar sebagai peserta. 

Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Unsika, Dayat Hidayat, menyampaikan bahwa prinsip utama KKN mahasiswa adalah bagaimana mahasiswa dapat mengedukasi dan mengubah pengetahuan serta sikap masyarakat melalui keterampilan yang dimiliki mahasiswa. 

“Prinsipnya KKN itu bukan bagi-bagi uang atau sarana prasarana tapi bagaimana mahasiswa mengedukasi, merubah pengetahuan dan sikap masyarakat dengan keterampilannya yang dimiliki,” ungkap Dayat saat diwawancarai langsung, Senin (23/6/2025).

Sambutan Kepala LPPM Unsika, Dayat Hidayat, Senin (23/6/2025).

Dayat juga menekankan pentingnya mahasiswa melakukan adaptasi di lingkungan tempat KKN berlangsung. Ia menghimbau agar seluruh peserta dapat menjalin komunikasi yang baik dengan tokoh masyarakat, pemuda, dan aparat desa demi kelancaran program yang dijalankan selama 35 hari ke depan.

“Adaptasi itu penting, jangan sampai mahasiswa justru menjadi pihak yang menimbulkan masalah. Kenali lingkungan dan libatkan tokoh-tokoh desa dalam setiap kegiatan,” tambahnya.

Foto Bersama Seluruh Tamu Undangan dan Peserta KKN Gelombang 2 Unsika, Senin (23/6/2025).

KKN Unsika semester genap ini disebar di tiga wilayah utama, yaitu Kabupaten Karawang, Purwakarta, dan Bekasi. Setiap kelompok mahasiswa ditugaskan untuk menggali potensi desa, mengidentifikasi permasalahan, serta menjalankan program kerja yang relevan dan berkelanjutan. Beberapa program yang direncanakan meliputi pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), edukasi digital untuk warga, pelatihan kebersihan lingkungan, serta pendampingan administrasi desa.

Salah satu peserta dari Program Studi Manajemen, Ahmad Agustian, yang ditempatkan di Desa Cibatu, Purwakarta, mengaku sempat merasa canggung saat awal bertemu dengan anggota kelompok lintas jurusan. Namun seiring waktu, ia merasa suasana menjadi lebih akrab dan mendukung kerja tim. 

“Awalnya canggung, tapi sekarang udah kayak keluarga. Harapannya makin solid,” ujarnya saat diwawancarai langsung, Senin (23/6/2025). 

Mahasiswi Sistem Informasi, Siylan Azizah, juga mengungkapkan kekhawatirannya tentang kondisi desa, seperti akses transportasi, jaringan, dan jarak ke fasilitas umum sempat menjadi perhatian peserta. Namun, survei awal serta sambutan hangat dari warga membuat sebagian besar mahasiswa merasa lebih tenang dan siap menjalani pengabdian.

“Waktu survei, warga ternyata sangat ramah dan terbuka. Jadi, makin semangat buat menjalani program kerja,” ungkap Siylan saat diwawancarai langsung, Senin (23/6/2025). 

Selain menjalankan program-program utama, beberapa mahasiswa juga berkomitmen untuk menjaga hubungan baik dengan masyarakat setelah KKN selesai. Program berkelanjutan seperti evaluasi UMKM dan pendampingan administrasi desa dirancang agar tetap memberikan dampak setelah program selesai serta menjadi bentuk nyata keberlanjutan peran mahasiswa.

Salah satu tantangan yang dihadapi peserta KKN datang dari mahasiswa yang juga bekerja. Mahasiswi Program Studi Ilmu Komunikasi, Nabila Alfareza, mengaku harus mengambil cuti dan menunda sejumlah tanggung jawab pekerjaan demi mengikuti program KKM  yang menjadi syarat kelulusan.

“Kebetulan sambil kerja juga, jadi harus ambil cuti gitu dari pekerjaan karena KKN ini wajib ya buat syarat lulus, makanya harus tetap diutamakan,” ucapnya saat diwawancarai secara langsung, Senin (23/6/2025).

Melalui KKN ini, Unsika menaruh harapan besar pada mahasiswanya untuk tidak hanya hadir secara fisik di desa, tetapi juga menjadi agen perubahan sosial. Hal tersebut, seperti yang disampaikan Dayat Hidayat, bahwa KKN bukan sekadar formalitas akademik, tetapi sarana untuk mendekatkan ilmu dengan kehidupan nyata masyarakat.

“Mahasiswa harus bisa membawa perubahan. Jangan hanya datang, menjalankan program, lalu pergi, tapi tinggalkan jejak yang bermanfaat,” tutup Dayat.



(PRI, NVA, NJ)

LPM Channel

Podcast NOL SKS