Nasib Kontras Dua Guru: Menyuarakan Kebenaran VS Pertunjukkan Kurang Moral
Redaksi
Opini
11 Apr 2025

Dunia pendidikan sedang tidak baik-baik saja. Dua orang guru belakangan ini viral di media sosial dan dibanjiri komentar warganet, karena kasus yang menimpa keduanya mendapat tanggapan yang sangat bertolak belakang.
Pada 20 Februari 2025, melalui akun Instagram, band punk Sukatani yang berasal dari Purbalingga, Jawa Tengah, memposting video klarifikasi dan permintaan maaf. Lagu “Bayar Bayar Bayar” yang mereka bawakan berisi sindiran terhadap oknum di institusi kepolisian. Dalam video tersebut, Muhammad Syifa Al Lutfi (dengan nama panggung Alectroguy) selaku gitaris, dan Novi Citra Indriyati (dengan nama panggung Twister Angel) selaku vokalis, membuka penutup wajah yang biasa mereka gunakan saat tampil di panggung. Mereka melakukan klarifikasi, menyampaikan permintaan maaf, dan menarik lagu “Bayar Bayar Bayar” dari semua platform musik. Warganet menduga bahwa band Sukatani mendapat tekanan dari pihak kepolisian.
Mengutip dari laman jatim.tribunnews.com, salah satu kru band Sukatani, Dilan, membenarkan adanya tekanan terhadap para personel, yang dimulai dengan pencarian secara tidak langsung oleh intel. Ia juga mengungkapkan bahwa mereka mengalami kerugian, baik secara materiil maupun immateriil.
Terungkap fakta bahwa Novi merupakan seorang guru di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Mutiara Hati, Banjarnegara. Meskipun telah menyampaikan permintaan maaf, ia tetap dipecat, dan statusnya di Data Pokok Pendidikan (Dapodik) menjadi tidak aktif.
Alasan pemecatannya disebabkan karena ia bergabung dengan band punk, namun tidak dijelaskan lebih lanjut apakah hal tersebut termasuk pelanggaran berat atau tidak. Novi juga tidak diberi kesempatan untuk memberikan keterangan, alias dipecat secara sepihak.
Selain itu, tidak ada perlindungan atau dukungan dari lembaga kependidikan seperti Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). PGRI pun tampak tidak mengetahui kasus ini, dan belum memberikan tanggapan terkait pemecatan Novi.
Di sisi lain, seorang guru asal Jember, Jawa Timur, Salsabila Rahma—yang akrab disapa Salsa—viral karena video syur yang menampakkan dirinya beredar di internet. Ia mengaku telah dijebak oleh rekannya. Beberapa hari setelah videonya viral, Salsa mengundurkan diri dari profesinya sebagai guru honorer.
Mengutip dari laman tvonenews.com, Humas Pengurus Besar (PB) PGRI, Ilham Wahyudi, menyayangkan keputusan Salsa yang mengundurkan diri sebagai guru. Beberapa hari setelah pengunduran dirinya, Salsa dinyatakan lulus seleksi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
Ilham sempat menanyakan alasan di balik keputusan tersebut. Salsa menjelaskan bahwa ia merasa panik dan terburu-buru dalam mengambil keputusan. Ilham pun berharap Salsa dapat kembali mengajar, mengingat kelulusan PPPK merupakan kesempatan yang sangat diidamkan oleh banyak guru honorer.
Terlihat sangat kontras, bukan? Ketika kebebasan berekspresi dan menyuarakan pendapat melalui seni mulai dicekal dan pelakunya adalah seorang guru situasi ini seharusnya menjadi pengingat yang keras bagi kita semua. Bukan tidak mungkin, apa yang disuarakan oleh band Sukatani hanyalah satu dari sekian banyak potret buruknya perilaku oknum di lembaga yang sejatinya bertugas untuk membantu dan mengayomi masyarakat.
Mirisnya, tindakan yang kurang etis justru dilakukan oleh seorang guru—sosok yang seharusnya digugu dan ditiru. Lebih memprihatinkan lagi, guru tersebut tetap mendapatkan dukungan dari lembaga kependidikan hanya karena telah dinyatakan lulus seleksi PPPK.
Pertanyaannya, bagaimana jika suatu hari di masa depan, seorang siswa secara tidak sengaja menemukan video tersebut dan menyadari bahwa orang dalam video itu adalah gurunya? Apakah tidak mungkin siswa tersebut akan kehilangan rasa hormat atau memandang rendah sosok guru itu?
Sepatutnya, PGRI memberikan dukungan kepada para guru yang berani menyuarakan keresahan—karena menyampaikan pendapat di negara yang sedang tidak baik-baik saja bukanlah perkara mudah.
Di sisi lain, PGRI juga harus bersikap tegas terhadap guru yang terbukti melanggar norma, apalagi hingga memiliki cacat moral. Sebab, guru adalah figur masyarakat yang akan digugu dan ditiru. Akan sangat tidak bijak apabila seseorang yang memiliki catatan moral justru menjadi pengajar moral bagi generasi penerus bangsa. Kesalahan memang bisa dimaafkan dan dijadikan pelajaran, tetapi tetap akan meninggalkan bekas—bahkan bisa menjadi bagian dari “branding” pribadi seseorang di mata publik.
Sumber:
BBC News Indonesia. (2025, February 23). Sukatani: Mengapa lagu band punk Sukatani “Bayar Bayar Bayar” jadi lagu tema aksi “Indonesia Gelap”? https://www.bbc.com/indonesia/articles/cwyevz4yyn1o#:~:text=Dok%20Nois%20Are%20Sip!,Duo%20band%20Sukatani.&text=Lagu%20%22Bayar%20Bayar%20Bayar%22%20karya,depan%20para%20polisi%20yang%20bertugas.&text=Siapa%20di%20balik%20'teror'%20terhadap,'pembungkaman'%20kritik%20terhadap%20polisi
Ihsanuddin. (2025, March 1). Sukatani Buka-Bukaan Alasan Novi Dipecat sebagai Guru: Karena Jadi Vokalis Band Punk. KOMPAS.com. https://regional.kompas.com/read/2025/03/01/160554578/sukatani-buka-bukaan-alasan-novi-dipecat-sebagai-guru-karena-jadi-vokalis
Widyanuratikah, I., & TvOne, T. (2025, March 9). Tak Mau Perjuangan Bu Salsa Jadi PPPK Sia-sia, Guru di Jember yang Viral karena Video Syur Itu Dapat Dukungan Penuh PGRI. tvonenews.com. https://www.tvonenews.com/berita/nasional/308831-tak-mau-perjuangan-bu-salsa-jadi-pppk-sia-sia-guru-di-jember-yang-viral-karena-video-syur-itu-dapat-dukungan-penuh-pgri?page=all
Alga. (2025, March 2). Pengakuan Novi Vokalis Sukatani dipecat jadi Guru secara tak Adil, Sekolah akui didatangi polisi. Halaman 2 - Tribunjatim.com. https://jatim.tribunnews.com/amp/2025/03/02/pengakuan-novi-vokalis-sukatani-dipecat-jadi-guru-secara-tak-adil-sekolah-akui-didatangi-polisi?page=2
Penulis: Shira
Desainer: Susilawati