Menggugat Kepemimpinan Presiden Mahasiswa yang Berjarak dari Idealisme

Redaksi
Opini
21 Jun 2024
Thumbnail Artikel Menggugat Kepemimpinan Presiden Mahasiswa yang Berjarak dari Idealisme
Pada era ketika mahasiswa seharusnya menjadi garda terdepan dalam perjuangan keadilan dan kebenaran, kita justru menyaksikan sebuah fenomena ironis di lingkungan kampus Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika). Presiden Mahasiswa yang terpilih, alih-alih menjadi simbol perjuangan dan idealisme, tampak lebih dekat dengan kekuasaan dan terjebak dalam praktik politik uang. Fenomena ini menimbulkan berbagai masalah serius, termasuk inkonsistensi gerakan mahasiswa, kekacauan dalam kepengurusan, serta keterlibatan dalam aliansi mahasiswa yang pragmatis. Kajian ini berusaha menggali lebih dalam dan mengkritisi persoalan tersebut dengan pendekatan kritis dan sarkastis, guna membuka mata para pembaca akan realitas yang ada.

Dekatnya Presiden Mahasiswa dengan Kekuasaan
Presiden Mahasiswa seharusnya menjadi simbol perlawanan dan kemandirian, kini malah menjadi bayang-bayang kekuasaan. Kedekatan ini tidak hanya membahayakan independensi gerakan mahasiswa, juga memperlihatkan betapa dangkalnya komitmen mereka terhadap perubahan. Apakah mereka lupa bahwa kampus adalah tempat untuk mengembangkan pikiran kritis, bukan untuk mengamankan posisi di kursi kekuasaan?

Bukti-bukti kedekatan ini dapat dilihat dari berbagai acara kampus yang melibatkan tokoh-tokoh pemerintahan atau partai politik. Alih-alih berdialog kritis, acara-acara ini lebih sering menjadi ajang pencitraan dan penjilat-menjilat. Sangat disayangkan bahwa Presiden Mahasiswa kita tampak lebih sibuk mengurus relasi politik daripada memperjuangkan kepentingan mahasiswa.

Politik Uang dan Konsekuensinya
Lebih mengejutkan lagi adalah fakta bahwa Presiden Mahasiswa ini terpilih melalui politik uang. Politik uang ini bukan hanya menghancurkan integritas proses pemilihan, tetapi juga mencederai nilai-nilai demokrasi di kalangan mahasiswa. Jika proses pemilihan sudah dicemari oleh uang, bagaimana mungkin kita berharap hasil kepemimpinannya akan bersih dan berintegritas?

Kemenangan melalui politik uang mengakibatkan munculnya inkonsistensi gerakan mahasiswa. Gerakan yang seharusnya solid dan berlandaskan ideologi kuat, kini tampak mudah diombang-ambingkan oleh kepentingan pihak-pihak yang memiliki uang. Mahasiswa yang awalnya penuh semangat dan idealisme, kini harus mengakui bahwa suara mereka telah dibeli.

Kepengurusan yang Sengkarut
Inkonsistensi gerakan mahasiswa juga diperparah oleh kekacauan dalam kepengurusan organisasi mahasiswa. Struktur yang seharusnya rapi dan profesional, kini berubah menjadi arena perebutan kekuasaan dan kepentingan pribadi. Tidak jarang kita mendengar cerita tentang konflik internal yang berujung pada perpecahan dan ketidakjelasan arah gerakan.

Manajemen yang buruk ini berdampak langsung pada efektivitas program kerja. Program-program yang direncanakan dengan baik seringkali terhambat oleh kepentingan individu yang lebih mengutamakan keuntungan pribadi daripada kesejahteraan mahasiswa. Kepengurusan yang kacau balau ini tidak hanya merugikan mahasiswa, tetapi juga memperburuk citra organisasi di mata publik.

Keterlibatan dalam Aliansi Mahasiswa yang Pragmatis
Tidak cukup dengan masalah internal, Presiden Mahasiswa ini juga terlibat dalam aliansi mahasiswa yang pragmatis. Aliansi yang dibentuk lebih karena kepentingan sesaat dan transaksional, daripada tujuan ideologis yang jelas. Aliansi ini sering kali hanya menjadi alat untuk mendapatkan keuntungan politik atau materi, tanpa memikirkan dampak jangka panjang bagi mahasiswa.

Keterlibatan dalam aliansi pragmatis ini menunjukkan betapa jauhnya Presiden Mahasiswa dari idealisme yang seharusnya menjadi landasan gerakan mereka. Aliansi ini lebih sering menjadi ajang kompromi daripada perjuangan, lebih banyak menghasilkan kebijakan setengah hati daripada perubahan nyata.

Kesimpulan
Terlihat jelas bahwa Presiden Mahasiswa Unsika yang saat ini menjabat telah jauh dari nilai-nilai idealisme yang seharusnya dipegang teguh oleh seorang pemimpin mahasiswa. Kedekatan dengan kekuasaan, praktik politik uang, kekacauan dalam kepengurusan, serta keterlibatan dalam aliansi pragmatis. Semuanya menjadi cerminan betapa lemahnya komitmen mereka terhadap perubahan yang sesungguhnya.

Mahasiswa sebagai agen perubahan harus kembali merapatkan barisan, mengkritisi kepemimpinan yang ada, dan memastikan bahwa pemimpin mereka benar-benar berjuang untuk kepentingan mahasiswa, bukan untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu. Jika tidak, kita hanya akan menjadi saksi bisu dari keruntuhan idealisme di tengah pragmatisme yang merajalela. Kekuasaan dan uang.

Penulis: Putra Nusantarev Anastasia Petrova
Desainer: ZFS

LPM Channel

Podcast NOL SKS