Mengenal Batik Karawang sebagai Budaya tak Benda yang Patut Diwariskan
Redaksi
Berita
23 Aug 2024

Indonesia memiliki berbagai ragam kebudayaan yang banyak diakui oleh dunia. Salah satunya batik, yang telah dianggap masyarakat sebagai ikon pakaian tradisional Indonesia. Pada 2 Oktober 2009, United Nations, Educational, Scientific, Cultural Organization (UNESCO) resmi menetapkan batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity). Hal ini menjadi sebuah tugas bagi generasi bangsa selanjutnya untuk selalu menjaga dan mewariskan budaya batik di setiap daerah yang mereka tempati. Salah satunya Kota Karawang, yang sudah memiliki batik sejak tahun 1860. Batik tersebut dikenal sebagai Batik Tarawang (Tarum) yang memiliki motif bunga vidas sebagai simbol ajaran dari agama Hindu-Budha.
Beranjak waktu, kebudayaan batik Karawang perlahan-lahan mulai memudar. Hal ini menjadi sebuah bentuk keprihatinan bagi sekecil masyarakat yang masih menjaga kebudayaan lokal tersebut, salah satunya Herry Daryanto sebagai pemilik Workshop Batik Karawang yang diberi nama “Batik Putri Sanggabuana” dan telah berdiri sejak tahun 2015.
Latar belakang dibangunnya Workshop Batik Karawang ini ditunjukan sebagai bentuk keprihatinan saat adanya konflik Negara Malaysia yang berusaha ingin mengklaim batik menjadi hak milik mereka. Dari keprihatinan tersebut, berlanjut menjadi sebuah ide terbarukan untuk membangun workshop batik guna menghadirkan kembali pengrajin batik yang ada di Karawang.
Mengawali perjalanan dibangunnya tempat tersebut tidaklah mudah, salah satunya perlu ada dukungan yang baik dari pemerintah daerah sendiri. Saat itu, respon yang diberikan pemerintah kurang memuaskan karena tidak adanya kesanggupan dari segi anggaran untuk membangun sebuah tempat warisan budaya lokal. Namun, di sisi lain Herry berusaha memberi kepercayaan kepada pemerintah bahwasannya ia hanya butuh pendanaan biaya pelatihan saja untuk membina para masyarakat yang ingin berpartisipasi sebagai pengrajin batik.
“Saya hanya butuh support dari pemerintah tuh mungkin untuk pelatihan, karena yang paling penting setelah sekian lama melupakan bahwa heritage batik itu warisan budaya yang hukumnya wajib di estafetkan dari satu generasi ke generasi berikutnya,” ujar Herry saat diwawancarai langsung, Jumat (26/7/2024).
Selain itu, tujuan didirikannya workshop batik ini bermaksud ingin membuka sebuah tempat diskusi dan belajar bersama bagi masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan tetap, mereka yang ingin menjadi pelaku usaha batik, serta orang-orang tua yang sudah saatnya mengalami pensiun pekerjaan. Hingga saat ini, tak hanya orang dewasa saja bahkan dari dunia pendidikan ikut berperan aktif dalam mewariskan pengetahuan akan budaya batik.
Di sisi lain, untuk mengembangkan ciri khas dari budaya batik di Karawang perlu adanya kebijakan hak paten dari Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) dan diajukan oleh pemerintah daerah sendiri dengan menyerahkan batik yang motifnya tidak menyerupai kebendaan. Sebagai pendiri workshop, Herry tentu ingin memulai ide motif apa yang perlu digunakan untuk menunjukan identitas dari Batik Karawang tersebut.
“Semua batik, motifnya saya pikirkan untuk membuat motif yang berkaitan dengan kearifan lokal di Karawang. Jadi, untuk batik yang sifatnya bukan ciri khas yang dipatenkan oleh pemerintah daerah, kita punya beberapa motif yang berkaitan dengan kearifan lokal di beberapa kecamatan,” ungkapnya.
Beberapa motif batik yang dimiliki workshop tersebut diambil dari kecamatan yang ada di Karawang, motif simbol-simbol yang berkaitan dengan ikon Karawang, motif yang menunjukan kesenian Karawang, dan hal lain yang identik dengan kearifan lokal yang ada di Karawang. Semua motif-motif yang disajikan tidak asal dalam memilih, karena pada hakikatnya batik tradisional bukan hanya berbicara mengenai fisik berbentuk kain saja. Namun, terletak pada bagaimana seseorang menghargai setiap proses pembuatan serta nilai filosofi yang ada di setiap dalam motif kain tersebut.
Adapun motif batik yang diambil dari kecamatan antara lain dari Kecamatan Batujaya yang mengambil bangunan tua bersejarah yakni Candi Jiwa. Dan kini lahirlah motif Candi Jiwa sebagai perwakilan filosofi batik yang berasal dari peninggalan sejarah di Karawang. Selanjutnya, terdapat Kecamatan Pangkalan dan Tegalwaru dengan motif turubuk yang merupakan jenis tanaman lokal di Karawang. Terakhir dari Kecamatan Lemahabang yang dikenal dengan motif kawista karena adanya penanaman pohon kawista yang ada di daerah tersebut.
Selanjutnya, terdapat motif batik dengan simbol-simbol yang berkaitan dengan ikon Karawang. Pertama, motif Karawaan, motif Karawaan diambil dari nama Kota Karawang. Nama Karawang sendiri diambil dari bahasa Sunda Ka-rawa-an yang memiliki arti daerah yang berawa-rawa. Sebab, pada zaman dahulu daerah Karawang merupakan hutan belantara yang dipenuhi rawa-rawa. Selain itu, terdapat gambar burung bangau pada motif tersebut yang disimbolkan sebagai burung endemik Karawang karena terbiasa hidup di rawa. Kedua, motif Sirung, motif Sirung merupakan motif batik abstrak yang menyerupai tunas. Sirung diistilahkan sebagai Sunda Tunas. Di sisi lain, motif Sirung dikaitkan dengan Peristiwa Rengasdengklok, karena tanpa adanya peristiwa tersebut mungkin tidak adanya kemerdekaan Indonesia saat itu. Dapat disimpulkan Karawang menjadi kota tempat cikal bakal Indonesia merdeka.
Kemudian, yang terakhir terdapat motif batik berkaitan dengan kesenian di Karawang. Salah satunya motif Topeng Banjet. Topeng Banjet merupakan salah satu kesenian tari yang terkenal di Karawang. Dengan mengangkat motif batik Topeng Banjet ini menjadi sebuah tujuan untuk lebih memperkenalkan kembali budaya seni tari yang masih melekat di masyarakat Karawang. Selain Topeng Banjet, ada juga Motif Padi dan Gendang, Padi yang melambangkan bahwa Karawang sebagai salah satu lumbung pangan nasional dan gendang melambangkan Karawang memiliki kesenian dengan ciri khas yang lenggak lenggok seperti Jaipong, Topeng Banjet, atau Dombret. Dari ketiga kesenian itu terdapat instrumen alat musik yang sering digunakan yakni gendang. Karena gendang merupakan pengatur tempo bagi enari.
Di samping itu, adanya berbagai macam motif Batik Karawang yang telah diciptakan oleh workshop ini membuat Herry merasa puas dan bangga akan respon yang didapatkan dari masyarakat sekitar.
“Saya sangat bangga sekali dengan responasyarakat Karawang dan masyarakat di luar Karawang, di luar dugaan mereka banyak perhatiannya. Batik Putri Sanggabuana ini oleh Karawang, anak muda desainer bernama Anggraeni dia fashion show di Turki khusus Batik Karawang dan dia mendapat penghargaan langsung dari Bu Celica saat ulang tahun Karawang karena membawa nama Karawang,” ungkap Herry kembali.
Tak hanya bergelimang di Turki, Batik Karawang juga pernah ditampilkan di negara lain seperti Malaysia, Thailand, dan akan kembali di bulan September 2024 melakukan perjalanan ke Jepang. Hal ini menjadi bukti nyata Herry bahwa ia tidak merasa sia-sia untuk membangun sebuah workshop batik ini ditengah keterbatasan anggaran dan sulitnya mendapatkan respon dari pemerintah mengenai hak paten motif batik untuk dijadikan sebagai ciri khas budaya yang menarik di Karawang. Dengan begitu, Herry pun mengungkapkan harapan kedepannya setelah membangun dan mewariskan ilmu membatik ini kepada masyarakat sekitar.
“Harapan saya, manfaatkan lah workshop batik ini untuk pembelajaran, menambah wawasan, pengetahuan ilmu yang berkaitan dengan proses pembuatan batik tradisional. Lalu, suatu saat saya berharap sekali Karawang bermunculan paham para pelaku pengusaha mikro. Yang kedua, mungkin dengan adanya workshop batik Karawang ini pembelajaran-pembelajaran dari usia dini bahwa Indonesia memiliki warisan budaya batik, Karawang juga memiliki sejarah batik yang begitu panjang dan Alhamdulillah itu dimanfaatkan mulai dari taman kanak-kanak yang datang ke sini, saya sangat bangga sekali. Jadi, Insyaallah Workshop Batik Sanggabuana ini akan selalu merespon dan bermanfaat bagi siapapun yang ingin belajar atau menambah wawasan pengetahuan yang berkaitan dengan warisan budaya batik,” ujarnya.
(NTB)
Referensi:
Mengenal Batik Karawang. (n.d.). Mengenal Batik Karawang. Retrieved August 1, 2024, from https://batikkarawangblog.wordpress.com/