Mahasiswa yang Merasa Salah Jurusan adalah Omong Kosong Belaka

Redaksi
Opini
29 Sep 2024
Thumbnail Artikel Mahasiswa yang Merasa Salah Jurusan adalah Omong Kosong Belaka
“Apa gua salah jurusan ya?”
“Kayaknya gua salah jurusan deh, bukan minat gua ini mah!”
“Argh, semakin kesini kok semakin pusing ya?”
“Mau banget pindah jurusan, tapi keknya telat karena udah terlanjur semester tua.”

Dunia perkuliahan menjadi suatu hal yang mengandung banyak aspek, seperti tugas dan praktikum yang dihadapi oleh mahasiswa sehingga hal ini menjadi tantangan bagi mereka yang dihadapkan. Tidak hanya tuntutan akademik, setiap mahasiswa dihadapkan pada berbagai kesulitan seperti tekanan sosial dan keputusan hidup yang besar. Salah satu dilema yang paling umum dialami oleh mahasiswa adalah perasaan “salah jurusan”. Seperti yang tercermin dari kutipan di atas, kalimat tersebut merupakan sebuah bualan atau kalimat curhatan kosong dari banyaknya mahasiswa yang merasa bahwa jurusan mereka pilih tidak sesuai dengan minat atau kemampuan mereka setelah menjalani beberapa semester. Tetapi, apakah benar perasaan ini hanya sebuah omong kosong belaka? 

Di tengah sibuknya lingkungan perkuliahan, jujur masih terdapat beberapa hal yang lebih penting untuk dibahas dibandingkan isu ini. Namun, menurut penulis perasaan salah jurusan bukanlah hal yang bisa dianggap sepele. Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi seseorang merasa tidak cocok dengan jurusan yang ia ambil dan itu tidak selalu berkaitan dengan pilihan yang “salah”. 

Dalam kasus ini, tentunya kita harus mencoba meluruskan bersama mengenai hal tersebut. Salah jurusan pada saat ini diartikan bahwa mahasiswa yang sedang menjalani perkuliahan tidak sesuai dengan minatnya, boleh juga dikatakan dalam situasi ini terjadinya konflik psikologis, akademik, dan rasional terhadap mahasiswa itu. Singkatnya, seseorang mahasiswa yang sedang menjalani perkuliahan namun ditengah jalan dia merasa bahwa ini bukan tempatnya. 

Biasanya, kasus merasa salah jurusan terjadi pada mahasiswa semester 4-7. Namun, entah karena kemajuan zaman, ternyata nih ternyat—setelah penulis bertemu dengan beberapa mahasiswa dan melakukan riset kecil-kecilan. Kasus mengeluh karena salah jurusan sudah dirasakan oleh mahasiswa pada semester 1-4. Hal tersebut inilah semakin menarik untuk kita kupas penyebabnya, mungkinkah ini merupakan hanya suatu tren atau semacamnya sehingga banyak yang baru bisa speak-up.

Penyebab pertama mengapa mahasiswa bisa merasa salah jurusan adalah pada sebelum memilih jurusan, banyak calon mahasiswa memiliki gambaran yang ideal tentang program studi yang akan mereka masuki. Mereka membayangkan diri mereka terjun dalam kegiatan yang menarik, sesuai dengan minat mereka. Namun, saat realitas perkuliahan datang dengan tumpukan tugas, materi yang rumit, atau metode pengajaran yang berbeda dari ekspektasi munculah perasaan tidak nyaman atau tidak cocok. 

Ekspektasi yang terlalu tinggi atau tidak realistis ini sering menjadi pemicu perasaan salah jurusan. Sebagai contohnya, mahasiswa yang mengambil jurusan pendidikan, banyak dari kita yang pernah menjadi siswa mungkin pernah berpikir betapa menyenangkannya menjadi seorang guru. Kita membayangkan diri kita bercerita di depan kelas, melihat antusiasme siswa yang mendengarkan dengan penuh perhatian. Dari sana, muncul secara alami keinginan untuk berada di posisi tersebut, karena sesuai dengan hobi kita, yaitu bercerita dan mencari cerita. Terlebih lagi, kita memiliki kesempatan untuk berbagi cerita di tempat yang tepat, yakni di hadapan para siswa.

Selanjutnya saat kita menjalani perkuliahan, kita menyadari bahwa ternyata kita tidak bisa menikmatinya. Pada awalnya, kita menikmati materi saat di bangku sekolah, tetapi di perkuliahan kita dihadapkan pada berbagai rintangan yang jauh dari ekspektasi dan bahkan terasa membosankan. Hal yang lebih mengejutkan, masalah yang muncul bukan terletak pada materinya, melainkan pada aspek teknis, seperti kesulitan memahami penjelasan dosen. Padahal, ketika di SMA kita begitu antusias mempelajari topik terkait dan merasa yakin akan dengan mudah menguasainya di perkuliahan.

Kesalahan tersebut terjadi karena dengan pengetahuan yang terbatas sebelumnya, kita menjadi terlalu percaya diri dan mengira akan mudah menikmati perkuliahan di jurusan ini. Lebih lanjut sebagai mahasiswa, usia kita berada di fase perkembangan yang penuh eksplorasi. Minat atau passion seseorang bisa berubah seiring dengan pengalaman baru yang mereka dapatkan. Misalnya, seseorang yang awalnya tertarik pada jurusan teknik, mungkin menemukan bahwa mereka lebih menikmati bidang seni setelah menjalani beberapa semester. 

Perubahan minat ini adalah hal yang wajar, dan sering kali menjadi alasan utama mengapa seseorang merasa salah jurusan Setelah kita kupas beberapa alasan yang mungkin menjadi penyebab mengapa orang bisa merasa salah jurusan, perasaan salah jurusan tentu nyata dan tidak bisa dianggap sepele. Namun, apakah itu benar-benar menunjukkan bahwa seseorang mengambil jurusan yang salah? Tidak selalu. 

Banyak mahasiswa yang pada akhirnya mampu menemukan kenyamanan dan kesuksesan dalam jurusan yang awalnya mereka anggap tidak cocok, setelah memberi diri mereka waktu untuk memahami dan mendalami materi yang diajarkan. Kesalahan sebenarnya terletak pada pemahaman kita, bukan pada pilihan jurusan itu sendiri, melainkan keputusan yang kita ambil. Sebelum memilih jurusan, disarankan setiap calon mahasiswa untuk siap menghadapi kemungkinan salah jurusan. Hal ini karena ekspektasi kita sering kali bertabrakan dengan realitas yang sebenarnya, jadi penting untuk siap menghadapi segala kemungkinan.

Selama menjalani perkuliahan, setiap orang akan menghabiskan banyak waktu, tenaga, materi, serta menguras fisik, mental, dan emosinya. Oleh karena itu, penulis menyarankan agar salah jurusan tidak dijadikan alasan untuk menyerah atau berhenti dari apa yang sudah dimulai. Apalagi jika kita memutuskan untuk menyerah, segala upaya yang telah kita lakukan bisa terbuang sia-sia, dan semua yang telah kita jalani akan hilang begitu saja tanpa hasil. 

Perasaan salah jurusan adalah hal yang umum dialami oleh mahasiswa. Namun, hal itu tidak selalu berarti bahwa pilihan yang diambil adalah salah. Daripada terburu-buru untuk mengganti jurusan, cobalah untuk merenung, mengeksplorasi, dan beradaptasi. Karena pada akhirnya, proses belajar bukan hanya tentang materi yang diajarkan di dalam kelas, tetapi juga tentang bagaimana kita belajar menghadapi ketidakpastian dan tantangan hidup. 

Penulis: Saber Roam
Desainer: IDN

LPM Channel

Podcast NOL SKS