Kebanyakan mahasiswa, ketika mendengar kata liburan terdengar seperti surga. Waktu yang sangat ditunggu oleh mahasiswa setelah melewati jadwal perkuliahan yang padat, tugas menumpuk dengan deadline yang pendek, kegiatan organisasi, tekanan akademik yang cukup tinggi, liburan seharusnya jadi momen yang sangat dinanti untuk istirahat dan menyegarkan pikiran. Namun, kenyataannya tidak semua mahasiswa merasa liburan itu hal menyenangkan. Justru, liburan bisa menjadi sumber stres baru.

 

Ada mahasiswa yang selama kuliah super aktif, ikut organisasi, kepanitiaan, bahkan memiliki pekerjaan sampingan. Tapi begitu liburan tiba dan semua kegiatan itu berhenti, mereka justru merasa hari-hari terasa kosong dan sangat bosan bahkan mereka tidak tau harus berbuat apa selama liburan untuk mengisi waktu bosannya. Kondisi ini sering membuat mental goyah. Dari yang awalnya merasa produktif, tiba-tiba harus menghadapi hari-hari tanpa arah. Memunculkan perasaan cemas, kehilangan motivasi, bahkan overthinking. Waktu liburan memang sangat cocok digunakan untuk mengenal diri sendiri, beristirahat, melanjutkan hobi yang tertunda, menghabiskan waktu bersama teman dan keluarga, tapi jika liburan terlalu lama membuat mahasiswa bosan dan malas melakukan sesuatu bahkan untuk memperbaiki kesehatan mental pun tidak bisa dilakukan secara benar.

 

Masalah lain yang sering muncul saat liburan adalah soal keuangan. Banyak mahasiswa yang mengandalkan uang saku bulanan yang diberikan oleh orang tua, kerja part time, kegiatan kampus berbayar. Tapi saat liburan pemasukan bisa berhenti total. Saya sebagai mahasiswa yang mengandalkan uang saku bulanan dari orang tua dan kegiatan kampus berbayar sangat related. Banyak pekerjaan temporer tidak tersedia, beberapa program kampus berbayar berhenti dan intensitas komunikasi dengan dosen atau mitra kerja pun ikut menurun. Di sisi lain, pengeluaran pribadi justru cenderung meningkat entah untuk hiburan, nongkrong, atau sekadar mengisi waktu luang yang terlalu banyak. Uang saku yang diberikan oleh orang tua pun tidak selalu berlaku ketika liburan, ada rasa tidak ingin merepotkan orang tua. Kondisi ini menciptakan tekanan finansial tersendiri. Tidak sedikit mahasiswa yang merasa cemas karena saldo rekening menipis, sementara tidak ada aktivitas produktif yang bisa dijadikan sumber pemasukan yang membuat liburan terasa lebih melelahkan daripada masa kuliah itu sendiri.

 

Memang ada saja jika mahasiswa rajin mencari kegiatan kampus yang masih berlaku pada saat liburan seperti seminar, menjadi panitia ospek, pengabdian, mencari kerja part time, tetapi kebanyakan mahasiswa terutama perantauan memilih untuk di rumah bersama keluarga yang pada akhirnya bosan. Rutinitas yang hilang membuat waktu terasa lambat. Semua film, series yang sebelumnya sangat ingin ditonton pun akhirnya sudah tamat, scrolling pada aplikasi TikTok pun mulai membosankan, dan bertemu teman pun lumayan susah karena tidak semua teman berada di kota yang sama. Ada yang masih di perantauan enggan balik ke kota asalnya, ada juga yang masih berkegiatan kampus dan sebagainya.

 

Uniknya, banyak mahasiswa yang justru mulai rindu sama suasana kampus. Bahkan beberapa ada yang rela balik lebih awal ke kost agar tidak di rumah terus-menerus. Tidak sedikit juga yang merasa lebih stabil emosinya saat kuliah aktif, karena ada distraksi dan interaksi sosial setiap hari. Liburan bisa jadi waktu yang sangat menyenangkan jika dimanfaatkan dengan baik. Tapi bisa juga jadi pemicu stres jika kehilangan arah, merasa tidak produktif, atau terkendala finansial. Kuncinya ada di self-awareness dan manajemen waktu. Mungkin bukan harus diisi dengan hal besar, tetapi setidaknya ada rutinitas ringan seperti olahraga, belajar hal baru, kerja freelance, atau sekadar atur ulang kamar. Namun, yang jelas tidak semua orang merasa bahagia saat liburan.

 

Ketika liburan hampir selesai, banyak mahasiswa yang belum siap kembali ke realita kehidupan kampus karena merasa masih belum stabil dan produktif, sulit menghilangkan rasa malas, sudah kehilangan motivasi sebab burn out selama liburan, tidak siap menghadapi tantangan, sulit mengelola waktu. Banyak mahasiswa yang ketika liburan bosan tapi jika liburan telah usai pun mereka tidak semangat untuk kembali aktivitas. Itulah alasan mengapa jika liburan sudah hampir selesai, mahasiswa masih ingin istirahat lebih lama padahal liburannya pun terbilang bosan, tetapi karena sudah terbiasa bosan jadi malas untuk memulai semangat baru saat liburan telah usai.

 

Referensi:

Setia, Erwin. 23 Juni 2019. Pas Kuliah Pengen Libur, Pas Libur Kangen Kuliah, Iya Nggak Sih. https://mojok.co/terminal/pas-kuliah-pengen-libur-pas-libur-kangen-kuliah-iya-nggak-sih/

 

Youngtop. https://youngontop.com/10-struggle-mental-yang-dialami-mahasiswa-setelah-liburan-panjang/

 

Burke, Jolanta dan Justin Laiti. 6 Juli 2024. Liburan, kok Malah Burnout? Ini Akibat Stres Saat Berlibur. Konde.co. https://www.konde.co/2024/07/liburan-kok-malah-burnout-ini-akibat-stres-saat-berlibur/

 

Kompasiana.com. (2024). Liburan Semester? Asyik Dong, Tapi Kok Malah gabut? Retrieved from https://www.kompasiana.com/fiddaarshada0775/66b4f1fe34777c74bb77cff4/liburan-semester-asyik-dong-tapi-kok-malah-gabut 

 

Penulis: Ain Raudhotil Jannah

Desainer: Nayla Alifya F.