Beberapa waktu terakhir, publik dikejutkan oleh pernyataan Wakil Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, Cucun Ahmad Syamsurijal yang meremehkan ahli gizi di Indonesia untuk program Makan Bergizi Gratis (MBG). Seperti yang kita ketahui, MBG adalah program yang dihadirkan untuk menjamin anak-anak Indonesia mendapatkan asupan makanan dengan aman, bergizi, dan terukur, terutama di wilayah yang rentan kekurangan gizi. Program ini bahkan digadang-gadang sebagai salah satu strategi pemerintah untuk menekan angka stunting, serta meningkatkan kualitas kesehatan pelajar.
Pernyataan yang dilontarkan pada saat Forum Konsolidasi Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Kabupaten Bandung tersebut membuahkan pertanyaan besar “program yang menuntut ketelitian ahli gizi, justru tidak dibutuhkan perannya?”. Tentu ini membuat publik geram terutama bagi ahli gizi itu sendiri karena ini menandakan seberapa mudahnya keahlian ilmiah dianggap sepele, dan ironisnya dilontarkan oleh seorang Wakil Dewan Perwakilan Rakyat.
Kejadian ini juga membuat kita berkilas balik terhadap fenomena keracunan makanan pada pelajar penerima MBG. Fenomena tersebut, seharusnya menjadi bagian evaluasi untuk pemerintah dalam memastikan standar kehigienisan serta perhitungan gizi yang lebih diperketat. Tidak hanya itu, menjadi pengingat pemerintah agar lebih melek bahwa peran ahli gizi sangat diperlukan dalam program ini dan tidak bisa digeser begitu saja.
Adanya hal ini, membuat Ketua Umum Perhimpunan Ahli Gizi Indonesia (Persagi), Doddy Izwardy, memberikan penegasan bahwa ahli gizi merupakan tenaga paling kompeten dalam penyusunan menu dan pengendalian mutu gizi pada program makanan bergizi anak sekolah, yang dikutip dari detikhealth. Penegasan Doddy seakan menilai tingkat rendahnya pemahaman sebagian pejabat terhadap cara kompleksitas kerja ahli gizi.
Jika ahli gizi benar-benar tergeser seperti yang dikatakan oleh Cucun, pastinya menjadikan perhatian kurang amannya pemenuhan gizi bagi para penerima MBG serta memperbesar resiko kegagalan dalam program ini. Seperti fenomena keracunan yang semakin luas, gizi tidak terpenuhi, dan masalah kesehatan lainnya.
Tidak lama pernyataan tersebut dilontarkan dan viral di media sosial, Cucun akhirnya menyampaikan permohonan maaf. Cucun juga mengaku sebelum video permohonan maaf itu dibuat. Ia sempat berdiskusi bersama Badan Gizi Nasional (BGN) dan Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI). Namun, permohonan maaf tersebut tidak diterima begitu saja oleh masyarakat, banyak yang merasa permohonan maaf saja belum cukup. Apalagi, jika dilihat dari sudut pandang ahli gizi sendiri, pernyataan tersebut mengartikan pengabaian pemerintah terhadap profesi untuk kesehatan masyarakat.
Kontroversi ini membuat kecaman dari masyarakat untuk para pejabat untuk lebih berhati-hati dalam berbicara dalam ruang publik, dan tidak serta merta menyepelekan suatu profesi tertentu. Hal tersebut, karena program MBG dirancang untuk menjamin bagi penerimanya terutama para pelajar sebagai upaya penghasilan sumber daya manusia yang lebih kompeten.
Sumber Referensi
Azizah, K. N. (2025). Viral Pernyataan Tak Perlu Ahli Gizi di MBG, Ketua PERSAGI Bilang gini. detikhealt.com. https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-8215950/viral-pernyataan-tak-perlu-ahli-gizi-di-mbg-ketua-persagi-bilang-gini.
Sutrisna, T. & Ramadhan, A. (2025). Polemik ucapan cucun Tuding anak muda arogan: Akhirnya meminta maaf. Kompas.com. https://nasional.kompas.com/read/2025/11/18/09422881/polemik-ucapan-cucun-tuding-anak-muda-arogan-akhirnya-meminta-maaf?page=all.
Penulis: Fathya Salsabilla
Desainer: Deviana Cahya Lestari