KKN Gelombang 1 T.A 2024/2025 telah Berakhir: Bagaimana Penyelesaian Masalah saat KKN Berlangsung?
Redaksi
Berita
16 Aug 2024

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika) telah menyelenggarakan acara penutupan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Gelombang I Tahun Akademik 2024-2025 di Aula Syech Quro dengan dihadiri oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa (BPMD), civitas akademik, Dosen Pembimbing Lapangan (DPL), camat, kepala desa, mahasiswa yang mengikuti KKN gelombang I, dan tamu undangan lainnya, Senin (10/8/2024).
Acara ini merupakan penutupan dari seluruh rangkaian kegiatan KKN gelombang I tahun akademik 2024/2025, dan diikuti oleh 1.126 mahasiswa yang tersebar di 74 desa dan 9 kecamatan.
Adapun tema KKN pada tahun ini yaitu “Optimalisasi Potensi Desa” yang berarti mahasiswa mengembangkan potensi yang ada di desa kelompoknya masing-masing, kemudian hasilnya dalam bentuk produk ditunjukkan saat kegiatan lokakarya yang diadakan di 9 kecamatan, dan kegiatan tersebut telah dilaksanakan pada 28-29 Agustus 2024.
“Sebenarnya di 9 kecamatan itu sudah dilaksanakan lokakarya di 28-29 Agustus, makanya kan kemarin yang di sini tidak banyak (produk), hanya kecamatan saja, sebenarnya itu adalah rangkuman dari desa-desa yang sudah dilaksanakan di masing-masing. Karena kalau 74 (desa) di sini di mana muatnya, kita sih pengen-pengen aja, cuma kalau kapasitasnya tidak memadai kan repot juga apalagi ada galian (pembangunan) ini dan itu. Itu produk-produk expo, yang dari mereka identifikasi kan judul kita “Optimalisasi potensi Desa,” berarti itulah potensi-potensi yang ada di desa yang dapat dikembangkan oleh masing-masing kelompok KKN,” ujar Dayat Hidayat saat diwawancarai secara langsung, Selasa (13/08/2024).
Salah satu mahasiswa KKN 2024 asal Program Studi (Prodi) Ilmu Hukum dari kelompok KKN Desa Kutawargi, Kecamatan Rawamerta, Sando M. Siahaan, turut memberikan tanggapan bahwa acaranya cukup meriah dan menjadi momen bisa berkumpul bersama dengan teman-teman.
“Oh iya, kalau tanggapan dari saya cukup meriah ya, kalau terkait dengan penutupan ini. Karena sebelum adanya penutupan pasti ada proses dong, proses KKN. Nah, ketika adanya penutupan acara pada hari ini, itu cukup meriah sekali menurut saya. Dan kepada teman-teman saya juga bisa berkumpul bersama-sama, baik itu dari kecamatan 1, 2, dan lainnya sebagainya,” ungkapnya saat diwawancarai secara langsung, Sabtu (10/8/2024).
Namun, selama pelaksanaan KKN terdapat beberapa kejadian seperti pencurian. Salah satunya terjadi pencurian di Desa Cigunungsari, Kecamatan Tegalwaru. Defry Apriawan Rustandi, selaku ketua kelompok, asal Prodi Teknik Industri, mengungkapkan bahwa benar di desa Cigunungsari terjadi pencurian dan juga sudah melapor kepada pihak yang berwenang serta LPPM.
“Iya, sebenarnya untuk pelaporan ke LPPM itu langsung kita laporkan ke LPPM, dan dari LPPM itu langsung datang sendiri, tapi datang di situ hanya semerta-merta seperti datang ngeliat doang sih. Tindakan dan lain sebagainya kita lebih dilepas soalnya, dari penanganan hukum dan lain-lain. Contoh seperti pelaporan ke Polres, ke Polsek, dan juga ke beberapa pihak media yang kita minta tolong,” ungkapnya saat diwawancarai secara langsung, Sabtu (10/8/2024).
Lebih lanjut, ia juga menambahkan bahwa total kehilangan yang dicuri sebesar Rp66 juta (barang fisik) yang terdiri dari 1 unit motor Vespa, 3 unit handphone, uang tunai untuk program kerja (proker) senilai Rp1.500.000,- dan Rp400.000,- uang milik salah satu anggota kelompok.
Sementara itu, pihak LPPM meminta kepada kelompok KKN di desa Cigunungsari untuk tetap berada di sana sampai akhir karena uang proker yang hilang akan diganti.
“Nah, dari LPPM meminta kita stay di sana sampai akhir. Kita lanjutkan semua proker tanpa ada yang digagalkan. Dengan perkataan mereka akan membantu dalam mengganti uang proker,” ungkapnya saat diwawancarai secara langsung, Sabtu (10/8/2024).
Akan tetapi, uang ganti tersebut tak kunjung diterima sampai dengan KKN berakhir. Justru sebaliknya, pihak LPPM sendiri mengemukakan bahwa tidak ada kompensasi untuk mengganti setiap kehilangan yang terjadi.
“Gak ada ga ada kompensasi. Nanti kalo ada kompensasi, setiap hilang ada kompensasi, motor hilang ke LPPM gitu. Gitu gak maksudnya? Ya maksudnya real dong, realistis dong gitu maksudnya yang namanya kompensasi tuh apa.”
Defry pun turut menyampaikan pesan kepada pihak LPPM untuk kedepannya agar lebih tegas lagi tentang mitigasi bencana, aturan-aturan, dan fasilitas yang diberikan kepada mahasiswa selama melaksanakan KKN karena mahasiswa tidak bisa berjalan sendiri.
(AMD, RLS)