Ketidaksesuaian Dana BBH: Mahasiswa Program Kampus Mengajar Sengsara
Redaksi
Opini
10 May 2024
Kampus Mengajar (KM) adalah bagian dari program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang sudah berjalan sejak tahun 2021. Hingga saat ini, program tersebut telah mencapai angkatan ke-7. Program ini memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk menghabiskan satu semesternya di luar kampus dengan menjadi mitra guru. Dengan adanya program tersebut diharapkan dapat meningkatkan kemampuan literasi dan numerasi siswa di sekolah. Program Kampus Mengajar seharusnya menjadi peluang bagi mahasiswa untuk mengaplikasikan pengetahuan akademis mereka untuk kemajuan pendidikan di Indonesia. Namun, tanpa dukungan Bantuan Biaya Hidup (BBH) yang memadai dari pemerintah, program kerja mereka sering kali terhambat. Mahasiswa dihadapkan pada tantangan besar dalam mencari solusi kreatif dengan dana yang terbatas. Terbatasnya BBH juga membatasi jangkauan program kerja sehingga dampak yang bisa dicapai pun menjadi terbatas. Jawaban dari Helpdesk yang Menunjukan BBH akan diterima adalah sebesar 1.8 Juta
Sejak awal, banyak mahasiswa yang bergabung dalam program Kampus Mengajar tidak diberikan pemahaman yang cukup mengenai dana BBH yang mereka terima. Ketika program-program serupa bisa dengan jelas dan terbuka menjelaskan kepada peserta tentang alokasi dana, pihak Kampus Mengajar justru gagal melakukan hal yang sama, bahkan janji nominal yang telah diumumkan secara resmi oleh pihak Helpdesk ternyata tidak sesuai dengan email yang diterima oleh mahasiswa. Bukti konkret dari ketidakjelasan ini adalah adanya perbedaan signifikan antara apa yang dijanjikan dengan apa yang diterima oleh mahasiswa. Screenshot Email dari Tim Kampus Mengajar Menyatakan Pengurangan Dana BBH.
Ironisnya, ketidakjelasan ini juga mempengaruhi pelaksanaan tugas-tugas di lapangan. Saat mereka mulai terlibat dalam mengerjakan program kerja di sekolah penugasan, mahasiswa sering kali dihadapkan pada kenyataan bahwa mereka harus mengeluarkan biaya transportasi sendiri. Hal ini adalah masalah praktis yang sering diabaikan, tetapi memberikan dampak yang signifikan terhadap keuangan pribadi mahasiswa terutama bagi mereka yang berasal dari latar belakang ekonomi yang kurang mampu.
Sebagian besar dari mahasiswa juga terpaksa menggunakan dana pribadi untuk membiayai proyek-proyek yang mereka kerjakan, sementara harapan akan dana dari program tersebut tidak sesuai dengan kenyataan.. Hal ini menimbulkan ketidakpastian finansial yang tidak seharusnya mereka hadapi, mengingat tujuan utama program ini seharusnya dapat membantu mereka dalam memberikan kontribusi pada pendidikan tanpa harus mengorbankan dana pribadi mahasiswa. Bukti Chat Salah Satu Mahasiswa Mengalami Kesulitan Finansial Karena Kekurangan Dana BBH.
Tidak hanya itu, pihak Kampus Mengajar juga meminta mahasiswanya untuk mengadakan acara Literacy Camp atau Festival Literasi tanpa memberikan dukungan finansial yang memadai. Dalam situasi di mana kebutuhan dasar mahasiswa tidak terpenuhi, menuntut mahasiswa untuk mengorganisir acara besar tanpa dukungan finansial yang memadai adalah hal yang tidak masuk akal. Semua masalah ini menyiratkan kesenjangan yang nyata antara harapan dengan kenyataan mahasiswa yang terlibat dalam program Kampus Mengajar. Mereka awalnya mungkin berharap dapat memberikan dampak positif tanpa harus mengorbankan dana pribadi mereka, tetapi realitas yang mereka hadapi jauh dari ekspektasi tersebut. Salah satu peserta Program Kampus Mengajar mengungkapkan melalui cuitannya bahwa biaya UKT kini tidak lagi ditanggung.
Selain itu, ada masalah terkait dengan biaya UKT yang harus tetap dibayar oleh mahasiswa, di mana hal tersebut sudah tidak ditanggung oleh program Kampus Mengajar. Hal ini menambah beban finansial bagi mahasiswa yang mungkin sudah berjuang keras untuk memenuhi biaya pendidikan mereka.
Oleh karena itu, pihak Kampus Mengajar harus segera mengambil tindakan untuk memperbaiki, lebih memperhatikan, dan mendukung mahasiswa dalam mengatasi tantangan-tantangan ini. Mereka harus memberikan transparansi penuh mengenai alokasi dana kepada mahasiswa, memastikan bahwa janji-janji yang telah dibuat di awal dipenuhi dengan tepat, dan dapat memberikan dukungan finansial yang memadai untuk pelaksanaan di sekolah penugasan.