Inovasi Briket Beraroma Tim Unsika Menembus Hibah Internasional YSEALI

Redaksi
Berita
27 Apr 2025
Thumbnail Artikel Inovasi Briket Beraroma Tim Unsika Menembus Hibah Internasional YSEALI
Inovasi ramah lingkungan dari mahasiswa dan dosen Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika) berhasil menembus program hibah internasional Young Southeast Asian Leadership Initiative (YSEALI) Seeds for the Future. Tim Briket Sekam Beraroma (Brisma) sukses mendapatkan dukungan dana dari pemerintah Amerika Serikat untuk mengembangkan proyek berbasis pemberdayaan komunitas.

Perjalanan Tim Brisma bermula dari kegagalan. Dosen Teknik Lingkungan, Ikhwanussafa Sadidan, yang menjadi pembimbing tim, mengungkapkan bahwa ide Brisma awalnya diajukan untuk Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), namun tidak lolos seleksi.

"Saya tanya ke mahasiswanya, 'masih ingin mengembangkan Brisma atau (tidak) karena enggak lolos, udah aja gitu?' Ternyata mahasiswa masih tertarik, masih bersemangat," ujar Sadidan saat diwawancarai langsung, Senin (21/4/2025).

Kegigihan tim tidak surut. Sadidan kemudian membantu mengajukan proposal ke program lain, dimulai dari Inkubator Bisnis Unsika (Ibiska) dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Unsika. 

"Alhamdulillah lolos. Itu adalah pendanaan pertama awalnya," ungkapnya.

Potret lengkap Tim Brisma, Sabtu (21/9/2024).

Tim Brisma merupakan kelompok mahasiswa dari Fakultas Teknik angkatan 2022 yang berasal dari berbagai program studi. Anggota tim ini terdiri dari Alam Akbar Al Fatah, Andrias Fadillah, dan Dendy Satria Nugraha dari Teknik Elektro; Lintang Fatunnisa dari Teknik Lingkungan; serta Andini Nur Aisyah dari Teknik Kimia.

Setelah program Ibiska selesai, Sadidan melihat peluang di program internasional YSEALI Seeds for the Future. Program ini mendukung inisiatif pemuda di Asia Tenggara dan Timor Leste dalam bidang pembangunan berkelanjutan.

Pengajuan ke program internasional bukan tanpa tantangan. Selain harus belajar secara mandiri tentang tahapan pengajuan, komunikasi juga sepenuhnya dilakukan secara dalam jaringan (daring). Pergantian pemerintahan di Amerika Serikat juga sempat menunda pengumuman selama beberapa bulan.

"Itu sempat ditarik ulur juga. Harusnya pengumuman dimulainya itu di bulan Februari, tapi baru April," kata Sadidan.

Pemilihan briket sekam padi sebagai produk inovasi didasarkan pada potensi lokal Karawang sebagai salah satu lumbung padi terbesar di Indonesia.

"Selama manusia masih makan nasi, sekam padi itu bakal terus muncul. Dari situlah mahasiswa membuat ide untuk mengembangkan produk yang dinilai sebagai limbah agar bisa punya nilai jual kembali," jelas Sadidan.

Salah satu anggota, Alam, ikut menjelaskan pemilihan briket sebagai bahan utama tak lepas dari latar belakang keilmuan para anggota Brisma. Dari sisi Teknik Elektro meninjau sistem kerja dan efisiensinya, sementara itu dari sisi Teknik Lingkungan dan kimia fokus pada mekanisme serta dampaknya pada lingkungan.

Alam juga mengungkapkan bahwa kehadiran inovasi berupa briket beraroma tak lain sebagai bentuk Unique Selling Point (USP) yang berbeda dari produk sejenisnya.

“Biasa kita kalau entah makan atau apa itu kan harus dilihat kayak ada makanan aneh yang pasti lebih tertarik pada hal-hal yang aneh gitu kan. Kayak bukan hal yang umum lah gitu. Nah iya, makanya dilihat dia akan fokus dari segi aroma-nya,” ungkapnya.

Keunikan tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi Alam dan tim, di mana Riset Aroma menjadi hal baru dan bagaimana briket bisa sustain serta tahan lama.

Melalui proyek ini, Tim Brisma ingin mengubah limbah sekam menjadi sesuatu yang lebih bernilai. Dengan harapan, produk mereka tidak hanya mampu mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, tetapi juga dapat meningkatkan pendapatan bagi para petani serta memberikan manfaat ekonomi yang lebih luas.

Di masa yang akan datang, Tim Brisma memfokuskan diri untuk menyelesaikan program YSEALI yang akan berlangsung selama enam bulan ke depan. Program ini merupakan kesempatan besar bagi tim untuk mengembangkan proyek mereka secara lebih luas dan berkelanjutan. 

Tujuan utama proyek ini bukan sekadar memproduksi briket, melainkan pemberdayaan masyarakat. 

"Kita melakukan sosialisasi, melakukan edukasi agar mereka sendiri bisa membuatnya secara mandiri," tegas Sadidan.

Potret Tim Brisma bersama dosen, Senin (14/4/2025).

Dengan mengolah limbah sekam menjadi briket beraroma, petani tidak hanya mengurangi pencemaran akibat pembakaran limbah, tetapi juga mendapat nilai tambah ekonominya.

"Kami berharapnya produk Brisma ini bisa menjadi produk yang sustain, berkelanjutan. Jadi, baik itu ada pendanaan, hibah atau tidak, tetap diproduksi oleh petani itu sendiri," harap Sadidan.

Alam turut memberikan pesan kepada mahasiswa lain agar membangun kolaborasi yang kuat melalui pertemanan yang baik.

Circle yang sama-sama memiliki motivasi yang sama dan tujuan yang sama juga sih. Karena menurut saya yang susah itu bukan nyari idenya, tapi nyari circle yang sama-sama pengen maju bareng gitu,” tutupnya.


(WRN, VIO)

LPM Channel

Podcast NOL SKS