Indonesia Harus Waspada Efek Berantai Konflik Iran–Israel

Redaksi
Artikel
16 Jul 2025
Thumbnail Artikel Indonesia Harus Waspada Efek Berantai Konflik Iran–Israel
Konflik geopolitik antara Iran dan Israel yang kembali memanas sejak pertengahan Juni 2025 menimbulkan kekhawatiran global. Serangan militer yang saling dilancarkan kedua negara tak hanya mengakibatkan ratusan korban jiwa, tetapi juga menciptakan ketidakpastian global yang berpotensi menimbulkan efek berantai ke berbagai sektor, termasuk di Indonesia. Meskipun letaknya jauh dari pusat konflik, Indonesia tidak boleh memandang masalah ini sebagai isu regional semata. Dampak tidak langsung dari perang ini bisa sangat signifikan terhadap perekonomian nasional dan stabilitas sosial dalam negeri.

Konflik mulai berlangsung pada 13 Juni 2025, ketika Israel melancarkan serangan udara dan operasi-intelijen luas yang diberi sandi Operasi Rising Lion. Serangan ini menargetkan puluhan lokasi di Iran, termasuk fasilitas nuklir (Natanz, Isfahan, Fordow), kompleks rudal, markas militer, dan lapisan bawah tanah, dengan tujuan menghentikan perkembangan program nuklir Iran dan melumpuhkan kapabilitas pertahanan strategisnya. Serangan tersebut, juga menewaskan tokoh-tokoh penting dalam bidang militer dan ilmiah Iran. Iran, yang menolak tudingan mengembangkan senjata nuklir, membalas dengan serangan rudal balistik ke wilayah Israel yang mengakibatkan ratusan korban jiwa di kedua belah pihak.

Ketegangan ini jelas menciptakan ketidakstabilan kawasan Timur Tengah, terutama di jalur-jalur vital perdagangan energi dunia. Salah satunya adalah Selat Hormuz, yang menjadi jalur ekspor utama minyak dari kawasan tersebut. Jika jalur ini terganggu, maka suplai minyak global akan terganggu, memicu lonjakan harga yang signifikan.

Ancaman bagi Stabilitas Ekonomi Indonesia
Indonesia sebagai negara pengimpor minyak harus bersiap menghadapi skenario terburuk. Kenaikan harga minyak mentah global akan meningkatkan beban subsidi energi pemerintah. Imbasnya, tekanan terhadap anggaran negara akan meningkat, sekaligus memicu inflasi yang berdampak langsung pada daya beli masyarakat.

Tak hanya itu, gejolak geopolitik juga mendorong investor global menarik modal mereka ke aset-aset yang lebih aman seperti dolar Amerika Serikat (AS). Akibatnya, nilai tukar rupiah pun bisa tertekan. Dalam beberapa waktu terakhir, nilai tukar sempat mendekati Rp17.000 per dolar AS, sebuah alarm bagi stabilitas ekonomi. Ketika rupiah melemah, biaya impor meningkat, beban utang luar negeri bertambah, dan Bank Indonesia pun harus melakukan intervensi dengan kebijakan moneter yang bisa berdampak pada sektor riil, terutama suku bunga pinjaman dan pembiayaan usaha.

Gangguan pada Rantai Pasok Global
Ketegangan juga berpotensi mengganggu dua jalur logistik global yang krusial: Terusan Suez dan Selat Hormuz. Gangguan terhadap dua jalur ini akan berdampak langsung pada distribusi bahan baku industri dan barang konsumsi. Indonesia yang mengandalkan banyak impor bahan baku, termasuk untuk sektor manufaktur dan makanan, berisiko mengalami kelangkaan pasokan maupun kenaikan harga bahan pokok. Imbasnya, pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) pun akan ikut terdampak, menambah tekanan pada sektor ekonomi rakyat.

Pemerintah Perlu Waspada dan Tanggap
Dalam konferensi pers Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Kita edisi Juni 2025, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, menekankan bahwa situasi global saat ini memunculkan kombinasi risiko yang kompleks. Ia menyebutkan bahwa inflasi global yang meningkat justru terjadi di tengah perlambatan ekonomi dunia, dan ini sangat berisiko bagi negara seperti Indonesia.

“Risiko bagi Indonesia juga patut diwaspadai. Melemahnya ekonomi global akan berdampak pada barang-barang ekspor Indonesia. Harga komoditas memang ada yang meningkat tajam, tetapi bukan karena faktor supply-demand, melainkan akibat disrupsi,” ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers pada 17 Juni 2025.

Ia menegaskan perlunya koordinasi lintas sektor antara Bank Indonesia, Kementerian Keuangan, Badan Usaha Logistik (Bulog), dan Badan Pangan Nasional untuk memastikan kebijakan fiskal dan moneter saling menopang. Tujuannya adalah menjaga stabilitas harga, ketahanan pangan, dan menjaga momentum pertumbuhan ekonomi.

Kesiapsiagaan Nasional Sangat Diperlukan
Situasi ini menuntut respons cepat, terkoordinasi, dan solid dari seluruh pemangku kebijakan. Pemerintah perlu mempersiapkan skenario kebijakan ekonomi darurat, termasuk perlindungan sosial terhadap kelompok rentan, dukungan terhadap sektor riil, dan stabilisasi harga pangan dan energi. Di sisi lain, masyarakat juga dihimbau untuk bijak dalam konsumsi serta mendukung upaya-upaya penguatan ekonomi nasional.

Konflik antara Iran dan Israel adalah pengingat bahwa dalam dunia yang saling terhubung, gejolak di satu kawasan bisa berdampak luas ke berbagai penjuru dunia. Indonesia harus bersikap proaktif, bukan reaktif. Dengan strategi yang matang dan kerja sama lintas sektor yang kuat, Indonesia bukan hanya bisa bertahan dari guncangan ini, tetapi juga memperkuat fondasi ketahanan ekonominya untuk masa depan.


Sumber Referensi:
Detik Finance. (2025). Israel-Iran Perang, Pemerintah Diminta Lakukan Ini buat Lindungi Ekonomi RI. Diakses dari https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-7978072/israel-iran-perang-pemerintah-diminta-lakukan-ini-buat-lindungi-ekonomi-ri 

Kompas. (2025). Apa Dampak Perang Iran-Israel terhadap Perekonomian Indonesia?. Diakses dari
https://www.kompas.id/artikel/apa-dampak-perang-iran-israel-terhadap-perekonomian-indonesia 

Kompas. (2025). Sri Mulyani: Konflik Iran-Israel Picu Risiko Ekonomi bagi Indonesia. Diakses dari https://www.kompas.id/artikel/sri-mulyani-konflik-iran-israel-picu-risiko-ekonomi-bagi-indonesia  

Voi. (2025), Waspada! Ini Dampak Perang Iran dan Israel bagi Indonesia. Diakses dari
https://voi.id/berita/490534/dampak-perang-iran-dan-israel-bagi-indonesia 

Wikipedia (2025). Perang Iran–Israel. Diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Iran%E2%80%93Israel 


Penulis: Zalwa Khairunnisa
Desainer: Ajeng Putri Yunita

LPM Channel

Podcast NOL SKS