Himfar Unsika Gelar Acara Pharmacare di Desa Warung Bambu
Redaksi
Berita
18 Sep 2022
Himpunan Mahasiswa Farmasi Universitas Singaperbangsa Karawang (Himfar Unsika) mengadakan kegiatan “Pharmacare 2022” yang diselenggarakan di Desa Warung Bambu, Karawang, pada (15/9/22).
Acara tersebut dihadiri oleh Kepala Desa, Sekretaris Desa, Kaprodi Farmasi, serta peserta dari Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Desa Warung Bambu.
Adapun tema yang diusung pada acara ini, yaitu “Pandai Menggunakan Obat serta Menghindari Resistensi Antibiotik dengan Alternatif TOGA”.
Acara Pharmacare merupakan program kerja tahunan dari Himfar Unsika berupa penyuluhan kesehatan atau edukasi kepada masyarakat, seperti pengabdian di lingkup farmasi. Adapun sasaran dari kegiatan ini adalah anggota PKK Desa Warung Bambu, Karawang.
Ketua Pelaksana Pharmacare 2022, Muhammad Naufal Nurhadi Hidayat turut menjelaskan tujuan dari kegiatan ini. “Selain mengurangi penggunaan obat kimia, kita juga mempromosikan gaya hidup yang baik dengan herbal. Karena kalau minum-minuman yang herbal seperti tadi seduhan jahe, itu bisa meningkatkan daya tahan tubuh juga, jadi minuman yang berkhasiat dan murah itu lebih baik dari obat yang mahal, bisa untuk mengurangi pengeluaran ibu-ibu juga gitu,” ujarnya.
Kemudian, rangkaian kegiatan pada acara tersebut terdiri dari pre-test dan post-test terkait materi yang disampaikan, penyuluhan tentang jenis obat-obatan kimia, dan obat-obatan herbal yang aman diminum. Selanjutnya, terdapat workshop tentang tata cara pembuatan minuman herbal, serta penanaman pohon jambu kristal sebanyak 15 bibit. Anggota PKK Desa Warung Bambu saat membuat minuman herbal. Sumber: Dokumentasi LPM Unsika.
Lebih lanjut, Naufal juga menjelaskan tujuan dari penanaman 15 bibit pohon jambu kristal tersebut. “Penanaman ini untuk ketahanan pangan dan ada lahan untuk tempat masyarakat membudidayakan, seperti peternakan domba, ikan, lahan, dan lain-lain, di mana desa ini memang sedang dibangun sehingga kami berinisiatif untuk memberikan bibit jambu. Karena kebetulan dari kita ada penyuluhan tanaman Toga (Tanaman Obat Keluarga) dan desa ini terdapat lahan yang bisa dijadikan penanaman obat, dan daun jambu juga merupakan tanaman obat diare dan buahnya bisa dijual untuk kegiatan ekonomi, karena harganya yang bagus di pasaran,” ucapnya. Penanaman 15 bibit pohon jambu kristal. Sumber: Dokumentasi Pribadi LPM Unsika.
Sementara itu, Titi dan Lia selaku Kader PKK Warung Bambu juga mengatakan bahwa materi yang disampaikan itu berkaitan dengan kegiatan PKK. “Itu sangat berkaitan ya, Toga yang dipaparkan sama pemateri tadi itu sangat berkaitan dengan PKK, kita juga di PKK ada di pokja (kelompok kerja) tiga, kita di pokja tiga itu bisa diterapkanlah. Terus untuk yang tadi yang masak air jahe itu, itu juga bisa ya di PKK juga ada di pokja dua,” ucap Titi.
Tak hanya itu, Lia pun ikut memberikan tanggapannya. “Jadi kita bisa di UP2K (Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga) kita bisa istilahnya nantikan ada dana untuk mendanai UP2K itu bisa kita dari kader atau dari masyarakat yang binaan kita untuk penjualannya sebagai UMKM (dalam PKK atau posyandu)”, ujarnya. Lalu, mereka juga berharap kegiatan ini akan diadakan kembali dengan pembahasan yang berbeda.
Di samping itu, Ketua Himfar Unsika, Datu Muhamad Cordova, mengatakan bahwa kegiatan ini akan berlanjut. “Di pharmacare ini katanya bakal ada kelanjutan, atau kita menjalin kerjasama sama desa, kalo lebih baik lagi dari Farmasi Unsika itu pengen nargetin salah satu dari desa kunjungan Pharmacare itu jadi desa binaan gitu, kan lumayan kalo di organisasi kan buat PPKO (Program Penguatan Kapasitas Organisasi) mengenai lomba bina desa,” ujarnya.
Dilaksanakannya acara ini juga mendapatkan apresiasi dari Lurah Desa Warung Bambu, Mustaqim. Ia pun berharap mahasiswa terus menciptakan sesuatu yang baru. “Semoga mahasiswa semakin inovatif khususnya farmasi dalam mengembangkan penelitian, setidaknya bisa bikin suatu produk seperti minuman herbal,” ucapnya.
Harapan lainnya juga turut disampaikan oleh Naufal. “Harapan kami, apa yang telah kami sampaikan itu diterapkan di kehidupan sehari-hari, karena bahaya resistensi antibiotik sudah ada di depan mata, penemuan obat itu prosesnya lama, apalagi obat-obat yang emang belum ditemukanlah itu masih jauh gitu dari beredarnya di masyarakat, apalagi kita juga untuk jamu sendiri untuk uji klinis itu bisa lama banget gitu, resistensinya mohon dikurangi karena antibiotik itu tidak mudah untuk ditemukan,” ujarnya.