Hima IP Adakan Nonton dan Diskusi Film Dokumenter "Pesta Oligarki": Ajak Mahasiswa Sadar akan Politik
Redaksi
Berita
29 Oct 2024

Himpunan Mahasiswa Ilmu Pemerintahan (Hima IP) Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika) mengadakan rangkaian acara terakhir dari Government Days (Govdays), yaitu Launching & Talking yang bertempat di Aula Syekh Quro Unsika, Rabu, (23/10/2024). Acara ini untuk mengajak para audiens menonton dan diskusi pada tayangan film dokumenter dari Watchdoc yang berjudul “Pesta Oligarki”.
Ketua Pelaksana Government Days, Muhammad Randi, menjelaskan bahwa diadakan acara Launching & Talking, karena saat ini merupakan masa Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), mengajak para masyarakat maupun mahasiswa untuk sadar terhadap politik-politik yang terjadi pada sekitarnya.
“Kadang kan, banyak politisi-politisi itu kan, membuahkan janji-janji manis itu saja yang berujung pada balik lagi ke kesengsaraan masyarakat, saya ingin memperkenalkan kepada teman-teman mahasiswa semua atau menyadarkan bahwasanya ini juga merupakan dampak politik, partai-partai politik yang ujungnya menyengsarakan masyarakat,” jelasnya saat diwawancarai langsung, Rabu (23/10/2024).
Mahasiswa Ilmu Pemerintahan Angkatan 2022, Jonathan, sebagai salah satu peserta memberikan tanggapannya terkait film dokumenter yang telah disaksikan dalam kegiatan tersebut, untuk dapat menyadarkan kepada masyarakat umum pada kasus-kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) dan kasus pelanggaran Agraria, yang telah terjadi di berbagai daerah Indonesia, sehingga menyebabkan ketertinggalan dan kesengsaraan pada masyarakat daerahnya yang dilakukan oleh keserakahan oknum-oknum pemerintah.
“Iya tadi juga di video kan di-mention tentang indonesia yang masih darurat tentang kasus pelanggaran HAM dan di dalam film dokumenter itu ada satu daerah yang benar-benar terpuruk yaitu di daerah Papua. Lalu, terkait masalah agraria masih banyak terjadi khususnya di daerah Kalimantan, Sumatra dan lain-lain yang dimana pemerintah masih serakah dengan kasus-kasus tanah adat yang seharusnya dimiliki masyarakat adat dan menurutnya elite-elite di dalam film dokumenter benar benar tidak tau diri, karena di indonesia kasus pelanggaran HAM dan agraria benar-benar tidak ada penyelesaiannya sama sekali, miris sih,” sebutnya saat diwawancarai langsung, Rabu (23/10/2024).
Acara Government Days, terdapat sesi diskusi setelah pemutaran film dokumenter Pesta Oligarki. Sesi ini menghadirkan tiga pemantik diskusi, yaitu perwakilan dari Aliansi Pendidikan Gratis, Biro Mahasiswa Front Perjuangan Pemuda Indonesia (FPPI), dan Komite Politik Nasional, yang masing-masing diwakili oleh Sekar, Mukhtar, dan Rivaldi.
“Diundang dari kami sendiri, dari acara kepanitiaan Government Days. Namun, koneksinya dari ketua Himpunan,” ucap Randi.
Pada acara tersebut, di dalam Aula Syekh Quro Unsika terlihat beberapa bendera yang dipajang untuk menghiasi suasana. Pemasangan bendera-bendera ini bertujuan membuka ruang publik bagi para audiens yang hadir, agar mereka merasa bebas berekspresi.
“Kami ingin membuka ruang publik sebebas-bebasnya, karena dari tema kami sendiri menekankan ‘Demokrasi’,” pungkas Randi.
Salah satu pemantik, Sekar Intifadha, meyakini bahwa acara nonton dan diskusi ini dapat berdampak pada mahasiswa, membuat mereka lebih sadar dan peka terhadap isu-isu di sekitar mereka. Kesadaran ini diharapkan dapat memicu munculnya gerakan mahasiswa yang memahami situasi politik saat ini.
"Itu penting gitu loh, makanya kayak kenapa kita perlu banyak penyadaran? Karena kita gak bisa bergerak kalo kita sadar gitu, kan ya. Kita baru ada di tahap penyadaran. Nah, output akhirnya apa? Setelah mereka dari sini, mereka kalo udah sadar nih 'oh iya, politik kita hari ini, mereka mau bergerak gak?’ Dalam arti, bergerak untuk men-support temen-temen jaringan kolektif, temen-temen BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa). Ketika temen-temen BEM menyerukan aksi massa, apakah mereka akan turun? Nah, itu yang perlu kita ukur tuh. Keberhasilan pendidikan politik, bisa diukur dari sana nanti,” ungkapnya saat diwawancarai langsung, Rabu (23/10/2024).
Jonathan berharap dari film Pesta Oligarki ini, bahwasannya masyarakat harus lebih sadar lagi terkait perpolitikan yang sedang terjadi pada masa pesta demokrasi. Namun, tidak selalu hal tersebut adalah pesta demokrasi.
“Harapan dari filmnya dari yang aku tangkap, mereka mau masyarakat tuh lebih sadar lagi tentang apa itu pesta demokrasi sebenarnya. Ini tuh bukan pesta demokrasi, ini tuh pestanya para oligarki. Jadi, kayak film ini mau menyadarkan masyarakat luas bahwa kita tidak sepatutnya senang yang pada akhirnya setelah selesai pesta tersebut mereka yang notabennya sebagai tamu undangan pada saat selesai melaksanakan pesta balik lagi kerumah masih masing kembali lagi, melakukan kegiatan sehari-hari dimana setelah pesta tersebut kita masih terpuruk-terpuruk juga,” harapnya.
Sekar turut memberikan harapannya agar forum diskusi seperti ini dapat menghasilkan forum-forum lain yang pembahasanya terus berkembang.
"Forum-forum gini emang harus banyak dan emang harus berlanjut ya. Dan mungkin yang perlu kita pikirkan sekarang untuk berlanjutnya lagi, bukan berlanjut untuk meneruskan filmnya, tapi berlanjut untuk meneruskan isunya gitu kan. Kita menonton film yang sama, oke. Di film pertama di sini ya misalkan, di Hima IP kita merumuskan kita perlu pendidikan politik, kita perlu soal misalnya gagasan misal rakyat harus berkuasa segala macam. Di pertemuan selanjutnya kita harus udah mikirin, caranya gimana tuh? Jadi pembahasannya akan terus berkembang.”
(INA, MLN, RAN)