Globalisasi dan Disrupsi Budaya yang Merapuhkan Generasi Z
Redaksi
Opini
02 Jun 2024

Indonesia Emas 2045 adalah gema yang bising untuk didengungkan dewasa ini. Ramai dibicarakan di forum akademik, workshop, hingga panggung politik. Data yang dilansir dari Kompas menyatakan bahwa proporsi General Z (Gen Z) di tahun 2020 telah mencapai 27,94% dari seluruh persentase penduduk Indonesia. Artinya, di tahun 2045 nanti bisa jadi lebih dari 50% mayoritas adalah para Gen Z. Praktis, Gen Z adalah generasi penerus bangsa dimasa depan. Namun apesnya, generasi sekarang justru rapuh terhadap pondasi patriotisme pada bangsa sendiri dengan lunturnya kecintaan budaya bangsa sendiri.
Kondisi demikian bisa disebabkan dua faktor. Faktor pertama adalah faktor eksternal dari pengaruh globalisasi dan faktor internal dari rendahnya peran pemerintah untuk menjaga hingga mengedukasi generasi muda untuk mencintai bahkan terlibat dalam pelestarian budaya bangsa. Dampak lunturnya nilai-nilai patriotisme sebagai implementasi konkrit dari sila ketiga pada Pancasila.
Kita akan coba analisis mengapa kondisi di atas terjadi. Apabila kita meninjau dari sisi globalisasi ibarat pisau bermata dua. Disisi lain globalisasi memberi dampak positif, seperti rangsangan kemajuan ekonomi lebih mendunia, kesempatan investasi mancanegara terbuka lebar, teknologi hingga pertukaran budaya. Selain itu, terdapat dampak negatifnya seperti meningkatnya sikap individualisme, kesenjangan ekonomi, ketergantungan pada negara maju, nilai sosial masyarakat yang memudar, dan masuknya distribusi budaya asing yang membunuh budaya lokal.
Bentuk ancaman terhadap budaya lokal telah terjadi lama terlebih lagi ketika pesatnya perkembangan internet dan digitalisasi. Budaya asing yang masuk ke Indonesia kita bisa rasakan sekarang seperti kuliner, bahasa, film, fotografi, musik, seni hingga hiburan. Mirisnya, justru budaya asing tersebut yang banyak digandrungi oleh generasi muda sekarang.
Data yang dihimpun oleh Outlook Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 2023-2024 oleh Kementerian Pariwisata dan Kreatif di tahun 2023 yang dilansir dari ValidNews merilis bahwa tren minat dan live concert di Indonesia terus meningkat dan mendapatkan perhatian yang luas. Hadirnya Coldplay dan Blackpink setidaknya sukses menghipnotis 140 ribu penonton. Tren ini diprediksi terus akan meningkat bahkan tumbuh hingga 9,6% yang artinya empat kali lebih besar dari pertumbuhan pendapatan konsumen secara keseluruhan.
Mari bergeser dari dunia musik ke dunia hiburan, Indonesia sendiri adalah salah satu pasar yang empuk dari serial drama atau musik dari negeri gingseng Korea Selatan. Beberapa pekan lalu ramai Drama “Queen of Tears” yang cuplikan serial dramanya viral di berbagai media sosial. Banyak masyarakat kita terutama para generasi muda perhatiannya tersedot ke arah serial impor tersebut.
Alasan mengapa serial drama korea digandrungi oleh masyarakat apabila dihimpun dari Databooks merilis bahwa 74% responden menyukai drakor kareena kemampuan aktingnya, 69% suka penampilan para pemain dan 57% responden suka dengan lokasinya.
Paradoks yang terjadi ketika justru pertunjukan seni budaya lokal justru berdarah-darah mempertahankan eksistensinya. Peminat dari budaya lokal kalah jauh ketimbang animonya dengan musik modern dari luar negeri. Beberapa kelompok seni di daerah-daerah beradaptasi sesuai dengan kemampuan mereka, salah satunya adalah dengan membangun channel YouTube untuk menyajikan tontonan seni lewat platform digital yang diyakini lebih disukai oleh masyarakat sekarang.
Menyikapi fenomena di atas, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Tauhid Ahmad, mengatakan bahwa peranan dalam aspek ekonomi dalam pertunjukan seni budaya kalah mutlak di bawah subsektor ekonomi kreatif lainnya, bahkan dari konser musik. Laporan Outlook Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 2023-2024 oleh Kemenparekraf/Baparekraf juga mencatat, dari sembilan subsektor ekonomi kreatif yang diprediksi alami pertumbuhan pesat di 2023-2024, seni pertunjukan menempati urutan terendah dengan angka 7,14%. Ini jauh di atas subsektor lainnya seperti musik 11,90%, game developer 16,67%, fesyen 40,48% dan yang tertinggi kuliner 69,5%.
Kalau sudah demikian bagaimana peran pemerintah seharusnya? Pemerintah seharusnya lebih jeli dan kreatif dalam mengemas warisan budaya Indonesia untuk dapat diminati generasi muda, syukur-syukur mendatangkan nilai finansial. Contohlah pemerintah Korea Selatan, apabila kita melihat kekayaan budaya, Indonesia jauh lebih kaya. Namun, secara dampak global budaya Korea Selatan bisa dibilang jauh lebih terkenal di dunia.
Hal ini terjadi karena Korea Selatan serius membangun ekonomi kreatif dan budaya mereka. Lewat dukungan penuh terhadap industri musik Korean Pop (K-Pop), Drama Korea, Pariwisata, Kuliner, dan bahkan Beasiswa dari pemerintah setempat membawa dampak percepatan penyebarluasan budaya korea secara mengglobal. Hematnya, pemerintah tidak boleh berserah diri harus mengambil sikap tegas bagaimana warisan budaya Indonesia lebih menjadi lebih disukai dan dicintai, salah satunya pemerintah bisa mencontoh Pemerintah Korea Selatan.
Tanggung Jawab juga tidak hanya di tangan pemerintah, masyarakat terutama generasi muda juga harus bijak. Menyukai budaya asing tidaklah salah, fenomena demikian karena dampak globalisasi juga. Namun, yang tidak boleh adalah terlalu kebablasan dan memberikan opini bahwa budaya asing jauh lebih menarik dan bermutu.
Kembali lagi kepada cita-cita Indonesia Emas 2045, Indonesia emas ada di tangan Gen Z. Apabila kondisi demikian tetap berlangsung maka secara perlahan kita akan kehilangan budaya kita, lupa jati diri, dan punahlah warisan leluhur kita. Sikap patriotisme pun luntur, karena budaya asing justru lebih menarik dan menghibur. Jika pemerintah tak sigap globalisasi melahap habis budaya kita dan melunturkan pengamalan sila ketiga Pancasila.
Referensi
Geni. (2023, 21 Oktober). Berkaca pada Korea untuk Kembangkan Industri Kreatif. Diakses pada 29 Mei 2024, dari https://www.republika.id/posts/46822/berkaca-pada-korea-untuk-kembangkan-industri-kreatif
Dihni, Vika Azkiya. (2022, 22 Agustus). Ragam Alasan Responden Suka Menonton Drama Korea (2022). Diakses pada 29 Mei 2024, dari https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/08/30/mengapa-orang-indonesia-suka-nonton-drakor-ini-alasannya
Krishna,Yoseph., Kahfi, Khairul., Rahma, Nuzulia Nur., Simanjunta, Aurora K M. (2023, 6 Desember). Ekraf 2023; Banjir Konser Musik, Sepi Peminat Seni Pertunjukan. Diakses pada 29 Mei 2024, dari https://validnews.id/ekonomi/ekraf-2023-banjir-konser-musik-sepi-peminat-seni-pertunjukan
Penulis: Bunga Anggun Chintamy
Desainer: ZFS