FOMO Politik: Sebuah Tren yang Sepadan untuk Ditiru

Redaksi
Opini
25 Apr 2025
Thumbnail Artikel FOMO Politik: Sebuah Tren yang Sepadan untuk Ditiru
Di era serba digital saat ini, tidak jarang kita melihat teman, saudara, atau keluarga membuat postingan di media sosial tentang hal-hal yang sedang ramai diperbincangkan, seperti kampanye politik, debat calon presiden (capres), atau pendapat tentang kebijakan kontroversial pemerintah. Kita bisa melihat pandangan seseorang tentang suatu isu politik mulai dari postingan story Instagram, cuitan twitter, atau video di Tiktok mereka. Fenomena tersebut, memunculkan suatu istilah baru yang saat ini sering dikenal sebagai FOMO politik, FOMO (Fear of Missing Out). Secara sederhananya, diartikan sebagai sifat tidak mau ketinggalan tentang sesuatu yang sedang individu lain lakukan. Lalu, istilah FOMO politik di sini biasa diartikan dengan tren di mana seseorang ingin terlibat dan tidak ingin ketinggalan tentang isu-isu politik yang sedang ramai dibahas. Dalam konteks tersebut, generasi muda, terutama Gen Z sering dianggap sebagai generasi yang paling FOMO politik.

Bagaimana tidak? Gen Z memang 24/7 (dibaca: 24 jam sehari, 7 hari seminggu) tidak lepas dari gadget.  Dengan mudahnya mengakses informasi, mereka jadi generasi paling responsif terhadap isu-isu sosial dan politik yang sedang hangat. Mungkin kita pernah mendengar tentang beberapa hastag, seperti #IndonesiaGelap, #KamiBersamaSukatani, atau #TolakRUUTNI yang belum lama ini viral di media sosial. Mayoritas hastag-hastag ini diramaikan oleh Gen Z yang mulai melek terhadap isu politik. Hal ini menunjukkan bahwa politik saat ini bukan hanya urusan orang dewasa, urusan pemerintah, atau urusan pejabat yang gajinya dibayar dari pajak rakyat saja.

Meskipun FOMO politik kebanyakan dipersepsikan sebagai tren ikut-ikutan tentang isu politik yang sedang ramai dibahas. Fenomena ini pastinya memiliki sisi positif yang perlu diapresiasi. FOMO Politik bisa menjadi langkah awal menuju partisipasi politik yang lebih maju. Banyak anak muda yang sebelumnya tidak peduli, kini mulai tertarik dengan isu-isu sosial dan politik.

Mereka lebih terbuka untuk berdiskusi, mencari tahu, bahkan berani menyuarakan opininya secara terbuka di berbagai platform, baik online maupun offline. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun didasari oleh rasa ikut-ikutan atau takut tertinggal. FOMO politik justru bisa menjadi pemantik kesadaran dan mendorong partisipasi generasi muda untuk lebih aktif dan kritis.

Sayangnya, FOMO politik juga membawa tantangan tersendiri. Fenomena ini memiliki sisi negatif jika tidak diimbangi dengan pemahaman dan literasi yang memadai. Tanpa literasi dan memahami konteks atau latar belakang yang sedang dibahas, penyebaran hoaks akan lebih mudah dipercaya dan dibagikan ulang tanpa dicek terlebih dahulu. Hal ini tidak hanya menyebabkan salah paham, tetapi memunculkan perdebatan hingga konflik antar masyarakat. FOMO politik yang awalnya diharapkan dapat meningkatkan kepedulian generasi muda terhadap isu-isu yang sedang hangat di masyarakat, justru menjadi ajang hoaks dan adu domba sehingga menimbulkan perpecahan.

Maka dari itu, penting bagi generasi muda agar tidak hanya terbawa arus FOMO politik saja, tetapi juga membekali diri dengan literasi politik dan media yang cukup. Artinya, jangan hanya ikut-ikutan agar dianggap peduli, tetapi pahami dahulu isu yang sedang dibahas. Dengan begitu, generasi muda dapat melihat isu dengan berbagai perspektif, tidak mudah terprovokasi, kritis saat menyuarakan pendapat, dan bijak dalam menyikapi perbedaan pendapat.


Referensi:
Pakpahan, A. F., Nugraha, D. M., El Faizah, H., Maheswari, L. L., Rasyid, M. N., Azahra, S. Z., & Rismawati, Y. (2024). Pengaruh FoMO (Fear of Missing Out) dalam Perspektif Gen Z terhadap Pesta Demokrasi 2024. Pendekar: Jurnal Pendidikan Berkarakter, 2(1), 168-174.

ACLC KPK. (2024, Oktober 9). Generasi muda dan FOMO politik: Kekuatan baru untuk bersuara. Diakses dari


Penulis : YPD
Desainer: Farida Fawa

LPM Channel

Podcast NOL SKS