Ditemukan Botol Miras saat Kongres HMMI, Kepengurusan Himmas 2024 Dibekukan

Redaksi
Berita
24 Nov 2024
Thumbnail Artikel Ditemukan Botol Miras saat Kongres HMMI, Kepengurusan Himmas 2024 Dibekukan
Kata Program Kerja (Proker) tidak luput dan jauh dari aktivitas sebagai Organisasi Mahasiswa (Ormawa), contohnya Himpunan Mahasiswa Manajemen Singaperbangsa (Himmas) yang tahun ini menjadi tuan rumah Kongres Himpunan Mahasiswa Manajemen Indonesia (HMMI) ke-10. Acara tersebut merupakan kongres yang dihadiri oleh himpunan berbagai universitas di Indonesia yang bergabung di HMMI. Berlangsung pada 21-25 September 2024, acara tersebut dibuka oleh seminar dengan tema “Peran Mahasiswa sebagai Katalisator Transformasi Demografi Indonesia” di Aula Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika).

Acara yang membutuhkan anggaran sebesar Rp624.955.000,00 tersebut diharapkan menjadi kebanggaan bagi pihak kampus. Namun, berakhir dengan berbagai polemik. Pasalnya, terdapat insiden yang menyebabkan masalah terjadi, yaitu ditemukan beberapa botol minuman keras pada lokasi penginapan peserta yang bertempat di Dinas Ketenagakerjaan (Disnaker). Hal tersebut menyebabkan dikeluarkannya Surat Keputusan (SK) Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis No. 2749/UN64.2/KPT/2024 tentang “Pemberian Sanksi Pelanggaran dalam Penyelenggaraan Kegiatan Kongres Himpunan Mahasiswa Manajemen Indonesia ke-X”, sehingga membuahkan hasil, yaitu pembekuan Himmas sampai akhir tahun 2024, tahun akademik 2024/2025.

Petugas menemukan beberapa botol minuman keras di tempat penginapan peserta, Rabu (25/9//2024).

Ketua Umum Himmas, Beryl Geovanni, menceritakan akar permasalahan dengan ditemukannya botol minuman keras. 

“Sebenarnya jadi permasalahannya gini, salah satu dosen kan. Jadi, kita udah clear nih acara bubar. Nah, kita nih clear area kan di penginapan itu, nah di salah satu kamar itu yang kita tahu itu kamar anak-anak dari Sulawesi ini, ada botol minum. Nah, kita pun sudah ada upaya gitu teman-teman panitia di situ untuk ngebersihin. Pada saat ngebersihin, pas-pasan gitu sama OB (Office Boy) situ, kenal salah satu dosen Fakultas Ekonomi. Nah, dia melapor lah ke Fakultas Ekonomi ke salah satu dosen Fakultas Ekonomi ini,” ujar Beryl saat diwawancarai langsung, Rabu (6/11/2024). 

Kejadian tersebut mencuat di kalangan dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) hingga terdengar oleh pihak rektorat, tetapi masalah tersebut diserahkan secara penuh oleh pihak fakultas. 

Dekan FEB, Dede Jajang Suyaman, menceritakan respon pihak Dekanat saat menangani masalah tersebut.
 
“Kami langsung bentuk tim di fakultas, mengumpulkan data, mengumpulkan informasi, penyelidikan,” ujar Dede saat diwawancarai langsung, Senin (11/11/2024). 

Selain itu, sebelum bergulirnya kongres tersebut. Dede sudah menyarankan panitia, agar peserta kongres tidak diakomodasikan terkait penginapan. Namun, panitia mengabaikan saran tersebut karena tersedianya penginapan untuk peserta.

“Jauh-jauh hari kami selaku pimpinan di fakultas sudah menyarankan jangan memfasilitasi terkait masalah akomodasi penginapan, karena beresiko tinggi. Tetapi, Hima tersebut mereka memaksakan diri karena ada fasilitas,” tutur Dede. 

Sebelum dijatuhi sanksi, Beryl melakukan audiensi dengan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FEB dan Badan Legislatif Mahasiswa (BLM) FEB. Dalam audiensi tersebut, Beryl menjelaskan bahwa botol minuman keras tersebut berasal dari peserta asal Sulawesi dan bukan berasal dari panitia atau Himmas. 

Setelah dikonfirmasi bahwa insiden tersebut dari pihak luar, Dekanat tetap mengambil langkah untuk menjatuhkan saksi.

“Setelah dikonfirmasi tidak ada, tetapi sebagai penanggung jawab kegiatan yang tercatat di lembaga tersebut, tempat kita menginap, yaitu lembaga kami (Himmas), artinya kami sebagai pimpinan merasa penting dan perlu ini melakukan peneguran,” jawab Dede. 

Tidak hanya itu, muncul drama saat penunjukan panitia pengarah atau Steering Committee (SC) yang berasal dari pengurus besar HMMI dan demisioner Himmas. Dalam pelaksanaannya, demisioner angkatan akademik 2017, 2018, dan 2019 Himmas, yang jelas terdapat mahasiswa tidak aktif, ditunjuk menjadi SC Kongres HMMI tersebut. Hal ini memunculkan stigma bahwa kongres tersebut dibelakangi oleh “kepentingan” tertentu. Selain itu, Beryl menyebutkan bahwa dirinya sempat melakukan sosialisasi untuk mengadakan SC kepada pengurus tahun lalu yang dipegang oleh angkatan 2021. Namun, angkatan 2021 menolak dengan mendiamkan ajakan tersebut untuk menjadi SC Kongres HMMI. 

“Demisioner yang di atas kita setahun SC gitu, ketua, wakil, bendahara, dan sekretaris gitu. Kita sosialisasikan, kayak ‘gimana nih mau gak adain steering?’ Nah, mereka gak ada jawaban. Oh, mungkin tandanya mereka tuh gak mau gitu, karena kita udah nawarin kita nih ada program mau gak jadi steering. Mau serta ikut jadi steering dalam acara ini mereka gak ada jawaban, gak ngebahas lagi gak gimana—ya udah. Nah, yang ikut ke kita itu akhirnya angkatan atas cuman beberapa orang doang yang aktif emang yang angkatan-angkatan yang waktu itu kurang lebih ada angkatan 18, terus 17, sama 19,” jawab Beryl.

Masalah tersebut dijelaskan oleh Ketua Umum Himmas periode 2023, Nadya Millasyifa, menanggapi permasalahan yang dituding hanya mendiamkan sosialisasi dan ajakan untuk menjadi SC Kongres. 

“Memang mereka itu ngomong dari awal, ‘iya kak, kita ngambil jadinya kongres jadi tuan rumah’, terus mereka nawarin ‘kak, bisa gak jadi Koordinator Steering Committee (SC)?’ Karena gua sama SC gua mikir, karena Koordinator SC itu satu orang dong. Sedangkan, di periode gua, gua gak merasakan adanya HMMI gitu,” ujar Nadya saat diwawancarai via WhatsApp, Sabtu (23/11/2024). 

Nadya menjelaskan bahwa dirinya tidak memiliki pengalaman terkait pelaksanaan kegiatan kongres, terutama karena yang ditawarkan adalah posisi sebagai Koordinator SC. Oleh karena itu, ia merekomendasikan angkatan 2020 untuk menjadi SC Kongres dengan alasan mereka sudah pernah terlibat dalam kegiatan serupa.

Gua pun menyerahkan, karena kayaknya gua gak bisa karena gua juga waktu itu sambil magang kan, dan gua nanya SC gua dan sama-sama bilang ‘kayaknya kita gak bisa’. Tolong bedakan itu gak ada jawaban sama gak bisa, kalo misalnya gak ada jawaban, gua masih menggantung mereka ya dan gua pun menawarkan ke angkatan 20,” jawab Nadya. 

Nadya merasa bahwa menjadi anggota SC masih dapat diterima. Namun, ia tidak menyanggupi jika harus menjadi Koordinator SC, karena minimnya pengalaman yang dimiliki. 

Akhirnya, keputusan yang diberikan oleh Dekanat mengundang kekecewaan Beryl. 

“Belum ikhlas sama sekali, cuman kan berhubung kita namanya organisasi. Terus, gua juga kan posisinya di himpunan kan masih dibawah naungan BEM dan BLM,” tuturnya.

Sanksi yang diberikan tercantum pada Surat Keputusan (SK), Jumat (18/10/2024).

Beryl menilai keputusan Dekanat sebagai upaya cuci tangan agar terlihat tegas. Sebelum sanksi dijatuhkan, Beryl telah membuktikan bahwa pihak luar yang membawa botol tersebut, disertai dengan permintaan maaf.

“Salah satu seniornya dari orang Sulawesi meminta maaf dan mengakui bahwa itu adalah kesalahan dari junior-junior mereka yang hadir dalam acara itu. Gua udah ngasih tahu ke pihak fakultas, tapi tetap permasalahan … kayak dibilang ‘pokoknya sudah terlanjur’. Mungkin sudah terlanjur malu. Bukannya gak ada toleransi, tapi mereka tuh pengen mempertahankan integritas gitu integritas Fakultas Ekonomi. Jadi, misalkan nanti ada isu atau ada berita, dan lain-lain, mereka secara tidak langsung cuci tangan gitu biar kayak ini Fakultas Ekonomi tegas nih, dalam menghadapi kejadian kayak gini, tapi gak ada sudut pembelaan sama sekali malah justru kayak diancam ‘harusnya kamu masih bersyukur, untung kalian gak di-DO (Drop Out), gak di-skorsing, dan lain-lain’. Dari awal tuh ancamannya udah skorsing,” jelas Beryl. 

Saksi yang diberikan bukan hanya dibekukan Himmas periode 2024, tetapi terdapat sanksi berupa teguran terhadap Beryl Geovanni Xenoglosi selaku Ketua Umum Himmas, Tegar Dwi Fajriatama selaku Ketua Pelaksana HMMI, dan Jelita Ernawati Siagian selaku Sekretaris Pelaksana HMMI. Akibat dari sanksi tersebut, melahirkan isu terkait Musyawarah Mahasiswa (Musma) yang akan dibawah kendali oleh dosen. 

“Musyawarah Mahasiswa itu rencananya bakal diatur sama dosen dan lain-lain. Namanya aja kan Musyawarah Mahasiswa bukan Musyawarah Dosen, toh kalau misalnya pada saat pemilihan dekan, pemilihan Koor Prodi (Koordinator Program Studi) kita nggak boleh ikut campur dengan ranahnya mereka, kenapa mereka ikut campur ke ranahnya kita?” jelas Beryl.

Dede Jajang menjawab isu terkait keikutsertaan dalam Musma yang akan diselenggarakan pada Januari nanti. Selain itu, ia menjelaskan akan menunjuk Caretaker. 

“Ada nanti kita menunjuk, dosen pendamping mahasiswa. Ya, ada dosen pendamping mahasiswa di tiap himpunan akuntansi manajemen, nah itu dibentuk untuk mengadakan musma, nanti ada SK Dekan … karena mahasiswa ini masih dibawah binaannya Wakil Dekan (Wadek), nanti Wakil Dekan 1 yang membidangi. Memang betul tidak ikut memilih mahasiswa itu kepada kami, saya sebagai Dekan dan saya juga tidak akan memilih. Nah, kenapa ikut campur? Ikut campur karena mahasiswa di bawah binaan Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan.”

Kejadian tersebut membawa tanggapan dari Mahasiswa Prodi Manajemen, D (Inisial), menilai bahwa keputusan Dekan terkait sanksi tersebut masih dapat dipertimbangkan lagi. 

“Kalau menurut gua, masih bisa dipertimbangin lagi sih. Ngga perlu sampe dibekuin. Mungkin bisa aja, kayak dikasih punishment atau hukumannya kayak peringatan lah buat Himmas-nya, buat nanti kegiatan mereka tuh ada beberapa kegiatan yang mungkin ditahan atau yang lain-lainya, dibandingkan harus bener-bener dibekuin,” ujar D saat diwawancarai langsung, Rabu (13/11/2024). 

(FAK, DRA)

LPM Channel

Podcast NOL SKS