Ditandai dengan Lahirnya Organisasi dari Kalangan Terpelajar: Tanggal 20 Mei Diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional

Redaksi
Artikel
21 May 2024
Thumbnail Artikel Ditandai dengan Lahirnya Organisasi dari Kalangan Terpelajar: Tanggal 20 Mei Diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional
Hari kebangkitan nasional (Harkitnas) diperingati setiap tanggal 20 Mei. Lahirnya Hari kebangkitan nasional ini merupakan awal kesadaran bangsa Indonesia terhadap perlawanan imperialisme dan kolonialisme. Hal ini, ditandai dengan berdirinya organisasi Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908 dan Sumpah Pemuda pada tanggal 28 oktober 1928. Dilihat dari perkembangannya hingga saat ini, berikut sejarah Perkembangan Kebangkitan Nasional Indonesia.

  1. Pelaksanaan Politik Etis pemerintah kolonial Hindia Belanda
Pada abad ke-20 muncul organisasi kepemimpinan baru yang bersifat modern, itu bermula dari adanya kebijakan politik etis (1901) atau politik balas budi dari gagasan Van Deventer yang di buat oleh pemerintah Hindia Belanda atas dasar balas budi kepada Bangsa Indonesia karena Belanda telah mengeluarkan sistem kerja tanam paksa (cultuurstelsel). Saat masa kerja paksa ini, Bangsa Indonesia mengalami kesengsaraan dan kerugian materiil dan non materiil yang sangat besar. Oleh karena itu, pemerintah Hindia Belanda melaksanakan sistem tersebut melalui 3 program, yaitu irigasi (pengairan), transmigrasi perpindahan penduduk, dan edukasi (Pendidikan).
  1. a. Irigasi 
Irigasi yang dibuat, seperti waduk, perbaikan sanitasi, dan sarana-sarana pengairan guna membangun sarana untuk mengairi lahan pertanian.
  1. b. Transmigrasi Pemberlakuan Undang-Undang Agraria (1870)
Dampak dari transmigrasi ini membuat rakyat di nusantara tidak dapat leluasa bekerja di lahan pertanian Jawa. Hal ini mengharuskan pemerintah untuk menyelenggarakan program transmigrasi dari Jawa ke luar Jawa. 
  1. c. Edukasi
Pada awal abad ke-20, orang Indonesia yang mengenyam pendidikan tingkat menengah hampir tidak ada dan sejak saat itu, Politik Etis memungkinkan perluasan kesempatan pendidikan menengah bagi penduduk asli Indonesia. Pada tahun 1925, fokus pemerintah kolonial bergeser ke penyediaan pendidikan kejuruan dasar selama tiga tahun. Pada tahun 1940, lebih dari 2 juta siswa telah bersekolah sehingga tingkat melek huruf meningkat menjadi 6,3 persen yang tercatat dalam sensus tahun 1930. Pendidikan menengah Belanda membuka cakrawala dan peluang baru, dan sangat diminati oleh orang-orang Indonesia.

  1. Didirikan Organisasi Budi Utomo
Latar belakang lahirnya organisasi Budi Utomo berawal dari dr. Wahidin Sudirohusodo, seorang alumni kedokteran dari School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA) di Batavia. Beliau memiliki gagasan untuk mempunyai perkumpulan yang bertujuan memajukan pendidikan di Pulau Jawa. Ia sering melakukan gagasannya dengan cara berkeliling pulau Jawa untuk mencari dana bagi para pelajar pribumi berprestasi untuk melanjutkan pendidikannya.  Gagasan pembentukan organisasi ini ia sampaikan kepada teman-temannya dari STOVIA, seperti dr. Soetomo, dr. Soeradji Tirtonegoro, Goenawan Mangoenkoesoema, dan lain-lain. 
Di dalam perjalanannya, ada beberapa tokoh yang akhirnya bergabung dalam organisasi Budi Utomo, diantaranya:
  1. a. Soewardi Soerjaningrat (Ki Hajar Dewantara)
  2. b. Tirto Adhi Soerjo
  3. c. Tjipto Mangoenkoesoema
Organisasi Budi Utomo ini bersifat non politik yang memusatkan perhatiannya dalam bidang sosial, ekonomi, dan kebudayaan. Budi Utomo berhasil membawa semangat nasional dan menjadi pelopor organisasi modern di Indonesia. Tanggal 20 Mei 1908 adalah hari dibentuknya organisasi Budi Utomo. Ide penetapan Hari Kebangkitan Nasional lahir pada tahun 1947, sekitar dua tahun setelah kemerdekaan Indonesia. Pada saat itu, Belanda melakukan agresi militer ke Indonesia. Agresi ini membawa ketidakstabilan sosial, politik, dan ekonomi di negara kita. Tak lama kemudian, muncul kelompok oposisi di bawah pimpinan Amir Sharifuddin. Mengingat banyaknya permasalahan yang dihadapi, Presiden Soekarno merasa perlu adanya simbol untuk mempersatukan bangsa Indonesia. Saat itu pengaruh organisasi Budi Utomo sangat besar. Oleh karena itu, Presiden Soekarno menetapkan tanggal 20 Mei, hari lahir Budi Utomo, sebagai Hari Kebangkitan Nasional.

  1. Didirikan Sarekat Islam / Sarekat Dagang Islam
Sarekat Islam didirikan oleh K.H. Samanhudi pada 16 Oktober 1905 di Kota Surakarta, Jawa Tengah. Organisasi ini bergerak dibidang ekonomi. Berawal dari pengalamannya dalam berniaga, K.H. Samanhudi beranggapan bahwa pedagang-pedagang Islam di Hindia Belanda saat itu mendapatkan diskriminasi oleh pemerintah dengan para pedagang Tionghoa pada tahun 1905. Ia tidak terima dengan keadaan yang terus-menerus demikian. Oleh karena itu, ia membentuk organisasi untuk membela kepentingan para pedagang Islam pribumi. Sebelum bernama Sarekat Islam, organisasi ini mulanya bernama Rekso Roemekso yang artinya kelompok ronda untuk melindungi pedagang batik dari para perampok. Tahun 1911 nama organisasi ini dirubah menjadi Sarekat Dagang Islam (SDI) oleh K.H. Samanhudi kemudian ia diangkat menjadi ketua dari SDI. 

K.H. Samanhudi menjabat sebagai ketua organisasi Sarekat Dagang Islam pada tanggal 10 September 1912-1914. Di sela-sela kepemimpinannya, atas saran Tjokroaminoto, SDI berganti nama menjadi Sarekat Islam (SI) pada 10 September 1912.

Kepemimpinannya tidak berlangsung lama, karena ia memiliki masalah dengan kesehatannya yang membuat ia tidak aktif pada organisasi. Pada akhirnya kepemimpinan organisasi digantikan oleh Tjokroaminoto. Pada masa kepemimpinannya, SI mencapai masa kejayaannya hingga SI bisa dikenal dan menjadi organisasi massa terbesar di Hindia Belanda. Hingga akhirnya pada tahun 1917 Sarekat Islam menyatakan diri sebagai organisasi politik yang akan membebaskan rakyat Indonesia dari belenggu penjajahan.

  1. Didirikan Indische Partij
Indische Partij adalah organisasi politik pertama yang mendeklarasikan bahwa ia menentang pemerintah dan akan berjuang menghadapi kuasa kolonial. Organisasi yang didirikan pada 25 Desember 1912 di Bandung ini dibentuk oleh Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara), E.F.E. Douwes Dekker, dan Cipto Mangunkusumo. Pada awalnya, Cipto Mangunkusumo dan Ki Hajar Dewantara sering memberi kritikan kepada pemerintah kolonial melalui tulisan-tulisan yang dikirim pada media massa. Kritikan tersebut, berisi soal sikap pemerintah Belanda yang sewenang-wenang dan kerap menyengsarakan rakyat. Pembentukan Indische Partij ini dilatarbelakangi oleh pemerintah Hindia Belanda yang menetapkan kebijakan diskriminasi terhadap bangsa Indonesia. Kebijakan tersebut, yaitu pembagian status antara orang Belanda asli, orang campuran Indonesia-Eropa, dan pribumi. Akibat dari kebijakan tersebut yaitu adanya kesenjangan sosial, hingga rakyat pribumi tidak bisa mengakses Pendidikan seperti orang Belanda. 

Dikutip dari buku Sejarah kelas VIII SMP (2007), tujuan didirikan Organisasi Indische Partij sebagai berikut.
  1. a. Menanamkan jiwa nasionalisme dan patriotisme rakyat guna memajukan tanah air.
  2. b. Menumbuhkan dan meningkatkan jiwa persatuan semua golongan.
  3. c. Mempersiapkan kehidupan rakyat yang merdeka.
Tujuan dan cita-cita didirikan organisasi ini kemudian disebarluaskan oleh surat kabar De Express. Menurut Cipto Mangunkusumo dalam tulisannya dalam surat yang berjudul De Locomotief, ia mengungkapkan cara untuk mengakhiri kolonialisme adalah dengan memperjuangkan politik. Indische Partij memiliki semboyan yang berbunyi "Indie los van Holland" atau Hindia bebas dari Belanda dan "Indie voor Indier" yang artinya “Indonesia untuk orang Indonesia”.

  1. Didirikan Perhimpunan Indonesia (PI)
Perhimpunan Indonesia dibentuk oleh Sutan Kasayangan dan R.N. Noto Suroto pada 25 Oktober 1908 di Belanda. Mereka merupakan pelajar yang sedang menempuh Pendidikan di Belanda. Indische Vereeniging adalah nama awal organisasi pergerakan nasional ini. Indische Vereeniging kemudian diubah namanya menjadi Perhimpunan Indonesia (PI) pada tahun 1922 ketika nasionalisme Indonesia meningkat. Perhimpunan Indonesia adalah organisasi nasionalis Indonesia pertama yang berusaha mendapatkan kemerdekaan dari Belanda.

Perhimpunan Indonesia adalah lembaga politik pertama yang menggunakan kata "Indonesia" di namanya. Sutomo dan Mohammad Hatta adalah dua tokoh penting dalam Perhimpunan Indonesia. Pada tahun 1925, aksi politik yang keras digaungkan oleh organisasi ini membuat Belanda khawatir jika organisasi ini akan memperkuat kebangsaan rakyat Indonesia. Istilah "Indonesia" menunjukkan sifat radikal yang menuntut kemerdekaan Indonesia. Selain nama organisasi, majalah yang diterbitkan Perhimpunan Indonesia juga diberi nama baru: Indonesia Merdeka, dengan semboyan "Indonesia merdeka, sekarang!". Jenis organisasi berkembang dari organisasi sosial ke organisasi politik. Mereka memilih untuk bertindak berdasarkan prinsip non-kooperatif. 

Deklarasi Perhimpunan Indonesia dikeluarkan oleh Perhimpunan Indonesia pada tahun 1923, dan diterbitkan dalam majalah Hindia Putra. Dalam deklarasi tersebut, dia menggunakan kata "Bangsa Indonesia", yang menunjukkan keinginan Perhimpunan Indonesia untuk sebuah negara merdeka baru. Deklarasi tersebut berubah menjadi manifesto politik pada tahun 1925. Karena mereka percaya bahwa kemerdekaan adalah satu-satunya cara untuk mengembalikan harga diri bangsa Indonesia. 
Para pejuang kemerdekaan di Hindia Belanda menjadi sadar bahwa mereka adalah satu bangsa walaupun berbeda suku bangsa dan agama. Kesadaran inilah yang memunculkan lahirnya Sumpah Pemuda pada 1928.

  1. Didirikan Taman Siswa
Taman Siswa didirikan oleh Ki Hajar Dewantara pada 3 Juli 1922. Organisasi ini bergerak di bidang Pendidikan. Didirikannya organisasi ini, dilatarbelakangi oleh pemikiran Ki Hajar Dewantara yang miris ketika melihat diskriminasi rasial yang dilakukan oleh pemerintah Belanda terhadap pribumi. Para pribumi hanya diizinkan menempuh Pendidikan hanya sampai Sekolah Dasar, sementara para bangsawan Eropa, dan para priyayi diperbolehkan menempuh Pendidikan hingga perguruan tinggi di Eropa. Ki Hajar Dewantara berpikir bahwa pendidikan adalah alat untuk melakukan mobilisasi politik dan sekaligus cara untuk mensejahterakan rakyat, dan dengan cara itulah ia memperjuangkan kemerdekaan rakyat Indonesia. Sebagai sebuah organisasi pendidikan, terdapat tiga semboyan Taman Siswa, yaitu:
a. Ing Ngarsa Sung Tuladha, yang berarti ‘di depan memberi contoh’ 
  1. b. Ing Madya Mangun Karsa, yang berarti ‘di tengah membangun semangat’ 
  2. c. Tut Wuri Handayani, yang berarti ‘di belakang memberikan dorongan’

Dikutip dari Kompas.com. Dalam jurnal Semangat Taman Siswa dan Perlawanannya terhadap Undang-Undang Sekolah Liar (1994) karya Dwi Purwoko, keberadaan Taman Siswa menimbulkan rasa cemas di kalangan pemerintah Belanda.

Tahun 1930, pemerintah Belanda mengeluarkan kebijakan Wilde Scholen Ordonantie atau Undang-Undang Sekolah Liar untuk membatasi perkembangan pendidikan alternatif Indonesia, termasuk Taman Siswa, setelah UU berlaku, Belanda memberhentikan semua pergerakan organisasi Taman Siswa. Namun, karena semangat perjuangan tak pernah pudar, organisasi ini tetap dilanjutkan meski dengan cara bersembunyi-sembunyi. 

Lampiran
 
Tokoh pergerakan nasional
 
 
Ilustrasi kongres pemuda II
 
Penulis: Ageng Mulya
Desainer: AMD & SAR

LPM Channel

Podcast NOL SKS