Dampak Tersembunyi Energi Ramah Lingkungan terhadap Sumber Daya Air

Redaksi
Esai
22 Mar 2025
Thumbnail Artikel Dampak Tersembunyi Energi Ramah Lingkungan terhadap Sumber Daya Air
Era modern menyaksikan energi ramah lingkungan menjadi primadona dalam upaya mengurangi jejak karbon dan menyelamatkan bumi dari dampak perubahan iklim. Narasi tentang tenaga surya, angin, dan hidroelektrik kerap diperdengarkan sebagai solusi masa depan yang lebih bersih dibandingkan bahan bakar fosil. Namun, dibalik semua manfaatnya, ada satu aspek yang jarang dibicarakan: dampaknya terhadap sumber daya air. Bahkan energi hijau pun menyisakan jejak lingkungan yang tak bisa diabaikan.

Bayangkan sebuah sungai yang mengalir bebas, rumah bagi ikan-ikan kecil, dan tempat para petani menggantungkan hidupnya. Lalu datanglah bendungan besar, mengubah aliran air yang dahulu liar menjadi tenang, seperti kaca. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) memang menjadi tulang punggung energi di banyak daerah, tetapi pembangunan bendungan besar sering kali meninggalkan jejak panjang pada ekosistem perairan. Arus terhenti, keseimbangan terganggu, dan nelayan yang kini harus berjuang lebih keras untuk mencari ikan.

Di sudut lain, hamparan hijau tanaman kelapa sawit berdiri gagah, menjanjikan energi masa depan dalam bentuk biofuel. Namun, dibalik kehijauan itu, sungai kecil yang dahulu jernih kini mulai mengering, tersedot oleh lahan-lahan haus akan air. Produksi biofuel membutuhkan irigasi masif, mengambil jatah air yang seharusnya mengalir ke sawah, ladang, atau bahkan keran di rumah-rumah penduduk. Di beberapa tempat, air menjadi barang langka, bukan karena kekeringan alami, melainkan karena perubahan prioritas pemanfaatannya.

Energi surya dan angin, dua bintang terang dalam wacana energi hijau, mungkin terdengar lebih bersih dan aman bagi sumber daya air. Namun, dibalik panel-panel surya yang bersinar di bawah matahari dan turbin angin yang berputar gagah, ada proses produksi yang menelan begitu banyak air. Silikon, logam, dan material lain harus diproses dalam industri yang tak lepas dari konsumsi air dalam jumlah besar.

Ketika teknologi ini mencapai akhir masa pakainya, limbahnya pun berpotensi mencemari lingkungan. Seiring meningkatnya permintaan energi, tantangan dalam mengelola sumber daya air pun kian nyata. Beralih ke energi bersih memang menjadi tujuan utama, tetapi jika transisi ini justru mengorbankan air bersih, apakah benar-benar layak disebut berkelanjutan? Kebijakan yang hanya berfokus pada pengurangan emisi karbon tanpa mempertimbangkan keseimbangan ekologi justru dapat memunculkan permasalahan baru.

Jalan keluar selalu ada. Teknologi hemat air dalam produksi energi terbarukan, metode daur ulang air dalam industri, serta pembangunan proyek energi yang memperhatikan ekosistem perairan menjadi kunci utama. Regulasi ketat dalam pengelolaan limbah dari teknologi energi hijau harus diterapkan agar dampaknya tak meluas ke sektor lain. Tantangan ini lebih dari sekadar persoalan teknis. Ketika populasi terus bertambah dan kebutuhan air semakin meningkat, prioritas pemanfaatan sumber daya menjadi pertanyaan besar. Apakah air lebih penting untuk produksi energi, pertanian, konservasi lingkungan, atau kebutuhan dasar manusia? Menjawab pertanyaan ini bukan perkara mudah, tetapi strategi komprehensif harus dirancang agar sumber daya air tetap lestari di tengah geliat transisi energi.

Transisi menuju energi berkelanjutan bukan sekadar mengganti bahan bakar fosil dengan energi terbarukan. Ini tentang mengelola sumber daya alam dengan bijak, memastikan kebijakan energi tidak menciptakan krisis baru di sektor lain. Dengan pendekatan holistik, inovasi teknologi, dan kebijakan yang tepat, keseimbangan antara kebutuhan energi dan kelestarian air bukan sekadar angan-angan, melainkan realitas yang bisa diwujudkan.

Referensi:
Anelka, A. W. (2022). Dampak Pasca Pembangunan PLTGU Jawa-1 pada Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat (Studi Analisis di Desa Cilamaya Kecamatan Cilamaya Wetan Kabupaten Karawang) (Doctoral dissertation, S1 Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial IAIN Syekh Nurjati Cirebon).

BASKORO, G. H. (2013). PLTU BATUBARA: Antara Solusi Krisis Listrik dengan Isu Pencemaran Lingkungan.

Rumahorbo, R. P., & Nursadi, H. (2023). Energi Baru Terbarukan Sumber Daya Air: Manfaat Dan Dampaknya Terhadap Lingkungan Hidup. Jurnal Darma Agung, 31(2).

Saputra, W. I., Hasyim, M., & Junus, F. G. (2020). Perspektif Media Prancis dalam Pemberitaan Pencemaran Air di Indonesia. Al-Munzir, 13(1), 19-34.


Penulis: Reni Pawestri
Desainer: Deviana Cahya Lestari

LPM Channel

Podcast NOL SKS