BEM FAI Gelar Seminar Nasional: Atasi Tantangan Serta Kukuhkan Identitas di Era Digital

Redaksi
Berita
13 May 2025
Thumbnail Artikel BEM FAI Gelar Seminar Nasional: Atasi Tantangan Serta Kukuhkan Identitas di Era Digital
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika) menyelenggarakan kegiatan Seminar Nasional dengan tema “Tantangan dan Peluang yang Dihadapi oleh Pendidikan Islam di Era Digital” bertempat di Aula Husni Hamid, Kantor Pemerintah Daerah (Pemda) Karawang, Sabtu (10/5/2025). 

Seminar ini dibagi menjadi 2 sesi pematerian yang diisi oleh Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati, Komarudin Chail, dan Dosen UIN Kalijaga, Fahrudin Faiz. Tak hanya itu, acara ini juga turut mengundang Kepala Asisten Daerah (Asda) 2, Arief Bijaksana Maryugo.

Ketua pelaksana, Ahmad Nurfauzan, menjelaskan tujuan penyelenggaraan seminar kali ini. Menurutnya, seminar ini dilaksanakan karena adanya keresahan dari mahasiswa terhadap perkembangan era digital yang sangat pesat. Untuk itu perlu adanya kontrol agar tidak terbawa arus dan kehilangan arah.

“Karena kita datang dari keresahan khususnya dari teman-teman dan saya sendiri yang mana telah melihat gitu secara langsung perkembangan era digital ini yang sangat pesat. Kalau misalkan kita tidak bisa mengontrol ataupun tidak bisa mengendalikan kita akan terbawa arus yang mana membuat diri kita ini kehilangan arah,” jelasnya saat diwawancarai via Whatsapp, Minggu (11/5/2025).

Suasana peserta seminar, Sabtu (10/5/2025).

Seminar Nasional yang diadakan oleh BEM FAI ini menghadirkan kurang lebih 260 peserta, baik dari pendaftaran online maupun pendaftaran secara langsung. 

“Jadi, untuk peserta Alhamdulillah kemarin tembus di dua ratus enam puluhan kurang lebih. Itu ada pendaftaran online dan pendaftaran OTS (On The Spot) gitu secara langsung,” pungkas Ahmad.

Meskipun dalam jangka waktu yang terbatas, seminar ini dipenuhi rasa antusias para peserta. Salah satu pemateri, Fahrudin Faiz, mengungkapkan kesan dan alasannya menghadiri seminar kali ini. Kesempatan berdiskusi tidak boleh dilewatkan, katanya. 

“Saya kira pesertanya antusias banyak meskipun ya karena waktunya terbatas. Enggak bisa sangat panjang sesinya. Yang pertama (alasannya) karena memang temanya juga bidang saya, kajiannya juga penting menurut saya untuk pengembangan kajian khususnya pendidikan Islam menghadapi era digital. Kesempatan berdiskusi yo tidak boleh dilewatkan,” ungkapnya saat diwawancarai secara langsung, Sabtu (10/5/2025).

Pemaparan materi oleh Fahrudin Faiz, Sabtu (10/5/2025).

Kehadiran Fahrudin yang dikenal dengan sebagai seorang filsuf muslim menimbulkan berbagai bentuk apresiasi, salah satunya Komarudin. Meskipun turut hadir sebagai pemateri, Komarudin mengungkapkan apresiasinya kepada penyelenggara karena berhasil mendatangkan Fahrudin. 

“Saya menaruh apresiasi yang luar biasa bisa mendatangkan Dokter Fahrudin, dan rasanya kampus yang belum lama ya, Universitas Singaperbangsa ini. Tapi sudah bisa mengadakan event dan acara yang level nasional dan luar biasa ini. Luar biasa. Hebat rasa hormat dan sukses selalu buat para penyelenggara,” tuturnya saat diwawancarai langsung, Sabtu (10/5/2025).

Tak hanya itu, Komarudin juga mengaku bahwa tema yang dibawa pada seminar kali ini sangat bagus mengingat mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam dan ini, seharusnya menjadi renungan dan pemikiran serius dalam pendidikan agama Islam.

“Ini materi bagus ya. Problematika pendidikan Islam di Indonesia karena kita mayoritas harusnya menjadi suri teladan, menjadi kebanggaan, menjadi pewarna dalam berbangsa dan bernegara. Walaupun kenyataannya kadang masih sering memprihatinkan ya. Kita sebagai mayoritas, tapi belum menunjukkan kualitas. Kita kuantitas, tapi belum berkualitas. Dan ini harus menjadi renungan dan pemikiran serius buat teman-teman dan adik-adik di pendidikan agama Islam,” jelasnya.

Sesi diskusi peserta dengan pemateri, Sabtu (10/5/2025).

Salah satu peserta, Lilis Sugiarti, berharap agar kedepannya Indonesia memiliki dunia pendidikan yang baik-baik saja. Hal tersebut, karena baik orang tua dan guru merupakan sama-sama pendidik yang vital dalam dunia pendidikan. 

“Berharap bahwa Indonesia memiliki dunia pendidikan yang baik-baik saja. Artinya di sini kompetensi seorang pendidik ya yang diutamakan adalah menurut saya sebetulnya antara orang tua dan guru. Itu sama-sama dua pendidik yang vital di dalam dunia pendidikan, karena kembali kepada prinsipnya bahwa pendidikan utama sekolah utama dan pertama bagi anak-anak itu kan orang tua, rumah,” pungkasnya saat diwawancarai langsung, Sabtu (10/5/2025). 

Menurut Lilis, sebagus apapun segala jenjang pendidikan, jika pendidikan di rumah tidak baik, maka pendidikan tidak berhasil. 

Nah, sebagus apapun sekolah dari tingkat Taman Kanak-Kanak (TK) sampai tingkat perguruan tinggi. Jika pondasi dasarnya dari awal, pendidikan di rumah mereka tidak bagus, tidak baik, tidak memiliki nilai-nilai agama dan moral, saya rasa tidak akan berhasil,” tuturnya.

Ketua BEM FAI, Ichsanudin Ilyas, turut serta menyampaikan harapannya setelah berakhirnya seminar ini, ia berharap agar pikiran mahasiswa dapat termotivasi dan terbuka terkait digitalisasi, serta ingin agar pendidikan agama Islam agar lebih baik dari hari ini. 

“Yang saya harapkan bisa lebih terbukalah pikiran-pikiran mereka tentang digitalisasi, pun sebenarnya dari kita itu lebih ke pengen lebih melek lagi sih. Setelah sekarang mungkin anak-anak bisa termotivasilah. Ditambah kan tadi ada dari Pendis (Ditjen Pendidikan Islam) Kemenag (Kementerian Agama) RI (Republik Indonesia) juga ya. Dibuka sama beliau gitu. Semoga termotivasi dan pendidikan agama Islam lebih baik dari hari sekarang,” harapnya saat diwawancarai langsung, Sabtu (10/5/2025).



(NSK, AHF)

LPM Channel

Podcast NOL SKS