Bedah Pengadaan Kelas Kontainer di Unsika: Antara Fasilitas, Anggaran, dan Kenyamanan Mahasiswa
Redaksi
Berita
20 Dec 2024

Menjelang akhir tahun, Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika) sedang banyak melakukan pembangunan di Kampus 2 untuk menyediakan sarana dan prasarana mahasiswa. Salah satu pembangunan yang belakangan ini disoroti oleh media adalah pengadaan kelas kontainer untuk pemenuhan ruangan kelas bagi mahasiswa yang bersifat sementara, hal ini dianggap sebagai fenomena yang aneh. Menanggapi hal tersebut, pihak kampus mengadakan konferensi pers di Gedung Rektorat pada Selasa, (17/12/2024). Saat itu, pihak kampus mengaku bahwa Unsika sedang menghadapi situasi kekurangan kelas akibat bertambahnya jumlah mahasiswa, belum lagi saat pandemi tidak ada aktivitas pembangunan, sehingga pengembangan fasilitas terpaksa tertahan.
“Pada waktu pandemi, kita kan tidak ada pembangunan, tidak ada aktivitas, tapi kalo proses pembelajaran online. Nah, itu ternyata tidak cukup terantisipasi, mahasiswa bertambah, fasilitas tertahan oleh pandemi. Nah, ini lah yang menjadi gap,” ucap Safuri Musa selaku Wakil Rektor II saat konferensi pers, Selasa (17/12/2024).
Kini, Unsika hadir dengan membangun kelas kontainer yang diperuntukkan sebagai kelas sementara, sesuai dengan arahan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk memfasilitasi kebutuhan ruangan kelas mahasiswa dengan secara cepat.
“Kami juga sesuai dengan arahan dari kementerian juga, kami tidak berdiri sendiri, bahwa di tahun 2025 itu kami, nah ini kan karena keterbatasan (ruangan kelas). Jadi, akhirnya membangun kelas kontainer itu untuk memfasilitasi kekurangan (kelas) cepat itu,” ujar Kurniawan, selaku Biro Umum Unsika, saat konferensi pers, Selasa (17/12/2024).
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Unsika, Indra Budiman, menjelaskan bahwa ruang kelas tersebut terdiri dari dua kabin kira-kira 5 x 6 meter yang difungsikan sebagai ruangan kelas dan nantinya akan tersedia jendela, ventilasi udara, flanding, listrik, lantai, kursi kuliah, meja dosen, kursi dosen, proyektor, dan Air Conditioner (AC).
“Satu ruangan kelas terdiri dari dua kabin, kira-kira 5 x 6 meter itu jadi ruang kelas selain interior seperti hal yang ada di ruang kelas ada jendela, ada ventilasi, ada flanding, ada listriknya, kemudian juga lantai, lalu ada kursi kuliah, meja kursi dosen, proyektor, dan AC ada dua buah ukurannya 1 Paard Kracht (PK) jadi 2 PK kalau dua buah,” ujarnya saat konferensi pers, Selasa (17/12/2024).
Selain itu, pengadaan 40 kabin kontainer tidak hanya berfungsi sebagai ruang kelas, tetapi juga meliputi fasilitas, seperti toilet, ruangan diskusi, dan tata usaha.
“Jadi, jumlahnya 40 kabin tetapi (menjadi) 16 dipakai ruangan kelas, 4 dipakai ruangan dosen, ruangan diskusi, dan ruangan tata usaha,” tutur Safuri Musa.
Ketika disinggung perihal kenyamanan penggunaan kontainer sebagai ruang kelas, Safuri memberikan tanggapannya bahwa ia telah merasakan pengalaman menggunakan kabin saat bertugas di Timor Leste. Menurutnya, penggunaan kabin tersebut cukup nyaman.
“Kebetulan saya pernah tugas di Timor Leste, di sana itu para ekspatriat, para tenaga-tenaga relawan dari luar negeri itu menggunakan kelas kabin, bahkan bule-bule yang tinggi-tinggi itu, tapi mereka nyaman gitu karena sudah ada AC-nya, sudah ada toiletnya, ada mungkin parkirnya,” jelasnya.
Indra pun menanggapi perihal kenyamanan penggunaan kontainer ini, serta menjabarkan segala bentuk penggunaannya yang diperuntukan berbagai jenis aktivitas yang menunjang perkuliahan.
“Kami sudah perkirakan bahwa akan ada pelapisan khusus, sehingga tidak terlalu berisik dan tidak terlalu panas dari 40 (unit kabin) menjadi ruang kelas akan disediakan juga toiletnya. Rencananya toilet akan ada 2 kontainer, 1 kontainernya terdiri atas 4 toilet, jadi perempuan dan laki-laki, kemudian gudang ada dua juga, lalu kantin dibuat 2 kontainer dan ruang rapat atau administrasi,” ujarnya.
Presiden Mahasiswa Unsika, Yoga Muhammad Ilham Samudra, memberikan tanggapannya mengenai penggunaan kontainer sebagai sarana dan prasarana perkuliahan ini.
“Kita perlu berpihak dulu bahwasanya urgensi daripada kelas kontainer ini apa, yang di mana memang Unsika kan sedang membutuhkan kelas banyak, karena pertambahan mahasiswa itu banyak, tapi kebermanfaatan kelas kontainer ini sampai mana, yang aku rasa sebenernya ketika berbicara efektif atau tidak efektifnya bisa dilihat dari cakupan lain, karena ini juga pasti bakal menghabiskan anggaran kembali. Selain daripada pembangunan gedung itu sendiri,” jelas Yoga saat diwawancarai secara langsung, Jumat, (13/12/2024).
Pihak kampus menjelaskan bahwa kondisi anggaran yang sangat terbatas membuat mereka berharap dengan solusi penggunaan kelas kontainer ini bisa mengatasi permasalahan kurangnya ruang kelas bagi mahasiswa secara sementara.
“Jadi, kami juga memiliki anggaran yang sangat terbatas, minimal ini bisa mengatasi,” pungkas Safuri.
Tak hanya itu, Indra juga menjelaskan terkait biaya yang dikeluarkan untuk pembelian seluruh kontainer adalah 6,4 miliar dengan biaya per kelasnya sebanyak 159 juta setelah dinegosiasi.
“6,4 miliar itu pagu yang disediakan. Namun, setelah negosiasi itu jadinya 159 juta per ruang kelas kali 40 ruang kelas (kabin kontainer),” tuturnya.
Sementara tujuan daripada penggunaan kontainer ini adalah untuk mengatasi anggaran yang terbatas, Yoga memperhitungkan anggaran penggunaan kelas kontainer yang perlu polesan lebih lanjut untuk kenyamanan mahasiswa, menurutnya dengan penambahan-penambahan lebih lanjut pada akhirnya membuat anggaran pembangunan mungkin akan sama.
“Tadi aku liat di sana, di lapangan, ini perlu adanya penambahan seperti misalnya lantai, lampu, kabel-kabel, dan lain-lain. Terus pendingin ruangan atau AC dan lain-lainnya yang pada akhirnya mungkin biaya pembangunan hampir sama,” ujar Yoga.
Ketika media tengah ramai menanggapi penggunaan kelas kontainer sebagai fenomena yang aneh, pihak kampus merasa anggapan ini hanya sekedar persepsi.
“Kalo bicara fenomena aneh, kelas kabin tuh persepsi aja saya kira. Nanti mungkin bahkan kalo bisa sih wartawan juga bisa liat lah tempat lain yang sudah ada kelas-kelas kabinnya, saya kira itu bagus ya, karena di sini belum terbiasa, sehingga ini agak berbeda,” ucap Safuri.
Di samping itu, Yoga turut memberikan tanggapannya perihal penggunaan kelas kontainer yang sama sekali tidak ada sosialisasi dari pihak kampus kepada mahasiswa.
“Aku justru taunya dari media bukan dari pihak kampus tersendiri, sedari awal memang aku menanyakan perihal pembangunan rencana strategis Unsika ini, tapi lagi-lagi informasi itu tidak bisa didapatkan. Jadi, shock juga melihat kejadian hari ini yang di mana ini tidak diberitahukan kepada mahasiswa.”
Sementara Yoga mengkritisi peniadaan sosialisasi kepada mahasiswa terhadap persoalan ini, menurut Biro Umum, Kurniawan, merasa sosialisasi hanya perlu dilakukan untuk internal pimpinan, sosialisasi langsung kepada mahasiswa merupakan perihal yang tidak perlu dilakukan. Kurniawan hanya berharap mahasiswa cukup mendukung pada setiap kebijakan yang akan ditetapkan untuk memenuhi kenyamanan yang ada.
“Nah itu mah kalo menurut aturan yang ada dan kelaziman itu tidak perlu kalau sosialisasi langsung, tapi memang ketika menjadi program kegiatan secara internal pimpinan pasti ada. Kalo mahasiswa mah sekarang semangat aja belajar, pasti Pak Rektor dengan jajaran, kita memenuhi upaya kenyamanan yang ada,” tutur Kurniawan saat diwawancarai secara langsung, Selasa, (17/12/2024).
Berbanding terbalik dengan pernyataan dari Kurniawan, Yoga merasa seharusnya segala bentuk kebijakan rektorat perlu bersifat transparan, termasuk penggunaan kontainer sebagai kelas harus jelas dan disosialisasikan kepada mahasiswa.
“Ya bukan berarti mahasiswa tidak berhak tahu, tapi kegunaan ini harus jelas dan harus disosialisasikan terhadap mahasiswa agar mahasiswa juga bisa menerima apa yang menjadi kebijakan rektorat. Kalo hari ini diambil tiba-tiba kebijakan itu tanpa transparansi kita berhak mempertanyakan itu,” pungkasnya.
Berbicara soal pemanfaatan, karena penggunaan kontainer yang hanya bersifat sementara, Safuri menjelaskan bahwa setelah pembangunan semua gedung selesai, kelas-kelas kontainer ini akan dimanfaatkan untuk kegiatan Organisasi Kemahasiswaan (Ormawa).
“Kedepannya kalo kita sudah dibangun semua gedung, itu kelas-kelas kabin bisa dimanfaatkan oleh Ormawa kemahasiswaan,” pungkas Safuri.
Penggunaan kelas kontainer ini akan mulai beroperasional pada tahun 2025 nanti, dengan kemungkinan besar akan difokuskan kepada fakultas pertanian, kesehatan, dan fakultas yang lebih membutuhkan ruangan kelas.
“Insya Allah untuk semester depan kita usahakan bisa dimulai, untuk kelas kuliahnya, nanti kebijakan untuk fakultas mana, prodi mana, nanti kita rapat pimpinan, dari fakultas mana, mungkin ya kami usahakan untuk fakultas pertanian, kesehatan, dan fakultas yang membutuhkan,” tambahnya.
(NSK, LLJ, MLN)