AI: Sebuah Mesin yang Diberikan Kecerdasan
Redaksi
Opini
18 Jul 2024

Artificial Intelligence atau kecerdasan buatan adalah sebuah program yang dibuat untuk mengerjakan sesuatu yang biasanya memerlukan kecerdasan manusia. Bila ditarik melalui sejarah, sebenarnya Artificial Intelligence atau biasa disebut AI ini sudah ditemukan sejak awal abad 20, tetapi perkembangannya melaju amat pesat hingga menarik perhatian ilmuwan dunia.
Salah satu contoh AI yang kini marak ditemukan dalam ruang lingkup mahasiswa adalah ChatGPT. Program tersebut memungkinkan pengguna untuk mencari, mengetahui, bahkan mengilustrasikan sebuah gambar berdasarkan permintaan penggunanya.
Perkembangan AI yang amat pesat telah lama menuai pro dan kontra. Ilmuwan dari sisi pro merasa bahwa perkembangan AI akan membawa manusia pada ledakan teknologi, sebuah program dengan memiliki kemampuan untuk mempelajari sesuatu secara tidak terbatas akan menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak terbatas pula. Bayangkan sebuah program yang dibekali dengan basis data mengenai seluruh penelitian yang pernah dilakukan oleh umat manusia, ia mungkin hanya membutuhkan waktu 1 atau 2 minggu untuk memproses dan menganalisis teks-teks tersebut. Berkat kemampuannya untuk menganalisis beragam hal dalam satu waktu, program tersebut juga mampu memberikan banyak ide cemerlang dalam waktu singkat.
Layaknya sebuah penemuan, pasti ada orang-orang yang merasa kontra dengan hal ini. Tentu saja kita perlu membahas tentang maraknya penggunaan generated AI image, bahkan pada pesta demokrasi terbesar di negeri ini. Banyak politikus yang menggunakan generated ai image sebagai dalih ‘mengikuti perkembangan zaman’. Ironisnya, basis data generated ai image berisi gambar-gambar dari seniman yang membagikan gambarnya dengan gratis. Dibandingkan dengan membayar seorang design grafis, mereka lebih memilih menggunakan sebuah program picisan yang beredar di internet, padahal dana kampanye yang digelontorkan bernilai fantastis.
Banyak media yang menyebutkan bahwa suatu hari nanti, manusia akan dikuasai oleh AI. Tidak lupa dengan background robot yang memiliki mata merah menyala. Apakah itu dapat disebut dengan Hiperbola?
Banyak media yang menyebutkan bahwa suatu hari nanti, manusia akan dikuasai oleh AI. Tidak lupa dengan background robot yang memiliki mata merah menyala. Apakah itu dapat disebut dengan Hiperbola?
Max Tegmark, seorang ilmuwan yang meneliti tentang AI, bahkan membuat sebuah analogi yang cukup mengerikan. Ia menyebutkan bahwa suatu saat nanti, AI bisa saja menguasai dunia. Sebuah statement yang fantastis, bukan? Namun, ada beberapa tahapan sebelum hal itu dapat terjadi.
Awalnya, sebuah program akan diciptakan untuk meraup keuntungan dari internet. Lalu sang peneliti akan memikirkan hal yang lebih jauh, diluar nalar umat manusia. Program tersebut akan merambah ke media massa, merenggut pekerjaan jutaan jurnalis. Di era yang serba digital ini, manusia akan cenderung mengupload sebuah kejadian yang menurut mereka menarik ke media sosial. AI yang diciptakan ini akan di program untuk memantau media sosial sepanjang hari, sepanjang minggu, non-stop. Dalam sehari, ia akan dengan mudah menemukan berita berita yang menarik, bahkan sebuah video singkat dari seorang amatir dapat dibuat menjadi sebuah berita yang membuat orang orang terkesan.
Media tersebut tidak memerlukan jurnalis, editor, penerjemah, dan tokoh lainnya yang lazim berada di sebuah media massa. Hanya dengan basis data yang mumpuni, program yang dirancang sebelumnya akan dengan mudah mengerjakan hal tersebut sekaligus. Dengan demikian, dapat berkurangnya dana produksi yang dikeluarkan secara drastis, dan berimbas pada biaya berlangganan menurun. Hal ini, jika dibarengi dengan berita yang up-to-date maka media tersebut dengan mudah dapat menjadi favorit semua orang.
Seperti yang kita ketahui, media adalah pilar keempat pada demokrasi. Setelah media yang digerakan oleh ilmuwan itu berkembang semakin pesat, pastinya akan ada banyak politikus merasa terancam dengan keberadaan media tersebut. Namun, program ini dapat dengan mudah menghancurkan karir seseorang. Contohnya, politikus dari fraksi ayam mengutarakan pernyataan tidak setuju, ia mengecam, melarang, dan mengancam keberlangsungan dari media ini. Oleh karena itu, mudah saja menghancurkannya, pasti ada berita buruk dari politikus tersebut yang tercecer di internet. Penciptanya akan ‘memerintahkan’ program itu untuk memperbanyak tayangan mengenai ‘borok’ dari politikus tersebut. Ditambah dengan opini-opini yang menggiring asumsi masyarakat, disertai bukti-bukti kuat, dan boom karirnya akan hancur seketika.
Para penguasa sedikit demi sedikit akan mulai tunduk, takut dengan kekuatan dari sebuah media sosial. Dalam hal ini bukan tidak mungkin, masyarakat akan lebih menaruh kepercayaan pada media yang digerakan oleh sistem tersebut. Saat hal itu terjadi, apakah pada akhirnya kita akan dikuasai oleh sebuah kekuasaan yang tunggal?
Untuk saat ini, kita mungkin dapat bernafas lega karena banyak ilmuwan berspekulasi bahwa AI yang memiliki kekuatan super tersebut tidak mungkin tercipta pada abad ini. Namun, tentu saja kita perlu tetap waspada terhadap akibat yang akan terjadi saat kita sampai pada masa itu.
Tulisan ini dibuat bukan untuk menakut-nakuti atau membuat khawatir yang berlebihan dengan masa depan, apalagi sampai memicu pemikiran anti-teknologi. Tulisan ini justru dibuat dengan harapan timbulnya sebuah kesadaran mengenai apa yang akan kita hadapi kedepannya. Seperti yang telah kita pelajari selama berabad-abad, masa depan cemerlang atau suram ada di tangan generasi mendatang. Apakah kita akan memutuskan untuk membuat sebuah mesin pembunuh, atau membuat sistem yang akan mendatangkan era gemilang dalam sejarah peradaban manusia. Apapun yang terjadi, tetaplah menjadi manusia dalam era kecerdasan buatan di masa mendatang.
Penulis: INA
Desainer: NTB